Eva Novita, MAN Insan Cendekia Serpong, novita@ic.sch.id
ABSTRACT
Kemampuan berbahasa setiap orang tentu
berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, termasuk dalam
kemampuan berbahasa Arab sebagai bahasa asing atau bahasa kedua bagi siswa
madrasah. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah jenis kelamin atau gender.
Perbedaan gender dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar. Dari segi kemampuan verbal, dijelaskan bahwa perempuan lebih
baik dalam berbagai tugas-tugas verbal sejak awal perkembangannya, dan menjadi
superioritasnya yang terpelihara, sedangkan laki laki memiliki lebih banyak
masalah berbahasa daripada perempuan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah perbedaan kemampuan bahasa Arab siswa laki-laki dan
perempuan dalam pembelajaran Sharf. Responden penelitian ini siswa siswi kelas
X di MAN Insan Cendekia Serpong yang berjumlah 140 orang, yang terdiri dari 70
orang siswa laki-laki dan 70 orang siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif komparatif yaitu penelitian
yang menggambarkan atau menerangkan gejala dari variabel-variabel yang digunakan
untuk mengetahui perbedaan. Data yang dikomparasikan adalah kemampuan sharf
dalam bahasa Arab, yang diujikan melalui 2 tahap yaitu pretest dan postest.
Hasilnya adalah saat uji tahap pertama, kemampuan sharf siswa putra lebih baik
dari siswa putri, sementara pada uji tahap kedua, kemampuan sharf siswa putri
lebih baik dari siswa putri.
Everyone’s language skills are different.
There are several factors that influence it, including the ability to speak
arabic as a foreign languade or second language for Madrasah Aliyah students
(senior high school). One of the influencing factors is gender. Gender
differences are considered as one of the factors that can affect learning
achievement. In terms of verbal ability, it is explained that women are better
at various verbal tasks from the beginning of their development, and their
superiority is maintained, while men have more language problems than woman.
The goal to be achieved in this study is the difference in Arabic languade
skills of male and female students in learning Sharf. the respondent of this
study were students of class X at MAN Insan Cendekia Serpong, totaling 140
people, consisting of 70 male students and 70 female students. This study uses
a comparative descriptive design, namely research that describes or explains
the symptoms of the variables used to determine differences. The data being
compared is the ability to sharpen in Arabic, which is tested through 2 stages
namely pretest and posttest. The result is that druing the first stage of the test,
the sharpening ability of the male students was better than that of the female
students, while in the second stage of the test, the sharpening ability of the
female students was better than that of the female students.
PENDAHULUAN
Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan
Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesan Ilahi kepada seluruh umat manusia. Bahasa
Arab adalah bahasa yang masih bertahan hingga saat ini, dan tak pernah berhenti
dipelajari oleh semua umat manusia, dari agama manapun. Keistimewaan Bahasa
Arab sebagai Bahasa Al-Qur’an, nampaknya menjadi alasan dijadikannya Bahasa
Arab sebagai bahasa yang harus dipelajari oleh beberapa siswa di Madrasah dan
pesantren. Tetapi menurut Aziz Fahrurrozi, [1]
meskipun Bahasa Arab diakui sebagai bahasa kitab suci, ternyata tidak
terpengaruh secara signifikan terhadap sikap belajar siswa dan hasil
belajarnya. Artinya ada kesenjangan antara keistimewaan Bahasa Arab dengan
ketertarikan siswa dalam mempelajari bahasa Arab, yang nantinya akan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Hal ini bisa disimpulkan bahwa ada masalah dalam pembelajaran bahasa Arab.
Secara umum, ada 2 masalah dalam pembelajaran
bahasa Arab yaitu masalah bahasa dan non bahasa. Permasalahan bahasa adalah
terkait sistem bahasa itu sendiri baik terkait fonem, struktur kata, struktur
bahasa, tata bahasa maupun makna yang terkandung dari struktur kalimat suatu
bahasa. Masalah non bahasa adalah masalah diluar bahasa tapi sangat terkait
dengan keberhasilan pembelajaran siswa dalam bahasa Arab, yaitu tentang
motivasi, metode pembelajaran, lingkungan berbahasa, dan lain-lain.
Problem bahasa yang akan penulis soroti adalah
terkait dengan ilmu sharf. Menurut Limas Dodi [2], Ilmu
sharf membahas kaidah tata bahasa Arab yang menjadi dasar dalam mempelajari
literatur berbahasa Arab seperti Al-Qur’an Hadits. Pengetahuan dan pemahaman
siswa terkait ilmu sharf, menjadi esensial karena sebagai perantara awal dalam
memahami wawasan keislaman.
Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong,
sebagai sebuah madrasah unggulan yang berusaha menyeimbangkan aspek Imtak dan
Iptek nya, memberi perhatian penting pada bidang studi Bahasa Arab dalam
struktur kurikulum nya. Bahasa Arab diajarkan di kelas siang hari dan juga di
kelas malam hari. Untuk kelas siang, mengikuti kurikulum dari Kementerian
Agama, sementara yang kelas malam, mulai tahun ini berkonsentrasi pada
pembelajaran ilmu sharf.
Latar belakang siswa kelas X berasal dari SMP
atau MTs yang berbeda-beda. Ada yang sudah pernah belajar bahasa Arab pada
sekolah sebelumnya, tetapi mayoritas siswa belum pernah belajar bahasa Arab
sama sekali, apalagi ilmu sharf secara komprehensif. Inilah yang menjadi
tantangan penulis dalam meneliti fenomena ini. Maka selain masalah bahasa yang
penulis hadapi terkait pembelajaran ilmu sharf ini, muncul juga problem non
bahasa nya yaitu motivasi dan minat belajar serta metode pembelajaran.
Menurut Muh Nahidh Islami[3],
perlu ada nya tahapan pembelajaran Bahasa Arab yaitu untuk memudahkan
tercapainya tujuan pembelajaran. Tahapan tersebut adalah mulai dari mempelajari yang mudah
dilanjutkan menuju materi yang susah, setelah itu dari hal yang abstrak menuju
yang konkrit, yang terkait dengan aktivitas sehari hari dan bisa dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Karena belajar bahasa Arab memerlukan waktu yang
tidak singkat, butuh proses yang panjang dan menuntut kesungguhan dan
kesabaran. Maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam setiap jenjang
peserta didik. Apalagi mempelajari ilmu sharf, yang dirasa sulit oleh beberapa
siswa.
Hal senada diungkapkan oleh Undang Syarifudin[4].
Menurutnya, belajar ilmu sharf bagi siswa di tingkat SMP dan SMA, bukanlah hal
yang mudah. Beberapa kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari ilmu sharf
adalah terkait perubahan kata seperti perubahan dari kata benda “pertolongan”
menjadi kata kerja “menolong”, atau menjadi kata kerja perintah “tolonglah” dan
seterusnya. Maka dibutuhkan metode yang menarik untuk membuat siswa mudah
memahami pelajaran dalam ilmu sharf.
Bahasa Arab sebagai bahasa yang rumit dan
sulit untuk dipelajari dipaparkan juga oleh Hisyam Ahyani[5]dan
Ayu Nur Islami[6].
Menurut Hisyam, bahasa Arab memiliki tata bahasa yang rumit dan kompleks,
sementara menurut Ayu, ada 2 faktor yang menyebabkan bahasa Arab menjadi sulit
dipelajari yaitu faktor psikologis dan faktor metodologis. Faktor psikologis
terkait persepsi siswa terntang ilmu sharf itu sendiri, sementara faktor
metodologis terkait dengan cara ilmu sharf itu diajarkan kepada siswa.
Durotun Naseha & Muassomah,[7] berpendapat
bahwa studi penelitian yang ada mayoritas membahas pada pembelajaran ilmu sharf
di madrasah dan pesantren yang masih menggunakan metode tradisional dalam
mengajarkan ilmu sharf yaitu dengan cara setoran hafalan atau sorogan. Padahal
bisa jadi, pada kenyataannya di lapangan, sudah banyak madrasah dan pesantren
yang menggunakan metode modern dalam mengajarkan ilmu sharf.
Menurut observasi yang dilakukan Ineu
Nurtresnaningsih[8],
sistem pendidikan dan pengajaran yang
digunakan di beberapa sekolah, sifatnya masih klasikal, atau kemampuan siswa
diperlakukan secara homogen padahal bisa jadi, ada beberapa siswa yang sudah
pernah mempelajari materi tersebut sebelumnya, dan banyak juga yang belum
pernah belajar ilmu sharf sebelumnya. Memang ada kendala jika guru ingin
menggunakan sistem yang individual atau disesuaikan dengan kemampuan siswanya
yaitu terkait keterbatasan waktu.
Setiap siswa mempelajari banyak sekali bidang
studi di sekolahnya, tidak hanya bahasa Arab. Maka dalam setiap minggu, beban
siswa untuk memahami pelajaran memang tidak mudah. Sementara waktu belajar
dalam satu semester juga terbatas, maka masalahnya bukan dalam sistem klasikal
atau tidak, tapi metode atau model pembelajaran apa yang digunakan dalam kelas
tersebut yang dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu materi.
Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia yang
menjadi tempat penulis mengajar bahasa Arab, menggunakan sistem berbeda pada
kelas siang hari dan kelas malam hari. Pada kelas siang hari, siswa kelas X
dibagi menjadi 7 kelas berdasarkan jurusan IPA/IPS nya, setiap kelas berjumlah
20 orang. Sementara pada kelas malam hari, pembagian kelas dilakukan
berdasarkan jenis kelamin. Siswa kelas X yang berjumlah 140 orang dibagi
berdasarkan jenis kelamin, menjadi 4 kelas yaitu 2 kelas putra dan 2 kelas
putri. Kegiatan pembelajaran bahasa Arab di malam hari dilakukan pada hari
Senin-Kamis, dari pukul 18.30-19.30.
Beberapa tantangan penulis dalam mengajarkan
ilmu Sharf pada kelas malam adalah, kondisi siswa yang sudah lelah setelah
belajar seharian dari pagi hingga sore serta latar belakang siswa yang
berbeda-beda terkait kemampuan berbahasa Arab nya. Untuk mengatasi dua kondisi
tersebut, penulis tertarik untuk menggunakan metode permainan dalam
pembelajaran ilmu Sharf.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian dilakukan di Madrasah Aliyah
Negeri Insan Cendekia Serpong. Populasi penelitian yang sekaligus menjadi
subjek penelitian adalah seluruh kelas X yang berjumla 140 orang, terdiri dari
70 orang siswa laki-laki dan 70 orang siswa perempuan. Penulis tidak
menggunakan sampel penelitian, tapi menjaring semua populasi agar lebih
komprehensif dan akurat data nya. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan
rancangan deskriptif komparatif yaitu penelitian yang menggambarkan atau
menerangkan gejala dari variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui
perbedaan. Tahapan penelitian diawali dengan merumuskan masalah, mencari teori,
menemukan jawaban teoritis, pengumpulan data, mengelola data dan menarik
kesimpulan.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan
adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan
untuk menerangkan fakta dan fenomena yang ada dan keterangan hasilnya berupa
ungkapan dan pemaparan apa adanya.[9]
Menurut [10],
metode analisis data pada penelitian deskriptif, umumnya non hipotesis atau
tidak memerlukan adanya hipotesa.
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis
lakukan adalah dengan mengumpulkan data primer, berupa hasil pretes dan postest
dari siswa kelas X, terkait materi tentang sharf (instrumen tes terlampir).
Setelah para siswa melakukan pretest tentang
materi sharf, lalu diberikan materi tentang sharf. Kemudian setelah itu,
diadakan lagi postes untuk mengetahui perbedaan kemampuan siswa laki-laki dan
perempuan dalam penguasaan materi sharf.
Teknik analisis data yang penulis lakukan
adalah dengan teknik analisis data deskriptif yaitu berupa proses menganalisis,
menggambarkan dan meringkas kejadian atau fenomena dari data yang diperoleh.
Data disajikan dalam bentuk grafik atau
tabel. Tujuannya adalah untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam mengenai
kejadian berbagai fenomena yang diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan tahapan penelitian yang penulis
lakukan, dimana seluruh siswa kelas X yang berjumlah 140 orang, mengikuti
pretest dan postest sesuai waktu yang telah ditentukan.
Hasil pretest semua siswi putri adalah sebagai
berikut:
1. Yang mendapat nilai 80-99 ada 21 orang
2. Yang mendapat nilai 60-79 ada 23 orang
3. Yang mendapat nilai 40-59 ada 19 orang
4.
Yang mendapat nilai dibawah 40 ada 7 orang
Hasil pretest semua siswi putra adalah sebagai berikut:
1.
Yang mendapat nilai 80-100 ada 27 orang
2.
Yang mendapat nilai 60-79 ada 21 orang
3.
Yang mendapat nilai 40-59 ada 8 orang
4.
Yang mendapat nilai dibawah 40 ada 14 orang
Hasil postest semua siswi putri adalah sebagai berikut:
1.
Yang mendapat nilai 100 ada 4 orang
2.
Yang mendapat nilai 80-99 ada 43 orang
3.
Yang mendapat nilai 60-79 ada 17 orang
4.
Yang mendapat nilai 40-59 ada 5 orang
5.
Yang mendapat nilai dibawah 40 ada 1 orang
Hasil postest semua siswi putra adalah sebagai berikut:
1.
Yang mendapat nilai 100 ada 5 orang
2.
Yang mendapat nilai 80-99 ada 47 orang
3.
Yang mendapat nilai 60-79 ada 6 orang
4.
Yang mendapat nilai 40-59 ada 8 orang
5.
Yang mendapat nilai dibawah 40 ada 4
orang
Pembahasan :
Pada saat pretest dilakukan, untuk siswa putri, yang mendapat nilai 80-99
ada 21 orang (30%), yang mendapat nilai 60-79 ada 23 orang (33%), yang mendapat
nilai 40-59 ada 19 orang (27 %), yang mendapat nilai dibawah 40 ada 7 orang (10
%).
Berdasarkan data tersebut, ada 30 persen yang mendapat nilai diatas 80, dan
sebanyak 70 persen mendapat nilai dibawah 80.
Pada saat pretest dilakukan, untuk siswa putra, yang mendapat nilai 80-99
ada 27 orang (39%), yang mendapat nilai 60-79 ada 21 orang (30%), yang mendapat
nilai 40-59 ada 8 orang (11 %), yang mendapat nilai dibawah 40 ada 14 orang (20
%).
Berdasarkan data tersebut, ada 39 persen yang mendapat nilai diatas 80, dan
sebanyak 61 persen mendapat nilai dibawah 80.
Kesimpulannya, jika dibandingkan dengan data putri, kemampuan sharf siswa
putra pada saat postest lebih unggul dibanding kemampuan siswa putri.
Pada saat postest dilakukan, untuk siswa putri, yang mendapat nilai 100 ada
4 orang (6%), yang mendapat nilai 80-99 ada 43 orang (62%), yang mendapat nilai
60-79 ada 17 orang (24%), yang mendapat nilai 40-59 ada 5 orang (7 %), yang
mendapat nilai dibawah 40 ada 1 orang (1 %).
Berdasarkan data tersebut, ada 68 persen yang mendapat nilai diatas 80, dan
sebanyak 32 persen mendapat nilai dibawah 80.
Pada saat postest dilakukan, untuk siswa putra, yang mendapat nilai 100 ada
5 orang (7%), yang mendapat nilai 80-99
ada 47 orang (67%), yang mendapat nilai 60-79 ada 6 orang (9%), yang mendapat
nilai 40-59 ada 8 orang (11 %), yang mendapat nilai dibawah 40 ada 4 orang (6
%).
Berdasarkan data tersebut, ada 74 persen yang mendapat nilai diatas 80, dan
sebanyak 26 persen mendapat nilai dibawah 80.
Kesimpulannya, jika dibandingkan dengan data putri, kemampuan sharf siswa
putra saat postest kalah unggul dibanding kemampuan siswa putri.
Ini adalah fenomena menarik, dimana ada perbedaan hasil pretest dan hasil postest antara siswa putri dan siswa putra. Pada saat
pretest, siswa putra lebih unggul, sementara pada saat postest, siswa putri
lebih unggul. Hal ini menarik untuk dikaji secara lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Wisnu Wibowo, Prasetyo. Bahasa dan Gender,
Jurnal Lite vol 8 nomor 1, Maret tahun 2012.
Ahyani, Ahyani. Situation Method dalam Pembelajaran Sharaf di Era Revolusi
Industri 4.0, jurnal A Jami, Volume 10 no 1, Juni tahun 2021.Arikunto,
S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Cipta.Muadzah, Maryam & Afifah Amalia, Metode
Pembelajaran Ilmu Sharaf di Pondok Pesantren Baitul Qur’an Cirata. UIN Malang,
Jurnal Shaut Al-‘Arabiyah, vol 10 no 1, Juni tahun 2022
Dodi, Limas. Metode Pengajaran Nahwu Sharf, Jurnal
Tafaqquh, Vol 1 no 1, Mei tahun 2013
Fatmawati, Perbedaan Gaya Belajar berdasarkan
jenis kelamin pada siswa MTs Madani Pao Pao, Skripsi tahun 2017
Fahrurroji, Aziz, Pembelajaran Bahasa Arab,
Problematika dan Solusinya, UIN Jakarta, Jurnal Arabiyat, vol 1 no 2, Desember
2014
Fahrurrozi, Aziz dan Erta Mahyudin,
Pembelajaran Bahasa Asing (Jakarta: Bania Publishing, 2010), h. 1.
Kamil Abdurrahman Mahmud, Abdurrahman, 2004-2005.
Thuruq at Tadris al Lughah al ‘Arabiyah, Mesir:Universitas Kairo.
Marwoko CA, Gatot. Psikologi Perkembangan Masa
Remaja, ejournal Kopertais, Jurnal Tasyri’, vol 26 no 1, April tahun 2019.
Menyikapi Perbedaan Kemampuan
Bahasa Arab Peserta Didik - Kompasiana.com, diakses terakhir tanggal 30 Agustus 2022.
Naseha, Durotun & Muassomah, Model
Pembelajaran Ilmu Sharaf dengan Menggunakan Metode Inquiry dan Metode Snowball
Tashrif, UIN Malang, Jurnal Alfazuna, Vol 3 no 1, Juni tahun 2018
Nazir, Moh. Metode
Penelitian. 2005. Bogor: Ghalia Indonesia
Nur Islami, Ayu. “‘Al-Arabiyyah Sahlah’
Sebagai Label Perspektif Baru dalam Menyongsong Pemmbelajaran Bahasa Arab di
New Normal”, Jurnal Dinamika 1, no. 2 Desember (2020): hal. 55-69.
Nurtresnaningsih, Ineu. Problematika Siswa
dalam Pembelajaran Bahasa Arab serta Upaya untuk Menanggulanginya. Jurnal Alsuniyat,
Volume 1 no 1, April tahun 2018
Ratminingsih,Ni Made. Pengaruh Gender dan Type
Kepribadian terhadap Kompetensi Berbahasa Inggris, Jurnal Pendidikan dan
pengajaran, jilid 46, Nomor 3, oktober 2013
Syafitri, Nurlia. Analisis Perbedaan Gaya
Belajar Siswa Laki-Laki dan Siswa perempuan kelas X Jasa Boga pada Mata
Pelajaran Ilmu Gizi di SMKN Yogyakarta, skripsi tahun 2017.
Syahputra, Edi, Arya Wiranda, Syahwan Hamdany,Analisis
Perbandingan Uji Kemampuan Bahasa Indonesia antara Pria dan Wanita, Pardamean,
Jurnal Multi Disiplin Dehasen, vol 1 no 3, Juli tahun 2022
Syaripudin, Undang, Yana Aditya Gerhana,
Hafizh Hasanudin,Pembuatan Game Ilmu Sharf (Tashrief) sebagai Media
Pembelajaran Bahasa Arab, Volume VI no 1-2, Juli tahun 2012. eJurnal UIN
Bandung
Sudaryanto, 1998, Metode Linguistik. Jakarta:
Raja Grafindo.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta. 2012
[1] Aziz Fahrurrozi, “Bahasa Arab: Problematika dan Solusinya”, Arabiyat:
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban UIN Jakarta, vol. 1 no 2, Desember 2014.
[2] Limas Dodi, Metode Pengajaran Nahwu Sharf, Jurnal Tafaqquh, Vol 1 no 1,
Mei 2013.
[3] Muh Nahidh Islami, https://www.kompasiana.com/muh60847/5c0ca3766ddcae406a5bef85/menyikapi-perbedaan-kemampuan-bahasa-arab-peserta-didik
[4] Undang Syaripudin, Yana Aditya Gerhana, Hafizh Hasanudin, “Pembuatan Game
Ilmu Sharf (Tashrief) sebagai Media Pembelajaran Bahasa Arab, eJornal UIN
Bandung, Volume VI no 1-2 Juli 2012.
[5] Hisam Ahyani, “Situation Method dalam Pembelajaran Ilmu Sharaf di Era
Revolusi Industri 4.0”, A Jami: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, Vol 10 no 1,
Juni 2021.
[6] Ayu Nur Islami, “Al Arabiyyah Sahlah sebagai Label Perspektif Baru dalam
Menyongsong Pembelajaran Bahasa Arab di New Normal, Jurnal Dinamika Vol 1,
no 2, Desember tahun 2020.
[7] Durotun Naseha & Muassomah, “Model Pembelajaran Ilmu Sharaf dengan
Menggunakan Metode Inquiry dan Metode Snowball Tashrif, Jurnal Alfazuna, Vol
3 no 1, Juni 2018.
[8] Ineu Nurtresnaningsih, “Problematika Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Arab
serta Upaya untuk Menanggulanginya, Jurnal Alsuniyat Volume 1 no 1, April 2018.
[9] Sudaryanto, 1998, Metode Linguistik. Jakarta: Raja Grafindo. hal. 62
[10] Arikunto S, 1998. Prosedur Penelitian Suatu n. Jakarta: Bina Cipta, hal.
245
No comments:
Post a Comment