مَاتَرَكَ مِنَ
الْجَهْلِ شَيْئًا مَنْ أرَادَ أنْ يَحْدُثَ فِي الْوَقْتِ غَيْرِ مَا أظْهَرَهُ
الله فِيْهِ
Alangkah bodohnya
orang yang menghendaki sesuatu terjadi pada waktu yang tidak dikehendaki-Nya
He who wishes that
there appear, at a given moment, other than what God has manifested in it, has
not left ignorance behind at all.
Kajian kitab Hikmah yang ketujuh belas ini adalah tentang kebodohan spiritual seseorang yang berkehendak memaksakan sesuatu diluat ketentuan Allah pada waktu tertentu. Jika kita yakin Allah adalah pembuat skenario terbaik, maka kita juga tidak boleh memaksakan keinginan kita harus terjadi sesuai waktu yang kita inginkan.
Penulis kitab ini, Ibnu Athaillah menganggap orang yang ingin mengubah takdir Allah sesuai waktu yang diinginkannya, adalah orang yang bodoh. Melalui hikmah 17 ini juga, diingatkan bahwa kita harus bersabar dan ridha terhadap apapun takdir Allah yang ditetapkan Allah untuk kita.
Orang yang ingin mengubah isi waktu, misalnya ingin sukses pada saat Allah belum menakdirkannya untuk sukses atau ingin segera sembuh dari sakitnya, saat Allah belum memberinya kesembuhan, adalah orang yang tidak memahami hakikat tauhid dan adab terhadap Allah Swt.
Hikmah ke-17 ini mengingatkan kita untuk pasrah dan tawakal kepada Allah, ridha dengan apa yang Allah takdirkan untuk hidup kita serta tidak memaksakan kehendak pribadi tanpa melihat hikmah ilahia dibalik nya. Tentu saja bukan berarti kita menjadi pasif dan tidak berusaha maksimal. Tapi saat kita menemui takdir yang tidak sesuai keinginan kita setelah berusaha semaksimal mungkin, maka kita tidak mengeluh atau protes dengan ketentuan Allah tersebut.
Sebagai contoh jika kita sedang diuji dengan sebuah penyakit, sebagai ikhtiar, kita harus berobat, dan menerapkan hidup sehat, tapi jika setelah berobat, masih belum sembuh, maka kita tidak boleh protes dan mengeluh mengapa Allah belum memberikan kita kesembuhan. Kita harus yakin bahwa Allah mungkin ingin kita lebih intens lagi bergantung sama Dia, dan ada hikmah lain yang bisa jadi belum bisa kita fahami.
Jadi, hikmah ke-17 ini mengajarkan adab spiritual dalam hal bersabar, tawakal dan ridha dengan apapun skenario yang Allah takdirkan dalam hidup kita. Tentu saja secara manusiawi, kita boleh sedih, kecewa, memberi ruang buat diri sendiri untuk MENERIMA luka itu, tapi secara jiwa dan spiritual, kita tetap harus yakin bahwa skenario Allah adalah yang terbaik dalam hidup kita.
Wallahu A’lam
Sumber foto : darisini
Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment