Judul
Buku : Pulang
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika, Jakarta
Tahun Terbit : 2015, cetakan VIII
Jumlah Halaman : 400
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika, Jakarta
Tahun Terbit : 2015, cetakan VIII
Jumlah Halaman : 400
Beberapa hari yang lalu saat saya
silaturahmi lebaran ke rumah teman, saya melihat banyak buku menarik karangan
Tere Liye milik anaknya teman saya. Akhirnya saya meminjam dua buku saja yaitu
yang berjudul Bintang dan Pulang. Novel Bintang adalah buku seri petualangan
setelah Bumi, Bulan, dan Matahari. Sementara yang akan saya bahas adalah Novel
Pulang. Tak sampai seminggu saya menghabiskan membaca dua buku ini.
Novel ini menceritakan satu sosok
bernama Bujang, anak dari tukang jagal tersohor yang berjuang untuk menemukan
diri dan membanggakan kedua orang tuanya. Perjuangan batin dalam memutuskan
sekolah atau meneruskan “karir” bapaknya sebagai tukang jagal, tak mudah
dilaluinya. Saat akhirnya diijinkan kedua orang tuanya untuk mengikuti ajakan
Tauke Muda ke kota. Ada satu pesan penting dari Mamaknya atau ibunya yang
dipegang teguh oleh Bujang yaitu:
“Kau
boleh melupakan Mamak, kau boleh melupakan seluruh kampung ini. Melupakan
seluruh didikan yang Mamak berikan. Melupakan agama yang Mamak ajarkan
diam-diam jika bapak kau tidak ada di rumah....” Mamak diam sejenak, menyeka
hidung, “Mamak tahu kau akan jadi apa di kota sana.... Mamak tahu.... Tapi,
tapi apa pun yang akan kau lakukan di sana, berjanjilah, Bujang. Kau tidak
akan makan daging babi atau daging anjing. Kau akan menjaga perutmu dari
makanan halal dan kotor. Kau juga tidak akan menyentuh tuak dan juga segala
minuman yang haram.”
(hal. 24.)
Dan nasehat
ini dipegang erat-erat oleh Bujang. Sesukses-suksesnya Bujang, walau harus
menghadapi jamuan makan yang menyediakan berbagai makanan haram, Bujang tak
bergeming. Ia tetap menjalankan nasehat ibunya walau mengherankan bagi
teman-teman dan mitra bisnisnya. Ia tak peduli. Sebuah nasehat bagus juga untuk
pembaca novel Tere Liye agar selalu taat dan patuh pada orangtua.
Kisah berlanjut
hingga Bujang kuliah, dididik secara fisik oleh Kopong dan menemukan berbagai
guru istimewa yang kelak sangat membantu dalam perjuangan akhirnya dalam
meneruskan perjuangan keluarga menghadapi para pesaingnya. Bahkan Bujang harus
melepas kematian orangtuanya hanya dengan membaca sepucuk surat. Mengatasi trauma
mendengar adzan akibat pola asuh tak sehat dari kedua orang tuanya, hingga
harus bertarung menghadapi segala rasa sakit dan dendam masa lalunya.
Seperti halnya
novel Tere Liye yang lainnya, banyak quotes bagus yang terselip dalam
setiap novel-novelnya yaitu tentang memeluk rasa sakit, tidak melawan dan
membenci masa lalu yang menyakitkan serta berdamai dan mengalahkan diri sendiri
seperti salah satu kalimat berikut ini:
“Ketahuilah,
Nak, hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapapun. Hidup ini hanya
tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau
telah memenangkan seluruh pertempuran.” (halaman 340).
Dan apa
arti pulang yang dimaksud dalam novel ini? Saya kira awalnya pulang ini adalah
mudiknya Bujang ke kampung halamannya untuk melihat pusara kedua orang tuanya. Ternyata
makna “pulang” ini lebih luas yaitu bahwa hakekat pulang sesungguhnya adalah kembali
pada Yang menciptakan kita. Maka ambisi apapun, tak akan pernah memberikan
kepuasan, karena jiwa selalu merindukan tempat kembalinya, dan itu bukan di dunia
ini. Seperti halnya kita yang merindukan kampung halaman saat mudik, jiwa kita
pun merindukan kampung awalnya dan penciptanya. Maka seperti persiapan mudik
yang selalu kita siapkan jauh-jauh hari, apalagi persiapan kembali ke tempat
pulang sesungguhnya, tentu harus menyiapkan bekal sebaik mungkin. Semoga saat
kita kembali “pulang” nanti, kita sudah siap dan bahagia di kampung akhirat yang
kekal.
Semoga Bermanfaat
Sabtu, 150717.10.10
#odopfor99days#semester2#day41
No comments:
Post a Comment