Pada hari Ahad-Selasa tanggal 5-7 November 2023, kami guru-guru di MAN Insan Cendekia Serpong mengikuti Pelatihan Peningkatan Penguasaan Literasi guru mata pelajaran di Mercure Convention Center, Ancol Jakarta. Pejabat yang membuka kegiatan ini adalah Bapa Direktur GTK (guru dan tenaga kependidikan madrasah) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, DR. Muhammad Zain, M. Ag.
Menarik sekali menyimak sambutannya, ada beberapa isu yang dibahas dan membuat saya semangat untuk menggali lebih dalam tentang isu yang dibahas tadi, diantaranya saat beliau bercerita tentang bank waktu.
Saya agak kaget mendengar istilah bank waktu ini, dan setelah browsing, ternyata Swiss sudah mengimplementasikan bank waktu ini sejak dari 2 dekade lalu. Apa sih bank waktu itu?
Ide awalnya berasal dari keresahan pemerintah Swiss tentang para lansia di panti jompo yang perlu diurus, tak banyak relawan yang bersedia mengurus para lansia ini, akhirnya diluncurkanlah program ini yaitu Bank Waktu. Artinya kita bisa "menabung kebaikan" untuk mengurus para lansia di panti jompo ini, berapa jam yang kita habiskan disini akan dicatat dalam rekening bank kita, dan suatu saat kita bisa menagih waktu ini saat kiat membutuhkannya.
Unik yes?
Konsep "bank waktu" ini ternyata sudah diterapkan di beberapa negara "maju". Sudah lebih dari 34 negara yang menggunakannya, diantaranya Inggris Raya, Amerika Serikat, Jepang,Selandia Baru, Yunani dan lain sebagainya.
Konsep "bank waktu" ini kemudian berkembang, bukan hanya pada jasa melayani para lansia, tapi bisa juga melakukan kebaikan lain yang sudah tersedia dalam aplikasi layanan mereka. Ada lebih dari 40 jenis jasa yang bisa digunakan, baik itu menyumbangkan keterampilan di bidang IT, sosial, pendidikan, bisnis dan lain-lain. Sebagai balasannya, mereka yang sudah menabung kebaikan ini, dapat menggunakan waktu atau layanan dari anggota lain saat membutuhkannya, tanpa melibatkan uang sebagai pertukarannya. Ada beberapa prinsip lain dari bank waktu ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Pertukaran tanpa uang
Bank waktu tidak melibatkan uang dalam transaksinya. Sebagai gantinya,
waktu dan jasa diukur dalam jam atau kredit yang bisa digunakan untuk meminta
bantuan atau layanan dari anggota lain dalam jaringan bank waktu
2.
Prinsip keberdayaan komunitas
Bank waktu mendorong pastisipasi aktif dalam komunitas dan memberdayakan
anggotanya untuk memberikan kontribusi sesuai dengan keterampilan dan minat
mereka. Ini mempromosikan kolaborasi dan kerjasama diantara individu di dalam
komunitas.
3.
Keterampilan dan layanan beragam
Bank waktu mencakup berbagai keterampilan dan layanan. Ini bisa mencakup
penjemputan anak, bantuan belanja, tukar menukar bahasa, perbaikan rumah atau
apapun yang dapat bermanfaat bagi anggota komunitas
4.
Basis Waktu
Bank waktu seringkali beroperasi berdasarkan jam kerja atau waktu yang
dihabiskan. Setiap anggota yang memberikan layanan atau waktu biasanya menerima
“kredit waktu” yang dapat mereka gunakan nanti.
5.
Mekanisme Registrasi dan Pelaporan
Bank waktu biasanya memiliki mekanisme pendaftaran dan pelaporan yang
mengikuti transaksi dan kontribusi waktu anggotanya. Hal ini memastikan akuntabilitas
dan transparansi dalam pertukaran waktu.
6.
Manajemen dan Koordinasi
Sebagian
bank waktu dioperasikan oleh organisasi nirlaba, sementara yang lain mungkin
lebih informal dan dikelola oleh sukarelawan di dalam komunitas. Manajemen dan
koordinasi penting untuk memastikan kelancaran pertukaran waktu.
Bank waktu
seringkali digunakan untuk mengatasi masalah sosial, membangun koneksi diantara
anggota komunitas dan memberdayakan individu untuk berbagi keterampilan dan
waktu mereka. Ini juga membantu dalam menciptakan rasa komunitas dan
solidaritas. Bank waktu dapat ditemukan di berbagai komunitas dan wilayah di
seluruh dunia dan model ini terus berkembang dan menawarkan cara yang inovatif
untuk mempromosikan kebaikan sosial dan kolaborasi.
Lantas bagaimana dengan Indonesia? apakah bank waktu ini cocok jika diterapkan di Indonesia? Nampaknya dengan budaya gotong royong dan budaya keluarga di Indonesia yang masih saling kompak dan saling menolong, konsep ini belum terlalu dibutuhkan untuk saat ini. Mungkin nanti, saat konsep individualisme sudah menggerogoti budaya gotong royong kita, saat kehidupan kita sudah fokus pada diri masing-masing dan tidak mempedulikan kondisi sekitar, mungkin barulah konsep bank waktu ini dibutuhkan.
Dan jika diperhatikan, negara-negara islam tidak ada yang mempraktekannya, karena ajaran Islam sendiri sudah merupakan solusi bagi masalah sosial apapun. Dengan konsep "birrul walidain" dalam ajaran Islam, dimana kita diperintahkan untuk memuliakan orangtua kita, maka persoalan sosial dimana para lansia banyak yang kesepian dan tidak ada yang mengurus, tidak akan terjadi. termasuk masalah sosial lain. Bahkan jika kita menerapkan ajaran Islam, seharusnya panti jompo itu tak ada, karena semua anak berebutan untuk mengurus orangtua masing-masing, bahkan berebutan untuk mengurus lansia manapun, karena cukuplah balasan Allah yang diharapkan. Menabung kebaikan tidak perlu dilakukan pada bank waktu, karena Umat Islam yakin bahwa balasan kebaikan adalah kebaikan, dan Allah lah sebaik-baik pemberi balasan.
Semoga bermanfaat
Serpong, 09.11.23.17.17
No comments:
Post a Comment