Sesungguhnya ini menunjukkan bukti kemujizatan bahasa al-Qur’an dalam menerapkan diksi dan kosakata, sekaligus menjadi bukti yang menegaskan bahwa al-Qur’an bukanlah hasil rekayasa Nabi Muhammad Saw. Pengunaan setiap kata, frase dan kalimat dalam al-Qur’an ini sangat detil dan tepat karena sesuai konteks dan mengandung makna yang sangat mendalam. Mari kita buktikan …
Monday, May 21, 2018
Al Zayyan Hari 3 : Perbedaan makna aamanuu dan al muminuun
Mungkin sebagian diantara kita ada yang bertanya, mengapa Allâh Swt kadang membuka ayat al-Qur’an dengan menggunakan kalimat ( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ) dan tidak menggunakan kalimat (يا أيها المؤمنون)? Padahal dua kalimat ini sepintas memiliki terjemah makna yang sama dalam bahasa Indonesia, yaitu wahai orang-orang beriman. Tentu hal ini bukanlah suatu hal yang kebetulan dan tanpa ada alasannya.
Sesungguhnya ini menunjukkan bukti kemujizatan bahasa al-Qur’an dalam menerapkan diksi dan kosakata, sekaligus menjadi bukti yang menegaskan bahwa al-Qur’an bukanlah hasil rekayasa Nabi Muhammad Saw. Pengunaan setiap kata, frase dan kalimat dalam al-Qur’an ini sangat detil dan tepat karena sesuai konteks dan mengandung makna yang sangat mendalam. Mari kita buktikan …
Sesungguhnya ini menunjukkan bukti kemujizatan bahasa al-Qur’an dalam menerapkan diksi dan kosakata, sekaligus menjadi bukti yang menegaskan bahwa al-Qur’an bukanlah hasil rekayasa Nabi Muhammad Saw. Pengunaan setiap kata, frase dan kalimat dalam al-Qur’an ini sangat detil dan tepat karena sesuai konteks dan mengandung makna yang sangat mendalam. Mari kita buktikan …
Sunday, May 20, 2018
Al Zayyan Hari 4 : Rahasia Indah Dibalik kata Kutiba (كُتِبَ) dan Kataba (كَتَبَ)
Untuk memahami arti dan makna kata Kutiba (كُتِبَ) dan Kataba (كَتَبَ),
kita harus melihat secara utuh penggunaan kata-kata tersebut dalam Al-Qur’an.
Kata kutiba (كتب) disebutkan 4 kali dalam Al-Qur’an, semuanya dalam
surat Al-Baqarah yaitu ayat 178 tentang qishash, ayat 180 tentang
wasiat, ayat 183 tentang puasa, dan ayat 216 tentang perang. Berikut adalah
bunyi ayat-ayat tersebut.
Ayat 178 :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى
الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالأنْثَى بِالأنْثَى فَمَنْ عُفِيَ
لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ
بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ
ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan
dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik,
dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf
dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari
Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu,
maka baginya siksa yang sangat pedih.
Ayat 180 :
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ
أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ
بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu
kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat
untuk ibu-bapa dan karib kerabatnya secara makruf, (ini adalah) kewajiban
atas orang-orang yang bertakwa
Ayat 183 :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar
kalian bertakwa.
Ayat 216 :
كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ
كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ
تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا
تَعْلَمُونَ
Diwajibkan atas kamu
berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu
benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Keempat ayat tersebut menggabungkan kata “kutiba”
dengan harf “ala (عَلَيْ)”. Arti kataba, awalnya adalah menulis, tapi saat
digabung dengan harf “ala”, artinya menjadi “wajib”. Kutiba adalah
kata kerja bentuk lampau (fiil madhi) yang pasif (majhul)
sehingga artinya menjadi diwajibkan. Setelah huruf ‘ala, dhamir (kata
ganti) yang digunakan adalah kum atau kalian (L) yang merupakan kata
ganti orang kedua.
Friday, May 18, 2018
Al Zayyan Hari 2 : ASAL USUL KATA RAMADHAN
Kita seringkali mendengar kata
Ramadhan, tapi arti kata Ramadhan secara bahasa dan istilah tak banyak kita fahami.
Sejarah nama Ramadhan ini seru sekali untuk dikaji karena ternyata banyak
sekali teori yang mengupas tentang asal mula kata Ramadhan ini.
Setidaknya ada 5 pendapat yang
menjelaskan tentang asal usul nama kata Ramadhan yaitu:
1. Menurut beberapa ahli bahasa yang dirangkum An Nawawi
dalam kitabnya “Tahdzib al Asma wa al-Lughat”, kata Ramadhan diambil
dari kata ar-Ramd ( الرمض)
yang artinya panasnya batu karena terkena terik matahari. Bulan ini dinamakan Ramadhan,
karena kewajiban puasa di bulan ini bertepatan dengan musim panas yang sangat
terik (saat itu). Pendapat ini disampaikan oleh al-Ashma’i – ulama ahli bahasa
dan syair arab – (w. 216 H), dari Abu Amr.
2. Kata Ramadhan berasal dari kata ar-Ramidh ( الرميض),
yang artinya awan atau hujan yang turun di akhir musim panas, memasuki musim gugur.
Hujan ini disebut ar-Ramidh karena melunturkan pengaruh panasnya
matahari. Bulan ini disebut Ramadhan, karena membersihkan badan dari berbagai
dosa. Ini adalah pendapat al-Kholil bin Ahmad al-Farahidi – ulama tabiin
ahli bahasa, peletak ilmu arudh – (w. 170 H)
Subscribe to:
Posts (Atom)
Postingan Favorit
-
Nama Allah al-'Afuww,al-Ghafur dan al-Ghaffar jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya sama yaitu Maha Pengampun. Tapi se...
-
Al-Qur’an adalah kitab suci yang memiliki banyak fungsi. Selain sebagai petunjuk, obat, ia juga adalah sumber ilmu, terutama terkait ...
-
Untuk memahami makna La’allakum Tattaqun, kita harus mengamati penggunaan kata tersebut dalam Al-Qur’an. Kata la’alla dipergunakan da...