Thursday, May 17, 2018

Al-Zayyan Hari 1 : MARHABAN DAN TARHIB (RAMADHAN): HA KECIL ATAU HA BESAR?



Saat kita memasuki bulan Ramadhan, kita sering mendengar kalimat marhaban Ya Ramadhan dan tarhib Ramadhan. Penulisan kata marhaban dan tarhib, kadangkala keliru, terutama huruf ha pada kedua kata itu, apakah memakai ha kecil, atau ha besar. Dalam bahasa Arab, perbedaan satu huruf saja bisa menyebabkan salah makna, bahkan bisa saling bertentangan.  

Secara etimologis, kata marhaban dan tarhib berasal dari akar satu kata yang  sama yaitu rahaba yarhabu rahbun (رحب, يرحب, رحب)  yang bermakna keluasan, kelapangan (Kamus Kontemporer Arab Indonesia).

Dalam kamus Al-Munjid,   مرحبا berasal dari kata rahiba yang artinya menyambut.

Kata tarhib terdiri dari dua makna , yaitu yang menggunakan kata ha kecil dan ha besar.

Tuesday, May 15, 2018

Kenapa Saya Diuji? (Bagian Kedua): 5 hal yang harus diperhatikan



Saat kita diuji, entah itu penantian jodoh, penantian buah hati, ujian kelebihan atau kekurangan harta, dan lain-lain, biasanya kita lebih fokus pada ujiannya dibanding mengevaluasi diri sendiri. Padahal ujian yang kita alami, bisa jadi merupakan buah atau balasan dari apa yang kita lakukan. Maka menyalahkan diri sendiri, jauh lebih “berkelas” dibanding mencari-cari kesalahan orang lain atas apa yang kita alami.

Saat menanti jodoh dulu, kadangkala saya bersikap ketus terhadap orang-orang yang mempertanyakan “Kapan” saya menikah, karena seringkali memang menyebalkan sekali, saat kita dituduh macam-macam dalam penantian jodoh, mulai dari pilihan terlalu “tinggi”, milih-milih, mengutamakan karir, dan segala macam alasan yang rasanya “memuakkan” sekali. Seandainya boleh memilih, siapa yang ingin “terlambat” menikah, jika dibilang ga mau berusaha, rasanya ingin saya tunjukkan blog saya untuk dibaca, berapa puluh kali saya mencoba proses taaruf yang tak kunjung berhasil. Tapi yang tak mudah adalah tetap ramah dan berbesar hati dengan berbagai komentar orang.

Maka, setelah saya merenung, satu sisi ujian memang pertanda kasih sayang Allah pada kita, tapi sisi lain, kita juga harus “ngobrol” dengan diri sendiri, mungkin ada beberapa perilaku atau kata-katta kita yang salah, sehingga kita diuji terus, kadang dengan hal yang sama, agar kita lulus menjadi “hamba terbaik” di hadapan manusia, juga Allah.

Berikut adalah 5 hal yang mungkin harus kita perhatikan saat kita mendapat ujian kehidupan:
      
      1.      Pernah menyakiti orang lain
Saat  kita diuji, yuks diingat-ingat lagi perkataan dan perbuatan kita jangan jangan pernah menyakiti orang lain, pernah membuat orang lain kesal, mungkin saatnya kita datangi orang yang kita sakiti untuk memaafkan perkataan dan perbuatan kita.

Friday, May 11, 2018

Kenapa Saya Diuji? Sebuah Titik Balik...



Bahagia ... mungkin itulah kata yang mewakili perasaan saya, saat hari Minggu kemarin saya bisa bertemu langsung dengan penulis favorit saya, Hanum Salsabila Rais, anak dari seorang tokoh favorit saya juga, Bapak Amien Rais...

Saya sungguh tidak menyangka, saya bisa duduk berdampingan, foto berdua Hanum, dan menyaksikan langsung, paparan dari Hanum Salsabila Rais, saat menceritakan banyak hal terkait buku barunya, “I am Sarahza”. Buku ini menceritakan kisah perjuangan Hanum dalam mendapatkan buah hati, setelah penantian panjang selama 11 tahun.

Apa kabar program hamil anak kedua saya? Saya jadi teringat dengan perjuangan saya untuk hamil kembali anak kedua. Setelah Eza berusia 4,5 tahun, belum juga ada tanda-tanda kehamilan. Saya sudah ke dokter spesialis, tapi memang usaha saya tidak tuntas, hanya ingin memastikan bahwa rahim saya, baik baik saja. Dokter pun bilang, tak ada masalah dengan rahim saya, semuanya normal dan masih berpeluang untuk hamil lagi.

Saya lalu mencoba cara lain. Program hamil dengan beribadah 40 hari yang terinspirasi dari ceramah Ust. Yusuf Mansur. Beliau menyampaikan bahwa seringkali manusia lupa, saat pertama kali menginginkan sesuatu, bukan mendatangi Allah, tapi malah mendatangi makhluk-Nya. Seharusnya, Allah lagi, Allah lagi, Allah terus, yang harus kita lakukan saat kita mendambakan sesuatu. Maka saya pun mencoba metode ini berkali kali.

Apakah saya berhasil? Belum juga, karena ternyata tidak mudah menjaga konsistensi ibadah selama 40 hari. Biasanya sebelum 40 hari berakhir, si tamu “merah” tak diundang pun datang, dan saya pun kecewa. Mencoba kembali program ini, haid lagi dan terus berulang seperti itu. Hingga akhinya “penyakit lama” muncul kembali yaitu saya “tak pede” untuk berdoa kepada Allah. Sepertinya saya malu sekali meminta itu, padahal ni’mat Allah yang diberikan pada saya, jauh lebih banyak. Saya pun memutuskan berhenti dari program ini...

Postingan Favorit