Sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang bukan hanya membuat
siswanya pandai secara akademik saja, tapi juga bisa tumbuh sebagai pribadi
yang matang secara emosi dan spiritual. Sekolah bukan hanya tempat untuk
mentransfer ilmu pengetahuan saja, tapi juga untuk menanamkan akhlak dan adab
yang baik dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Banyak sekolah yang
berhasil membuat siswanya menjadi pintar dan cerdas, tapi tantangan terbesarnya
adalah dalam hal membentuk siswanya menjadi siswa yang berakhlak dan memiliki
adab yang tinggi.
Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia yang didirikan sejak tahun
1996, sudah banyak meluluskan alumni nya ke berbagai perguruan tinggi
berkualitas baik di dalam negeri maupun diluar negeri. Berkat adanya program
yang komprehensif dan kerjasama semua pihak di madrasah ini, sejatinya telah
berhasil membentuk karakter siswa siswi MAN Insan Cendekia Serpong, yang bukan
hanya pintar dan cerdas, tapi juga dikenal memiliki adab dan akhlak yang baik.
Pada tahun ini, LTMPT (Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi) menetapkan MAN Insan Cendekia Serpong sebagai peringkat pertama sekolah berdasarkan rata-rata Nilai UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) untuk kategori SMA/Ma se Indonesia. Tentu ini adalah menjadi kebanggan bagi semua civitas MAN Insan Cendekia Serpong dan seluruh umat Islam, karena ternyata sekolah Islam bisa bersaing secara sehat dengan sekolah unggulan lain, yang biasanya didominasi oleh sekolah non Islam. Hal ini membuktikan bahwa sekolah berbasis madrasah, yang menyeimbangkan antara Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan Iman dan Takwa (IMTAK) ternyata bisa berprestasi secara nasional.
Prestasi dalam bidang akademik saja tentu tak cukup, karena jika
hanya bertujuan untuk menjadikan siswanya berprestasi secara akademik saja,
para orangtua bisa memilih sekolah unggulan negeri atau sekolah terpadu lainnya
sebagai tempat menimba ilmu bagi putra-putrinya. Saat ini, Madrasah menjadi pilihan banyak orangtua
untuk menjadi tempat pendidikan putra putrinya, dengan harapan agar putra
putrinya tidak hanya pintar secara akademik, tapi juga memiliki karakter yang
baik dan memiliki dasar keimanan yang kuat dalam menghadapi tantangan zaman ke
depan.
Maka kata “cendekia” bisa ditafsirkan bukan hanya pintar dan cerdas
secara intelektual saja, tapi juga berperilaku baik dan berakhlak karimah serta
memiliki dasar keimanan yang kuat. Ini tentu sangat ideal, dan tak mudah untuk
diwujudkan, tapi ikhtiar dan proses menuju kesana, tentu harus terus dilakukan.
Suatu hari, saya berbincang santai dengan beberapa alumni yang
sudah menghabiskan 3 tahun masa remajanya di MAN Insan Cendekia Serpong. Saya
tanyakan perubahan apa yang mereka alami selama menjadi siswa di madrasah ini
dengan sebelumnya, serta tantangan apa yang mereka alami setelah lulus dari
sekolah ini dan menjadi mahasiswa di berbagai kampus.
Menarik sekali jawaban yang didapatkan karena ternyata berbagai
opini muncul dan menjadi diskusi yang seru dan panjang. Ada beberapa dari
mereka yang menjawab bahwa setelah menjadi siswa di MAN Insan Cendekia Serpong,
banyak perubahan yang didapatkan diantaranya menjadi pribadi yang lebih santun,
lebih mandiri, belajar beroganisasi dan bertanggung jawab, dan yang pasti belajar
bersosialisasi dengan berbagai karakter teman-teman, dan kakak kelas serta guru
dan pegawai yang sering ditemuinya. Jadi mereka merasakan banyak sekali
perubahan positif yang dialaminya selama menjadi siswa di madrasah ini.
Saya juga tanyakan tentang perubahan apa yang dialami setelah
menjadi siswa dan kemudian menjadi mahasiswa di kampusnya masing-masing. Ada
beberapa orang yang menyampaikan mengalami “culture shock” atau gegar
budaya setelah menjadi mahasiswa di kampus barunya, karena ternyata kondisi ideal
yang selama ini ditemuinya di madrasah ini, tidak didapatkannya di kampus
barunya, baik terkait kebiasaan beribadah, pergaulan antara perempuan dan
laki-laki, maupun kualitas dosen nya.
Diantara hal menarik yang saya simpulkan dari hasil obrolan tersebut
adalah bahwa mereka melihat ada perbedaan signifikan antara teman teman
mahasiswanya yang berasal dari madrasah ini dengan mahasiswa yang berasal dari
sekolah lain. Karena mereka kuliah di kampus terbaik, tentu yang mereka jumpai
adalah mahasiswa yang cerdas dan pintar. Tapi menurut mereka, ada yang
membedakan dari para mahasiswa pintar ini antara yang alumni dari madrasah ini
dengan alumni sekolah lain. Yang berasal
dari madrasah ini, mayoritas low profile dan tidak arogan, sementara dari
sekolah lain, menurut mereka, pintar dan cenderung sombong/arogan. Mereka kagum
dengan teman-teman dan kakak kelasnya yang ada di kampus yang sama, setelah
bergaul dengan mahasiswa dari sekolah lain, baru mereka sadar, bahwa
teman-teman dan kakak kelasnyanya yang juga sangat cerdas, tampil sebagai sosok
yang cendekia dan rendah hati.
Penanaman karakter rendah hati ini tentu tak didapatkan secara
instan. Ada banyak proses yang dilalui dan penempaan dari berbagai lini yang
dilakukan. Sejak menjadi siswa baru, dan berlanjut hingga kelas XII, mereka
selalu diingatkan bahwa kepintaran dan kecerdasan itu hakikatnya adalah milik
Allah semata, maka tugasnya adalah menyadari bahwa kemampuan dalam hal akademik
harus diseimbangkan dengan sisi spiritualitasnya. Maka selain mereka harus
unggul dalam bidang akademik, maka juga harus disiplin juga dalam ibadahnya.
Baik dalam hal shalat berjamaah, shalat sunat, bacaan dan hafalan Quran, dan
lain sebagainya. Sisi keseimbangan dalam berbagai aspek inilah yang sering
sekali diingatkan dalam berbagai kesempatan.
Lingkungan juga turut berperan penting dalam membentuk karakter
anak. Jika siswa terbiasa disiplin dengan melihat kakak kelasnya tepat waktu,
ditambah dengan teladan dari guru atau pegawai lainnya juga disiplin shalat
jamaah ke masjid dan hal lainnya. Maka secara otomatis pembiasaan ini akan
turut membentuk karakter anak menjadi disiplin dan mandiri dalam segala hal.
Salah satu poin penting yang menjadi titik awal penanaman
nilai-nilai karakter keislaman dalam kampus MAN Insan Cendekia Serpong adalah
kegiatan MATSAMA (Masa Taaruf Siswa Madrasah) atau dulu dikenal dengan nama PTS
(Pekan Taaruf Siswa). Durasi dan bentuk kegiatan MATSAMA ini berubah-ubah.
Sebelum pandemi, MATSAMA berlangsung selama seminggu atau 7 hari dan dilakukan
secara offline. Saat masa pandemi, kegiatan dilakukan secara online melalui
zoom. Setelah masa pandemi, kegiatan MATSAMA ini, dilakukan selama 3 hari
secara offline.
Apa saja yang didapatkan siswa selama kegiatan MATSAMA berlangsung?
Selain pengenalan lingkungan sekolah, sistem kurikulum dan keasramaan, juga
siswa diperkenalkan dengan tata tertib sekolah. Didampingi panitia dari kakak
kelasnya yang mengkondisikan dan mensosialisasikan tata tertib selama menjadi
siswa Insan Cendekia, siswa baru kelas X pun mulai beradaptasi dengan sistem
baru yang ada di MAN Insan Cendekia Serpong.
Siswa kelas X, saat memasuki madrasah ini, tentu berasal dari
berbagai latar belakang sekolah dan keluarga. Ada yang saat SMP nya, tidak
menggunakan jilbab, ada yang pernah pacaran, ada yang belum lancar baca Qur’an
nya dan lain sebagainya. Perlu adanya penanaman standar nilai dan perilaku baik
yang salah satunya disosialisasikan melalui kegiatan MATSAMA. Nilai apa saja yang ditanamkan dan
diinternalisasi selama kegiatan MATSAMA, berikut adalah beberapa diantaranya.
Nilai/Materi |
Jalur jalan ikhwan akhwat |
Adab di masjid, shalat jamaah awal waktu |
Adab di kantin |
Manajemen waktu dan mandiri |
Tolong, terima kasih, maaf |
Senyum, salam, sapa, sopan, santun |
Sikap buruk (ghibah dan ghasab) |
Adab kepada guru dan karyawan |
Adab berpakaian |
Hubungan Ikhwan Akhwat |
Angkatan dan kebersamaan |
Organisasi |
Tips survive di Insan Cendekia |
Kebersihan dan kehidupan asrama |
Penjelasan dari materi-materi tersebut antara lain adalah sebagai
berikut
1.
Jalur jalan ikhwan akhwat
Di madrasah ini, ada banyak cara untuk menjaga hijab/batas antara
putra/ikhwan dan putri/akhwat, termasuk jalan yang harus dilalui. Jalur jalan
untuk putra dibedakan dengan putri, dengan tujuan menjaga interaksi agar tidak
terjadi khalwat/campur baur antara putra dan putri.
Adab di masjid dijelaskan terkait kehadiran shalat tepat waktu
secara berjamaah di masjid, tata cara shalat jamaah, membuat shaf barisan
shalat jamaah, aturan penggunaan pakaian di masjid, dimana putra harus memakai
sarung, peci dan koko, sementara yang putri, menggunakan mukena dan segala hal
terkait aktivitas di masjid.
Adab di kantin terkait adab makan, yaitu makan menggunakan tangan
kanan, makan sambil duduk, menghabiskan makanan yang sudah diambil, tidak
mubadzir dalam mengambil makanan, membuang sisa makanan di tempatnya, dan
segala hal terkait aturan makan di kantin.
Hal ini terkait bagaimana mengatur waktu dalam melatih kemandirian,
dimana berbagai aktivitas yang padat di sekolah dan asrama, harus diatur agar
semua berjalan sesuai yang diharapkan. Baik terkait jadwal mandi, jadwal
mencuci yang harus diatur dengan teman sekamar, hingga mengatur waktu tidur
agar semuanya bisa berjalan seimbang.
Hal ini terkait dengan membiasakan diri mengucapkan kata “tolong”
saat meminta bantuan atau menyuruh, mengucapkan maaf bila melakukan kesalahan
dan mengucapkan terimakasih saat sudah dibantu. Tiga kata ajaib ini, selalu
ditanamkan untuk semua civitas madrasah ini.
Hal ini terkait dengan adab saat bertemu orang lain, dimana siswa
harus membiasakan mengucapkan salam dan bersikap sopan serta santun jika
bertemu siapapun, baik adik kelas, kakak kelas, guru atau pegawai maupun tamu
yang ditemui.
Hal ini terkait dengan sesuatu yang harus dihindari atau tidak
boleh dilakukan di lingkungan sekolah berasrama atau madrasah ini yaitu ghibah
yaitu menjelek-jelekkan orang lain dan ghasb atau meminjam barang milik orang
lain tanpa izin. Ini juga sekaligus mengajarkan adab dalam meminjam barang
orang lain, bahwa saat menggunakan barang milik orang lain, maka harus minta
izin terlebih dahulu kepada pemiliknya.
Hal ini terkait dengan hal yang harus dilakukan saat bertemu guru
dan karyawan di madrasah ini, yaitu mengucapkan salam, siswa perempuan mencium
tangan guru atau pegawai perempuan, tidak diperbolehkan mencium tangan guru
yang berlainan jenis kelamin, karena termasuk kategori non mahram. Juga harus
bersikap hormat dan patuh pada apa yang disampaikan oleh guru dan karyawan,
selama tidak menyuruh melakukan sesuatu yang buruk.
Adab berpakaian ini adalah tentang menggunakan pakaian disesuaikan
dengan kondisinya. Jika pergi ke masjid, maka pakaian yang dikenakan adalah
berbeda dengan saat siswa berolah raga di lapangan. Lalu ketentuan pakaian
untuk perempuan juga dijelaskan harus menutup aurat dan tidak boleh transparan
atau membentuk tubuh, kerudungnya harus menutup dada dan berkaos kaki. Untuk
laki-laki, tidak diperkenankan menggunakan celana diatas lutut, dan lain-lain
yang terkait aurat laki-laki dan perempuan.
Ada banyak siswa yang berasal dari SMP Negeri dimana pergaulan
antara perempuan dan laki-laki sebelumnya begitu bebas, bisa saling bersentuhan
kepada teman lain jenis kelamin dengan bebasnya. Di madrasah ini, dijelaskan
ketentuannya bahwa antara ikhwan dan akhwat, ada yang harus dijaga sikapnya,
jarak dalam berbicara, tidak boleh bersentuhan, tidak boleh pacaran dan lain
sebagainya.
Di madrasah ini, ada namanya angkatan yaitu kelas X semuanya
disebut satu angkatan, begitupun kelas XI dan kelas XII. Saat menjadi siswa di
madrasah ini, tidak bisa hidup egois dan seenaknya, tanpa mempertimbangkan kebaikan
angkatan. Ada nama baik angkatan yang harus dijaga, ada kebersamaan angkatan
yang harus dibangun untuk membangun kekompakan. Sehingga diharapkan angkatan
ini berperan penting dalam membantu siswa baru beradaptasi di sekolah
berasrama.
12. Organisasi
Selain belajar akademis, di madrasah ini siswa juga diajarkan untuk
belajar bersosialisasi dan berorganisasi melalui OSIS dan beberapa kepanitiaan
kegiatan. Diharapkan melalui berbagai kegiatan ini, siswa dilatih untuk
memiliki soft skill sebagai bekal kehidupan di masa mendatang.
13.
Tips survive di Insan Cendekia
Ada banyak kasus siswa yang sebelumnya tidak pernah sekolah di
sekolah berasrama, kesulitan beradaptasi dengan sistem sekolah berasrama. Maka
siswa baru perlu dibekali dengan tips dan trik agar bisa betah dan nyaman dalam
beradaptasi dengan sekolah berasrama.
14.
Kebersihan dan kehidupan asrama
Hal ini terkait dengan membangun kebiasaan dan melatih kemandirian,
baik dalam menjaga kebersihan kamar, tempat tidur, lemari dan meja belajar,
maupun lingkungan asrama secara keseluruhan. Bahwa hidup di asrama berbeda
dengan di rumah, yang terbiasa dilayani makan dan lain-lainnya, sementara
disini, semuanya harus mandiri dalam mengatur waktu makan, sekolah, istirahat
dan aktivitas pribadi.
Internalisasi nilai-nilai keislaman selama kegiatan MATSAMA ini
menjadi poin penting yang menjadikan karakter siswa siswa di MAN Insan Cendekia
Serpong menjadi berbeda dengan siswa-siswi dari madrasah dan sekolah lain. Awalnya
mungkin hanya doktrinisasi, tapi seiring berjalannya waktu, akan menjadi
pembiasaan dan pada akhirnya akan melekat menjadi karakter yang menetap pada
diri siswa dan siswi di madrasah ini.
Panitia MATSAMA, khususnya bagian tata tertib, menjadi pilar
penting untuk mengkondisikan siswa baru, yang sebelumnya tidak pernah mondok,
tidak pernah jauh dari orangtua, yang biasa dilayani di rumahnya, secara
perlahan harus beradaptasi dengan sistem sekolah berasraman di MAN Insan
Cendekia Serpong. Untuk menegakkan kedisiplinan siswa di awal saat masuk ini,
tim tata tertib dari panitia MATSAMA, menetapkan beberapa hukuman bagi siswa
baru yang melanggar. Sehingga diharapkan siswa baru menjadi terbiasa dan bisa
beradaptasi dengan sistem yang ada di madrasah ini.
Dampak dari kegiatan MATSAMA di MAN Insan Cendekia Serpong, sangat
besar sekali efek positifnya bagi pembentukan karakter siswa siswi di MAN Insan
Cendekia Serpong. Banyak siswi yang tadinya tidak berjilbab saat di SMP nya
menjadi sadar untuk berjilbab, banyak yang belum mengetahui tentang adab makan
dan minum, menjadi sadar dan spontan untuk makan dan minum sambil duduk. Dan
masih banyak lagi dampak positif yang dialami siswa baru, setelah mengalami
kegiatan MATSAMA ini. Idealnya, kegiatan MATSAMA ini dilakukan secara offline,
maka selama masa pandemi dan saat kegiatan MATSAMA ini dilakukan secara online,
efeknya tidak terlalu terlihat. Ada perbedaan mencolok yang terlihat antara
siswa yang mengalami masa MATSAMA secara online dengan yang offline. Dimana internalisasi
nilai-nilai yang ada di Insan Cendekia, lebih berhasil dilakukan jika kegiatan
MATSAMA ini dilakukan secara offline.
Yang menarik dari pelaksanaan MATSAMA secara offline adalah adanya
kakak kelas yang “disusupkan” menjadi peserta. Fungsinya adalah untuk menjadi
informan. Jumlahnya adalah 4 orang yaitu 2 orang putri dan 2 orang putra. Jadi
4 orang kakak kelas yang ikut menjadi peserta MATSAMA ini, perannya dibagi, ada
yang mendapat peran sebagai “anak baik” dan ada juga yang berperan sebagai “anak
nakal”. Fungsi lain dari kakak kelas ini adalah juga sebagai media untuk
“menguji kebersamaan”.
Suatu hari di bulan Juli tahun 2022, saat kegiatan MATSAMA untuk
angkatan 28 di MAN Insan Cendekia Serpong, atau tahun ajaran 2022/2023, saya
dihubungi panitia dari tim tata tertib MATSAMA. Saya diminta terlibat dalam
“drama” dimana salah seorang dari kakak
kelas yang menjadi peserta MATSAMA, disetting untuk keluar/pindah sebagai siswa
di madrasah ini.
Agar drama tersebut terlihat meyakinkan, saya sebagai wali asrama
angkatan 28, diminta untuk ikut “mengantarkan” pulang siswi ini, dan sudah
disiapkan koper dan perlengkapan yang akan dibawa pulang. Drama ini digunakan
sebagai alat untuk menguji kebersamaan angkatan 28, apakah mereka akan sedih
atau tidak melepas kepergian temannya, dan bagaimana bentuk pertanggung jawaban
teman satu angkatan yang tidak bisa mempertahankan keutuhan jumlah angkatan
ini.
Diatas sudah disampaikan bahwa dalam salah satu materi yang
disampaikan, ada nilai kebersamaan angkatan yang ditekankan, bahwa selama
menjadi siswa di madrasah ini, harus menjaga kekompakan dan kebersamaan
angkatan. Jika salah satu temannya ada yang sakit atau sedang bermasalah, harus
ikut merawat dan membuat nyaman temannya yang sedang bermasalah. Dengan
demikian kebersamaan angkatan ini akan meminimalisir siswa tidak betah di
madrasah ini.
Tapi materi kebersamaan ini tidak akan teruji jika hanya sebatas
teori saja. Maka perlu dibuat sebuah skenario yang menguji kebersamaan mereka. Saat
diinformasikan bahwa salah satu peserta MATSAMA ini “disetting” tidak betah dan
akan pindah, banyak siswa baru angkatan 28 yang menangis dan merasa sedih
kehilangan temannya, lalu saya (berpura-pura) menjemputnya, memeluknya dan
mengantarkan kopernya seolah-olah akan pindah. Drama tersebut sukses membuat
peserta MATSAMA lain menangis dan panitia pun merasa senang karena misi mereka
untuk menguji kebersamaan angkatan pun berhasil dilakukan.
Selain materi yang sudah disampaikan diatas, pada saat MATSAMA juga
ada sesi khusus pemberian materi tentang adab dan akhlak yang disampaikan oleh
salah seorang guru. Berikut adalah suasana pemberian materi tentang adab dan
akhlak pada saat MATSAMA tahun 2022.
Setelah MATSAMA selesai, para siswa baru ini akan masuk pada prgram
matrikulasi, yaitu penyamaan standar akademis bagi kelas X. Karena beberapa
siswa ini berasal dari madrasah dan SMP yang berbeda-beda, maka perlu disamakan
dulu penguasaan dasar-dasar bebrapa bidang studi, yang diakhiri dengan adanya
postest atau tes diagnostik untuk menguji kemampuan penguasaan materi
matrikulasi. Dalam berbagai tes, biasanya mereka merasa harus berkompetisi
secara sehat dan tidak mau berada di posisi terendah, karena sejak SMP nya
mereka terbiasa menjadi yang terbaik.
Iklim kompetisi akademis juga turut membentuk karakter anak. Saat
melihat temannya rajin belajar, saling berkompetisi sehat dalam meraih nilai,
jujur dan tidak mencontek, maka secara perlahan karakter ini akan terbentuk
sehingga siswa tidak merasa sombong dengan kepintarannya, karena ternyata
banyak temannya yang lebih pintar dan cerdas daripada dirinya.
Terkait mencontek, ada aturan di sekolah ini, bahwa siswa yang
diketahui tidak jujur dan mencontek saat ulangan, maka tanpa ampun, gurunya
akan langsung memberikan nilai 0, dan ada sanksi sosial yang diberikan,
biasanya diminta berkeliling ke kelas-kelas untuk meminta maaf dan mengakui
bahwa dirinya sudah mencontek, sehingga diharapkan menimbulkan efek jera dan tidak
mengulangi perbuatannya lagi.
Dalam hal ibadah shalat jamaah, memang tidak selamanya siswa ini
selalu disiplin shalat lima waktu di masjid. Ada kalanya siswa lelah, kondisi
kurang fit, dan banyaknya ulangan sehingga akhirnya menjadi tidur larut malam.
Tapi saat dibuat ketentuan bahwa siswa yang tidak shalat berjamaah ke masjid,
tidak diperkenankan membawa laptop ke sekolah, dan dicabut izin keluarnya, maka
secara perlahan tapi pasti, siswa pun terbiasa untuk disiplin shalat
berjamaahnya. Mungkin awalnya mereka melakukannya karena laptop, tapi perlahan
tapi pasti semuanya berproses bahwa melakukan suatu ibadah harus atas dasar
kesadaran karena Allah Swt. Dan ini adalah bukan proses instan sebulan dua
bulan tapi merupakan proses panjang yang membutuhkan kesabaran dan kerjasama
dari semua pihak.
Adalah sesuatu yang membahagiakan jiwa saat melihat para remaja ini
disiplin dalam shalat berjamaah karena itu merupakan pondasi awal pembentukan
karakter yang positif.
Pembentukan karakter siswa menjadi Insan yang Cendekia, tentu
bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Kebiasaan di rumah yang sudah terbentuk
selama belasan tahun, tentu tidak serta merta akan bisa berubah dalam waktu
singkat dalam hitungan bulan atau maksimal 3 tahun selama menjadi siswa di
madrasah ini. Tapi harapannya, ada banyak warna baru, kebiasaan baru, hal baik
yang didapatkan selama menjadi siswa di madrasah berasrama, yang tidak akan
didapatkan jika mereka sekolah di sekolah negeri atau sekolah lain yang tidak
berasrama.
Saat saya berkomunikasi dengan beberapa orang tua yang putra
putrinya dititipkan di madrasah ini, banyak testimoni positif yang didapatkan.
Bahwa mereka melihat banyak perubahan positif yang dialami putra putrinya
setelah mengenyam pendidikan di madrasah ini. Diantara perubahan positif yang
dialami putra putrinya adalah menjadi lebih dewasa, lebih mandiri, lebih santun
dalam bersikap kepada orang tua. Dan tentunya lebih islami baik dalam perkataan
maupun perilakunya. Semoga perubahan yang dialami, bisa terus mengalami grafik
kenaikan, terutama dari segi perubahan perilakunya menjadi lebih baik lagi
dalam segala hal. Aamin ya Rabbal Alamin.
Serpong,
10 Mei 2022
Penulis,
Eva Novita
(Guru Asrama
sejak tahun 2004)
No comments:
Post a Comment