Secara bahasa, kata uslub
digunakan untuk jalan yang memanjang. Barisan kurma dikatakan juga sebagai usulub.
Jadi uslub adalah cara, jalan, madzhab. Uslub juga berarti fann
(seni). Ada ungkapan dalam Bahasa Arab bahwa seseorang mengambil uslub dari
suatu kalimat, berarti orang itu mengambil seni dari kalimat tersebut.
Dalam terminologi ahli balaghah, uslub adalah sebuah metode dalam memilih redaksi dan menyusunnya, untuk mengungkapkan sejumlah makna, agar sesuai dengan tujuan dan pengaruh yang jelas. Pengertian lainnya, uslub adalah berbagai ungkapan redaksi yang selaras untuk menimbulkan beragam makna yang dikehendaki.
Karenanya, uslub Al-Qur’an berarti gaya bahasa Al-Qur’an yang tidak tertandingi dalam menyusun redaksi penuturannya. Para ulama, baik dulu maupun sekarang, telah membahas bahwa Al-Qur’an memiliki uslub tersendiri yang berbeda dengan uslub-uslub Arab lainnya, dari segi penulisan, retorika dan susunan kalimatnya.
Para ulama telah merilis karakteristik uslub Al-Qur’an yang khas dan istimewa diantara penuturan bahasa-bahasa lainnya. Karakteristik itu antara lain adalah sebagai berikut:
1. Penafsirannya
bersifat elastis
Dalam uslub
Al-Qur’an, kita temukan adanya elastis dalam penafsiran dan lentur dalam
penggubahan. Hal ini tidak dimiliki oleh satu uslub pun selainnya. Uslub
Al-Qur’an mampu mengobati kegundahan hati manusia pada umumnya, dan
dirasakan cukup bagi kalangan tertentu untuk memenuhi semuanya. Bagian luar
(ekplisit) dari uslub tersebut dapat dijangkau dengan mudah dan memberi
petunjuk bagi kalangan manusia biasa. Ia dapat memenuhi kehampaan jiwa mereka
dengan menyusupkan motivasi berupa kabar gembira (targhib) dan
peringatan berupa adzab dan siksa (tarhib), serta keindahan dan
keagungan dalam ungkapan dan penuturannya. Adapun bagian yang paling dalam
(implisit) dari uslub Al-Qur’an akan diserap oleh kalangan filosof
terkemuka untuk menambah ilmu pengetahuan dan pemikiran.
Unsur
elastisitasnya termasuk salah satu faktor yang menyebabkan kekalnya Al-Qur’an.
Bermacam uslub bahasa Arab selama 4 abad lamanya telah mengalami banyak
perubahan dan perombakan dari sisi redaksi maupun maknanya. Namun, eksistensi
Al-Qur’an masih tetap konsisten dengan uslub nya yang khas dengan
ciri-ciri khusus yang tidak ada duanya. Ia selali up to date mengiringi
perkembangan zaman. Keindahannya berbekas di lubuk hati dari satu generasi ke
generasi berikutnya sampai sekarang ini, bahkan sampai Allah menghancurkan bumi
dan segala isinya.
Pesatnya
perkembangan sains akan membuktikan elastisinya penafsiran Al-Qur’an, misalnya
tentang penciptaan langit dan bumi, perkembangan janin dalam rahim, tentang
ruang angkasa, dan lain-lain, yang bisa jadi, saat diturunkannya Al Qur’an,
belum seluas sekarang kondisi perkembangan sains dan teknologinya.
2. Uslub Al-Qur’an menggunakan metode
penyampaian deskriptif
Salah
satu tanda yang kentara dalam uslub Al Qur’an adalah penggunaan metode
deskriptif dalam mengungkapkan beragam makna dan ide yang ingin dijelaskannya,
baik makna yang murni membutuhkan daya pikir untuk memahaminya, kisah masa
lalu, atau fenomena yang akan terjadi pada hari kiamat, maupun berbagai isu penting
lainnya.
Contohnya
adalah sebagai berikut:
a.
Makna “sangat enggan
menjawab ajakan untuk beriman”
Apabila ingin mendeskripsikan makna ini hanya
dengan mengandalkan daya nalar, kita bisa saja mengatakan, “Sesungguhnya mereka
sangat enggan dan benci menjawab ajakan untuk beriman”. Tapi mari kita
perhatikan ungkapan yang digunakan Al-Qur’an dalam surat al-Muddatsir ayat
49-51
فَمَا لَهُمْ عَنِ
التَّذْكِرَةِ مُعْرِضِينَ كَأَنَّهُمْ
حُمُرٌ مُسْتَنْفِرَةٌ
فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ
Maka mengapa mereka (orang-orang
kafir) berpaling dari peringatan (Allah)?",
seakan-akan mereka itu keledai liar
yang lari terkejut,
lari daripada singa.
Saat membaca ayat diatas, kita bisa
membayangkan ada seekor keledai yang lari sekencang-kencangnya dari kejaran
singa. Ungkapan tersebut membangkitkan perasaan seorang pembaca, sehingga emosi
jiwanya terpengaruh.
b.
Makna “lemahnya
berhala-berhala sesembahan kaum muysrikin selain Allah”.
Makna tersebut bisa saja dengan ungkapan
“Apa-apa yang kalian sembah selain Allah adalah lemah, tidak bisa menciptakan
makhluk yang paling hina sekalipun.” Tapi mari kita lihat redaksi yang
digunakan Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ
شَيْئًا لا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ
Ada unsur
personifikasi dalam makna tersebut. Hal ini terlihat dalam deskripsi-deskripsi
yang “hidup” berikut ini secara berurutan:
Pertama, “mereka (berhala-berhala yang disembah) sekali-kali tidak
dapat menciptakan seekor lalat pun; Kedua, “walaupun mereka bersatu
untuk menciptakannya”; Ketiga “jika lalat itu merampas sesuatu dari
mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu”; Keempat,
penggabungan antara yang menyembah dan yang disembah, melalui firman-Nya, “Amat
lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pula) yang disembah”.
Ilustrasi keindahan dalam
deskripsi ini terlihat pada hubungan antara kesucian berhala-berhala yang
ditaati dan disimpan dalam bentuk yang paling suci di hati para pengikutnya,
yang dihubungkan dengan makhluk yang hina. Tidak cukup dengan korelasi seperti
ini, bahkan seandainya sekumpulan orang beramai-ramai membuat makhluk ini,
tentu mereka tidak akan mampu menciptakannya.
c.
Makna “berakhirnya alam
semesta kemudian amal umat manusia diperhitungkan, orang-orang yang berbuat
kebaikan akan masuk surga. Orang-orang yang berbuat dosa akan masuk neraka,
kelezatan nikmat yang dialami penduduk surga dan prosesi penyambutan terhadap
mereka, dan kepedihan adzab yang dialami penduduk neraka dan cemoohan terhadap
mereka.”
Redaksi diatas adalah redaksi biasa, mari kita
lihat redaksi yang digunakan Al-Qur’an tentang hari kiamat dalam surat Az Zumar
ayat 67-75 berikut ini:
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ
حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ
مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang
semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan
langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia
dari apa yang mereka persekutukan.
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ
فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ
ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di
bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu
sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).
وَأَشْرَقَتِ الأرْضُ
بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ
وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ
Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya
(keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan
masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi
keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan.
وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ
مَا عَمِلَتْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ
Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah
dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.
وَسِيقَ الَّذِينَ كَفَرُوا
إِلَى جَهَنَّمَ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ
لَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ
آيَاتِ رَبِّكُمْ وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا بَلَى
وَلَكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ
Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahanam berombong-rombongan.
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan
berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Apakah belum pernah datang
kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan
memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?" Mereka menjawab:
"Benar (telah datang)". Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab
terhadap orang-orang yang kafir.
قِيلَ ادْخُلُوا أَبْوَابَ
جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ
Dkatakan (kepada mereka): "Masukilah pintu-pintu neraka
Jahanam itu, sedang kamu kekal di dalamnya". Maka neraka Jahanam itulah
seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.
وَسِيقَ الَّذِينَ
اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ
أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ
فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam
surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu
sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka
penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah
kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya".
وَقَالُوا الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الأرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ
الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
وَتَرَى الْمَلائِكَةَ
حَافِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَقُضِيَ
بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Dan mereka mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang telah
memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini
sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami
kehendaki." Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang
beramal.
Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di
sekeliling Arasy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara
hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: "Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam".
Demikianlah indahnya ungkapan yang digunakan Al-Qur’an dalam
menggambarkan peristiwa kiamat. Dimulai dengan ungkapan yang bergelora dan
hidup, kemudian alur cerita berjalan datar, hingga setiap gerakan menjadi
terdiam. Segala sesuatu pun menjadi tenang dan menyelusup masuk ke ruangan,
diam, dan khusyuk, karena keagungan-Nya dan takut kepada-Nya.
Hari kiamat dimulai pada hamparan bumi yang seluruhnya berada
dalam genggaman Tuhan yang Maha Kuasa. Demikian pula langit-langit yang ada
diatasnya.seluruhnya digulung dan dihancurkan dengan tangan kanan (kekuasaan)
Nya. Sebuah ilustrasi yang membuat perasaan menggigil takut dalam
menghadapinya. Daya imajinasi tidak mampu untuk menggambarkan kedahsyatannya. Saat sangkakala ditiup untuk yang pertama
kalinya, maka semua makhluk hidup yang masih ada di muka bumi akan terpelanting
jatuh dan mati seketika. Kita tidak tahu persis berapa lama jeda antara tiupan
tersebut hingga tiba saatnya tiupan sangkakala yang kedua.
Ketika itu suasana berubah menjadi gaduh yang dipenuhi dengan
teriakan dan keributan disana-sini. Semua makhluk dikumpulkan. Tuhan pun
muncul. Malaikat mengitari disekelilingnya, suasana pun menjadi hening. Pada
saat keheningan seperti itu, tidak dibutuhkan satu kata pun untuk diucapkan,
maka perhitungan amal pun terjadilah. Setelah perhitungan amal selesai dan
diketahui hasilnya, setiap rombongan diarahkan menuju tempatnya masing-masing.
Orang-orang kafir digiring ke neraka dan orang yang bertakwa diarahkan menuju
surga. Selanjutnya alur cerita bergambar ini ditutup dengan perasaan yang
tertancap dalam relung jiwa yang paling dalam, berupa kekhawatiran, ketakutan
dan kehinaan di hadapan keagungan Tuhan. Segala rasa bercampur aduk saat
menyaksikan setiap adegan demi adegan.
3. Metode
uslub Al-Qur’an yang istimewa dalam berdebat dan menarik kesimpulan
Mari
kita perhatikan surat Al Anfal ayat 67-69
مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ
يَكُونَ لَهُ أَسْرَى حَتَّى يُثْخِنَ فِي الأرْضِ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا
وَاللَّهُ يُرِيدُ الآخِرَةَ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
لَوْلا
كِتَابٌ مِنَ اللَّهِ سَبَقَ لَمَسَّكُمْ فِيمَا أَخَذْتُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
فَكُلُوا
مِمَّا غَنِمْتُمْ حَلالا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ
رَحِيمٌ
Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat
melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi
sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.
Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari
Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil.
Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil
itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dua
ayat ini turun setelah pembebasan tawanan perang Badar dan penerimaan tebusan
dari mereka. Dua ayat tersebut pertama kali menyalahkan dan memprotes kebijakan
ini. Kemudian dua ayat ini tidak membiarkan ditutup dengan ketetapan dan
keinginan untuk meluluskan protes tersebut. Bahkan, ayat-ayat sebelumnya yang
mencela kebijakan tersebut menjadi kaidah yang berlaku untuk ayat setelahnya
(tentang kebolehan mengambil harta rampasan perang).
Diantara
hal-hal yang membuat keistimewaan uslub Al-Qur’an adalah caranya dalam
menarik kesimpulan dengan mengeksplorasi berbagai hal dan peristiwa yang
kecil-kecil, tetapi sebenarnya memiliki hakekat kebenaran yang luar biasa besar
dan sesuai dengan inti permasalahan yang ingin disampaikan.
Seorang
bangsa Arab yang memiliki cita rasa yang tinggi akan keindahan bahasa menemukan
bahwa uslub Al-Qur’an memang istimewa. Ia mengetahui bahwa faktor yang
menyebabkan keistimewaan Al-Qur’an ini tidak berasal dari ungkapan manusia atau
makhluk apapun. Gaya bahasa yang digunakan tidak sama dengan ungkapan orang
Arab, bahkan yang paling ahli sekalipun dalam bidang bahasa. Bahkan jika semua
makhluk berkumpul dan membuat satu ayat saja seperti ayat Al-Qur’an, tidak akan
sanggup karena memang itulah mujizat dari Allah, Sang penguasa segalanya. Maka perbedaan
antara Al-Qur’an dengan ungkapan manusia bagaikan perbedaan Dzat Pencipta yaitu
Allah Swt dengan makhluk Nya.
Maka tugas
kita adalah membuktikan keindahan mujizat-Nya dengan cara mempelajari dari
ahlinya, atau cukup dengan mengimaninya dan mengamalkan isinya, yang tentu saja
itupun bukan hal yang mudah dilakukan, butuh perjuangan kuat untuk
mewujudkannya, di tengah banyak godaan untuk melakukan hal lain yang lebih
menarik. Semoga kita semua mampu meluangkan waktu (bukan menggunakan waktu
luang), untuk mempelajari keindahan mujizat Al-Qur’an ini.
Semoga
Bermanfaat
Wassalam
Referensi
·
Ensiklopedia Mujizat Al
Qur’an dan Hadits, Kemujizatan Sastra dan Bahasa Al Qur’an, Hisham Thalbah dkk.
Serpong,
Senin 27 April 2020/4 Ramadhan 1441 H,
14.00
#KolaborasiZaiNovi
#ProyekRamadhanAlZayyan1441H
#AlZayyanHari4
#Karya7TahunPernikahan
#SerunyaBelajarBahasaArab
No comments:
Post a Comment