Secara bahasa, “tirakat” berasal dari kata
bahasa Arab yaitu thariqah yang artinya jalan. Istilah “tirakat” secara
istilah adalah latihan ibadah dalam rangka memerangi hawa nafsu untuk mencapai
satu tujuan. Tirakat biasa dilakukan oleh seseorang yang memiliki haajat atau
keinginan. Tradisi tirakat banyak dilakukan orang Jawa, baik dilakukan dengan
puasa, tahajud, berdoa, dzikir dan lain lain. Contohnya adalah yang dilakukan
KH Arwani Amran, pengasuh pondok pesantren Tahfidz Qur’an di Kudus. Dalam usaha
untuk menghafal Al-Qur’an, Kyai Arwani menjalani tirakat datang satu jam lebih
awal sebelum masa setor hafalan. Dengan cara itulah, Kyai Arwani diberikan
kemudahan dan berkah dalam menghafal. Dan kini, pesantren tahfidz Quran yang
digagasnya, berkembang pesat.
Praktek tiirakat sebenarnya sudah dilakukan
sejak zaman Nabi Muhammad. Rasulullah dan para sahabatnya banyak menghabiskan
waktu sianya dengan berpuasa, dan malam harinya untuk bermunajat. Mereka sedikit
makan, minum dan mengurangi jam tidurnya.
Terkait mendidik anak, mungkin kita sering
mendengar bagaimana orangtua zaman dahulu sering melakukan tirakat, demi
kesuksesan anak anaknya. Jika kita amati orangtua zaman dahulu, dengan berbagai
keterbatasan, tidak banyak pengetahuan parenting/pengasuhan yang dimilikinya,
tapi ternyata anak cucunya banyak yang sukses dunia akhirat. Tentu faktor
penyebabnya banyak, tapi mayoritas para orangtua ini, sangat ikhlas dan
berjuang keras mendoakan anak anaknya.
Bandingkan dengan kondisi kita sebagai
orangtua. Dengan adanya tsunami informasi tentang berbagai teori parenting,
sampai kita bingung sendiri harus menentukan yang mana, tapi hasilnya tetap
biasa saja. Kita rajin ikut webinar berbagai seminar parenting, baca buku dan
berguru pada berbagai narasumber, tapi kita lupa bekal khusus yang ada dalam
diri setiap orangtua dimanapun, yaitu kecintaan/keikhlasan dalam mendoakan anak
anaknya.
Ada beberapa alternatif cara/tirakat yang dilakukan
para orangtua, diantaranya :
1.
Memastikan
harta yang halal saja yang masuk dalam perut anggota keluarga.
2.
Puasa
hari kelahiran anak, walaupun hanya sebulan sekali
3.
Menjaga
lisan
4.
Setiap
memasak, bisa diiringi dengan banyak membaca basmalah, shalawat dan dzikir lain
5.
Tahajud
6.
Banyak
sedekah
7.
Membaca
Al-Qur’an
Dan masih banyak lagi alternatif yang bisa
dilakukan para orangtua, selain tentu saja mencari ilmunya.
Saya jadi ingat, almarhumah ibu saya banyak
sekali melakukan tirakat untuk kesuksesan dan kebaikan anak anaknya,
diantaranya merutinkan tadarus setiap hari, sedekah ke berbagai pesantren dan
guru ngaji, tahajud setiap hari, mendoakan dan menyebutkan anaknya satu persatu
satu, dengan doa yang berbeda beda dan mungkin masih banyak amalan baik beliau
yang tersembunyi. Semoga Allah memberi balasan yang lebih baik untuk setiap
kebaikan yang dilakukannya. Aamiin
No comments:
Post a Comment