Hari ini, suasana duka masih menyelimuti kantor dan
sekolah kami. Beberapa orang dari kami masih membahas kebaikan-kebaikan
almarhum yang seolah tak ada habisnya. Rasa kehilangan itu ternyata menyesakkan
dada. Ada yang masih menangis saat menceritakannya, ada yang masih tak percaya
akan kematiannya, bahkan saya masih dihubungi beberapa alumni yang ingin
ta’ziah ke rumahnya.
Pagi tadi, setelah senam, saya memutuskan untuk di
rumah dan tak pergi kemana-mana, rasanya badan saya masih terasa lelah dan
menagih istirahat. Setelah dhuhur, saya putuskan untuk tidur sambil ngelonin
Eza. Ternyata yang dikelonin malah anteng bermain, sementara saya sudah
menjelajah alam mimpi. Tepat jam 3, saat adzan ashar berkumandang, saya bangun.
Eza juga bangun dan menangis, saya jadi tak bisa shalat ashar berjamaah ke
masjid. Uh rasanya menyesal sekali saya terlalu nyenyak tidur hingga tak bisa
menyiapkan diri untuk shalat berjamaah ashar di masjid. Akhirnya saya pun
shalat Ashar berjamaah dengan si mba di rumah pada jam 4 lewat setelah si mba
beres mandi. Ternyata memang tak mudah ya konsisten shalat 5 waktu secara
berjamaah di masjid.