Hari
ini, tepat seminggu yang lalu, teteh saya tersayang akhirnya harus kembali pada
Sang Pemilik nya. Sungguh ini peristiwa kehilangan yang sangat berat,
kehilangan orang tersayang kedua, setelah mamah. Kami semua di keluarga sangat
kehilangan, dan tak menyangka akan secepat ini harus merelakan kepergiannya.
Setelah seminggu kemarin
pasca kepergiannya, saya seperti kehilangan arah, dan bingung harus ngapain,
seperti malas mengerjakan sesuatu, menikmati waktu dan memberikan ruang untuk
berduka, sambil mengurus segala hal terkait almarhumah, mulai dari tahlilan,
koneksi dengan teman-teman lamanya yang akhirnya tersambung kembali dan menata
hati dan diri untuk ikhlas melepas kepergiannya.
Untuk
mengenang kepergiannya dan perjuangan melawan penyakit yang dideritanya, dan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang penyakitnya, saya
coba mencatat dan menceritakan kembali perjalanan sakit nya teh Haji Elin,
almarhumah.... Ya Allah menulis kata almarhumah saja sungguh sangat
beratt....
PERJALANAN SAKIT Teh Hj ELIN (TAHUN 2024)
23 juni malam : pulang dari haji, memakai kursi roda karena ada pengapuran di lutut
27
Juni :
hasil rontgen menunjukkan ada saraf kejepit di panggul nya
5
juli
: demam sepulang dari haji
8 juli : rontgen di klinik citra husada tangerang, mulai terapi lutut oleh terapis
yg datang ke rumah
17
juli
: terapi sudah 4 x di lututnya, tapi belum ada hasil nya
19
juli
: berangkat ke ciawi, ikhtiar sehat. Terapi pertama ke Rajapolah
20
Juli
: terapi di Cipanas Ciawi
22
Juli
: terapi (kedua) lutut ke Rajapolah
24
Juli
: ziarah ke makam mamah
27
Juli
: terapi di kolam renang Tasik
29
Juli
: terapi ketiga di Rajapolah
2
Agustus :
Berobat ke dr Spesialis Saraf, lututnya disuntik
5 Agustus : Mulai sering mengeluh pusing, kadang mual dan muntah
11
Agustus : pulang ke Tangerang,
setelah dirawat
15 Agustus
: dirawat di RS Sariasih Karawaci Tangerang, memori terganggu,
ct scan ada
titik hitam (kolesterol) di kepala
20 Agustus
: Keluar dari RS Sariasih Karawaci
21 Agustus : Masuk IGD RS Annisa Tangerang, langsung masuk HCU
(memakai kateter, memakai selang makan di hidung, dll)
24 Agustus
: Anak bungsunya, neng Nasywa diantar ke Lampung,
Almarhumah ct scan ulang, hasilnya ada virus meningitis dan cairan
berlebih di otak
25 Agustus : Operasi di otak, ditanam selang permanen di kepalanya,
langsung ke ICU untuk mendapat pengawasan medis secara ketat
26 Agustus
: Masih di ICU, kondisi sudah sadar dan
memori kembali
27 Agustus
: kondisi stabil, dipindah ke HCU
28-30
Agustus : masih di HCU, kesadaran naik turun
30 Agustus : Anak
sulungnya yang sedang kuliah S2, Onal kembali ke Tunisia
31 Agustus :
pulang dari RS Annisa menuju rumahnya di Batuceper
1
September : Sejak subuh, kesadaran menurun di rumah
Batuceper, setelah minum obat, stabil
2
September : Kondisi membaik, makan banyak,
bersih bersih badan oleh suster, bisa ketawa
Keluarga sudah senang, menganggap
akan semakin baik, ternyata ini hiburan aja
3
September : Pukul 04.30 , wafat, kembali pada sang
Pemilik sejati
Demikianlah
perjalanan dan perjuangan almarhumah dalam melawan penyakitnya. Ikhtiar sudah
dilakukan secara maksimal. Tetapi saat ikhtiar bertarung dengan takdir,
ternyata rencana Allah lah yang lebih indah.
Berikutnya,
saya akan terus membicarakan duka dan kehilangan ini dari berbagai perspektif,
sebagai sarana healing menghadapi duka, terapi batin mensikapi kehilangan dan
belajar ikhlas serta berdamai dengan takdir yang pasti terbaik dari Allah
Swt...
Serpong,
9 September 2024
seminggu
mengenang kepergian almarhumah, si bungsu yang kehilangan separuh
jiwanya, sang pangais bungsu...
No comments:
Post a Comment