Pondok Pesantren al Ittifaq berdiri pada tanggal 1 Februari tahun 1934 dan dipimpin oleh KH Mansyur. Saat itu berfokus pada pendidikan keagamaan, terutama pesantren tradisional yaitu Salafiyah. KH Mansyur memimpin al Ittifaq sampai tahun 1953, lalu dilanjutkan oleh putranya, H. Rifai. Saat dipimpin H, Rifai, ponpes al Ittifaq tidak mengalami perkembangan berarti, saat itu ada 3 larangan yang dilestarikan di pondok ini, tidak boleh membangun tembok, tidak boleh belajar huruf latin, dan tidak boleh bergaul dengan pemerintah. Hal ini berlangsung lama hingga tahun 1970. Pada tahun itulah pondok pesantren dilanjutkan oleh KH Fuad Affandi, putra dari H. Rifai.
Sejak kepemimpinan KH Fuad inilah, pondok pesantren ini megalami kemajuan pesat, ada beberapa kebijakan yang diterapkan oleh Mang Haji, panggilan akrab dari KH, Fuad Affandi. Diantara kebijakan itu adalah. Pertama, memberi nama Al Ittifaq yang bermakna persetujuan atau kesepakatan, maksudnya adalah agar semua pihak dalam pondok pesantren ini melakukan kerja sama dengan baik atau sama sama bekerja dengan baik. Kedua, melakukan hal hal yang selama ini dilarang oleh kakek dan ayahnya, yaitu mulai membangun, mengarahkan santrinya untuk sekolah formal dan melakukan kerjasama dengan berbagai unsur pemerintah. Ketiga, menjadikan Al Ittifaq sebagai pesantren khusus bagi orang yant tidak mampu atau yatim piatu dan Keempat, merintis kegiatan-kegiatan ekonomi produktif, terutama sektor pertanian yang bertujuan agar pesantren dapat mandiri dalam membiayai kegiatan belajarnya.
Pesantren al Ittifaq pun berkembang menjadi pesantren agribisnis yang menghasilkan aneka produk pertanian, baik sayuran, buah-buahan maupun yang lainnya , yang kemudian dijual ke pasar tradisional, supermarket di Jabodetabek maupun rumah sakit sekitar. Akhirnya kegiatan agribisnis yang melibatkan santri dan masyarakat sekitar pun berkembang dengan berdirinya Kopontren ALIF atau Koperasi Pondok Pesantren ALIF yang berdiri secara legal pada tahun 1997.
Kopontren ALIF menjadi offtaker hasil panen dari lahan pertanian seluas 130 hektare milik 270 petani yang tergabug dalam 6 kelompok tani di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat. Hasil panen ini kemudian dikirim ke berbagai supermarket dan rumah sakit maupun pasar tradisional di sekitar Bandung dan Jabodetabek. Volume pengiriman sayuran segar setiap harinya tidak kurang dari 3 ton, dengan standar Good agriculture Practices dan Good handling Practices sayuran sekaligus meminimalisir food loss yang mungkin terjadi.
Keberhasilan pondok pesantren ini menginspirasi Bapak Presiden Jokowi untuk mendatangi Ponpes Al Ittifaq pada hari Senin 6 Maret 2023. Dalam kunjugannya, Pak Presin Jokowi mendorong pondok pesantren di seluruh Indonesia untuk mengadopsi model bisnis yang diterapkan Ponpes Al Ittifaq dalam mengelola hasil pertanian.
Keberhasilan pondok pesantren ini tak lepas dari motto Mang Haji atau KH Fuad Affandi yang mengatakan:
"Jangan sampai ada sejengkal tanah yang tidur
Jangan sampai ada sedikit waktu yang nganggur
Jangan sampai ada sehelai sampah yang ngawur"
Masyarakat sekitar Pondok Pesantren Al Ittifaq sangat merasakan sekali dampak positif dari agribisnis yang melibatkan santri dan masyarakat sekitar pesantren. Keberhasilan pondok pesantren Al Ittifaq dalam mengembangkan usaha agribisnis ini menjadikan ponpes ini sebagai tempat magang atau pelatihan agribisnis dari santri-santri dari pondok pesantren lain diluar daerah, maupun para petani, bahkan mahasiswa dari berbagai kampus, termasuk untuk siswa siswi MAN Insan Cendekia Serpong yang tahun ini, sudah ketiga kalinya melaksanakan kegiatan homestay di tempat ini.
Semoga bermanfaat
Eva Novita Ungu
Serpong, 20.06.2003.06.53
Berikut adalah video Homestay bagian kedua yang membahas profil pesantren Al Ittifaq dari berbagai sisi.
No comments:
Post a Comment