Sejak kecil, tentu kita sering mendengar kisah Nabi
Musa yang dikejar Firaun dan pasukannya. Banyak sekali kisah dalam Al-Qur’an
yang berlalu begitu saja, tanpa ada hikmah yang kita bisa terapkan dalam
kehidupan zaman now, seolah-olah kisah itu adalah dongeng yang hanya pantas
diceritakan untuk cerita pengantar sebelum tidur pada anak-anak kita, seputar
mujizat kenabian, yang tidak mungkin akan dialami oleh orang seperti kita, yang
bukan orang shalih banget, apalagi nabi.
Setelah membaca buku karya Dewa Eka Prayoga yang
berjudul “Melawan Kemustahilan, Menguji Keimanan, Menjemput Keajaiban”, saya
mendapat pencerahan saat sang penulis menceritakan tentang kisah Nabi Musa
dikejar Firaun dan pasukannya di laut merah. Menurut penulisnya, kisah tersebut
seringkali terjadi pada kita dengan analogi sebagai berikut:
Nabi Musa = Kita
Laut Merah = Hambatan
Firaun = Ancaman
Tanah yang dijanjikan = Impian
Tongkat Nabi Musa = Solusi

