Judul Buku : Qadha dan Qadar
Penulis : Ibnu Qayyim al-Jauziyah
Penerjemah : Abdul Ghaffar
Penerbit : Pustaka Azzam, Jakarta
TahunTerbit : 2004
Jumlah Halaman : 696
Yang menjadi latar belakang penulisan buku ini adalah perdebatan yang
sepertinya tak pernah usai antara faham Jabariyah dan Qadariyah tentang
masalah takdir. Saat pengetahuan akan kebenaran dalam masalah qadha,
qadar, hikmah dan ta’lil ini sudah sampai pada tahap yang sangat
dibutuhkan, maka sang penulis (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah) berusaha keras
untuk menyusun buku ini. Buku yang judul aslinya adalah “Syifa’ul Alil Fii Masaailil Qadha wal Qadar wal Hikmah wat Ta’lil” ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sehingga dapat memudahkan kita yang sulit memahami referensi berbahasa arab.
Buku ini terdiri dari 30 bab yang terdiri dari ulasan tuntas tentang takdir pertama sampai dengan kelima yaitu tentang takdir yaumiy (harian), takdir hauli (tahunan), takdir umri (umur),
lailatul qadar, dan penetapan takdir sebelum penciptaan langit dan
bumi; periode qadha dan qadar dari periode pertama sampai periode
keempat dari mulai periode pengetahuan Allah, periode penulisan,
kehendak Allah dan penciptaannya itu sendiri; tentang perbedaan kasb & jabr;
tentang perdebatan antara Jabariah dan Qadariah; tentang pembagian
qadha dan hikmahnya serta pembahasan berbagai hadits dan ayat al-Qur’an
yang berkaitan dengan masalah takdir.
Yang selalu menjadi pembicaraan menarik dalam ulasan tentang takdir
adalah perdebatan antara faham Jabariyah dan faham Qadariyah. Jabariyah
adalah paham yang menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah
ditentukan dari semula oleh Qadha dan Qadar Allah. Maksudnya adalah
bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan
kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan, di sini manusia tidak
mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena tidak memiliki kemampuan.
Dengan kata lain, Jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayang dan Tuhan sebagai dalangnya. Sedangkan orang-orang yang berpaham Qadariyah adalah
mereka yang mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak dan
memiliki kemampuan dalam melakukan perbuatan. Manusia mampu melakukan
perbuatan, mencakup semua perbuatan, yakni baik dan buruk. Dalam buku
ini, dibahas tuntas juga tentang perdebatan tersebut beserta
penyanggahnya yakni kaum sunni. Untuk lebih lengkapnya silahkan baca
buku ini.
Sang Penulis bernama lengkap Abu ‘Abdullah Syamsuddin
Muhammad Abu Bakr bin Ayyub bin Sa’d bin Huraiz bin Makk Zainuddin
az-Zur’i ad-Dimasyqi dan dikenal dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyah.
Dia dilahirkan pada tanggal 7 Shafar tahun 691 H. Dia tumbuh dewasa
dalam suasana ilmiah yang kondusif. Ayahnya adalah kepala sekolah
al-Jauziyah di Dimasyq (Damaskus) selama beberapa tahun. Karena itulah,
sang ayah digelari Qayyim al-Jauziyah. Sebab itu pula sang anak dikenal
di kalangan ulama dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyah.
Dalam usia yang relatif beliau, sekitar usia tujuh tahun, Imam Ibnu
Qayyim telah memulai penyimakan hadits dan ilmu-ilmu lainnya di
majlis-majlis para syaikh/guru beliau. Pada jenjang usia ini beliau
telah menyimak beberapa juz tentang Ta’bir ar-Ruyaa (Tafsir
mimpi) dari Syihabuddin al-‘Abir. Beliau telah mematangkan ilmu Nahwu
dan ilmu-ilmu bahasa Arab lainnya pada syaikh beliau Abu al-Fath
al-Ba’labakki, semisal Alfiyah Ibnu Malik dan selainnya.
Beliau belajar dari beberapa orang ulama dan pada akhirnya beliau
benar-benar bermulazamah secara total (berguru secara intensif) kepada
Ibnu Taimiyah sesudah kembalinya Ibnu Taimiyah dari Mesir tahun 712 H
hingga wafatnya tahun 728 H. Pada masa itu, Ibnu Qayyim sedang pada awal
masa-masa mudanya. Oleh karenanya beliau sempat betul-betul mereguk
sumber mata ilmunya yang luas. Beliau dengarkan pendapat-pendapat Ibnu
Taimiyah yang penuh kematangan dan tepat. Oleh karena itulah Ibnu Qayyim
amat mencintainya, sampai-sampai beliau mengambil kebanyakan
ijtihad-ijtihadnya dan memberikan pembelaan atasnya. Ibnu Qayyim yang
menyebarluaskan ilmu Ibnu Taimiyah dengan cara menyusun karya-karyanya
yang bagus dan dapat diterima. Ibnu Qayyim pernah dipenjara, dihina dan
diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk di
atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnu Qayyim pun
dilepaskan dari penjara.
Beberapa Karya Ibnu Qayyim adalah Tahdzib Sunan Abi Daud, I’lam
al-Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘Alamin, Ighatsatul Lahfan fi Hukmi Thalaqil
Ghadlban, Ighatsatul Lahfan fi Masha`id asy-Syaithan, Bada I’ul Fawa’id,
Amtsalul Qur’an, At-Tibyan fi Aqsamil Qur’an, Madarijus Salikin baina
manazil Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in, Al-Farqu bainal Khullah wal
Mahabbah wa Munadhorotul Khalil li qaumihi, Ath-Thuruqul Hikamiyyah, dan masih banyak lagi kitab-kitab serta karya-karya besar beliau yang digemari oleh berbagai pihak.
Ibnu Qoyyim meninggal dunia pada waktu isya’ tanggal 13 Rajab 751 H. Ia
dishalatkan di Mesjid Jami’ Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami’
Jarrah; kemudian dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir. Demikian
biografi Ibnu Qayyim al Jauziyyah.
Buku ini menarik karena mengupas tuntas masalah
takdir. Takdir seringkali menjadi pembicaraan yang tak pernah usai
karena pemahaman dan penafsiran yang berbeda terhadap teks hadits dan
ayat al-Qur’an yang berbicara tentang takdir. Buku ini menjelaskan
secara gamblang beberapa hadits dan ayat al-Qur’an yang menjadi sumber
perdebatan kaum muslimin terkait dengan masalah takdir. Adapun yang
menjadi kekurangan buku ini adalah adanya beberapa redaksi dan ejaan
lama yang sedikit mengganggu saat kita membaca buku ini. Tapi jika kita
lebih memprioritaskan isi bukunya, maka kekurangan dari sisi redaksi dan
ejaan, tentu bukan hal utama. Walaupun buku setebal ini belum saya
rampungkan seluruhnya, tapi saya yakin dengan kualitas isinya.
Dari berbagai sumber.
Semoga bermanfaat.
Wassalam
Eva Novita Ungu
Jumat, 4 Oktober 2013 (yang seharusnya untuk hari Rabu, 18 September 2013)
Para ulama besar banyak belajar dari berbagai sumber dan beberapa guru … mari meneladaninya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Postingan Favorit
-
Nama Allah al-'Afuww,al-Ghafur dan al-Ghaffar jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya sama yaitu Maha Pengampun. Tapi se...
-
Al-Qur’an adalah kitab suci yang memiliki banyak fungsi. Selain sebagai petunjuk, obat, ia juga adalah sumber ilmu, terutama terkait ...
-
Untuk memahami makna La’allakum Tattaqun, kita harus mengamati penggunaan kata tersebut dalam Al-Qur’an. Kata la’alla dipergunakan da...
No comments:
Post a Comment