Saturday, March 5, 2016

Lomba Makan Kerupuk : Sosialisasi, Strategi & Persaingan


 

Peringatan hari kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus biasanya ajang mengenalkan cinta tanah air melalui berbagai perlombaan, baik itu lomba makan kerupuk, lomba memasukkan bola ke dalam botol, panjat pinang dan lain-lain. Walau beberapa pihak mulai mempertanyakan hubungan jenis perlombaannya dengan tujuan menanamkan cinta tanah airnya, tapi di beberapa kota dan desa, tetap saja semarak dengan berbagai perlombaan tadi.

 

Nah di tempat saya bekerja, yang sekaligus menjadi rumah dinas saya, sempat diadakan beberapa kegiatan untuk menjalin silaturahmi dan kekompakan antar beberapa anak dari teman-teman guru dan karyawan. Biasanya dulu sebelum menikah, saya jarang bergabung dengan kegiatan seperti ini, karena lebih banyak kegiatannya untuk anak-anak. Tapi sejak menikah dan punya anak, mau tidak mau harus ikut meramaikan kegiatan anak-anak di lingkungan terdekat saya sekarang.

 

Setelah upacara peringatan 17 Agustus beres dan istirahat sejenak, panitia langsung menyiapkan beberapa jenis permainan, ibu-ibu nya seperti biasa menyiapkan aneka makanan dan minuman untuk menyukseskan acara ini. Ternyata tetap seru walau hanya diikuti sekitar 10 anak, dengan jenis perlombaan yang tak begitu banyak, yaitu hanya memasukkan paku ke dalam botol dan lomba makan kerupuk.

 

Mengundang Datangnya Impian


 

Suatu hari di tahun 2014, beberapa bulan setelah eza lahir, saya mengajak suami untuk bikin pasport, bareng eza juga. Tadinya suami agak malas, ia pun bertanya “emang mau pergi kemana?” saya bilang, “belum tahu, tapi siapa tahu suatu saat bisa pergi ke luar negeri bareng, entah kemana. Kita berdoa saja mudah-mudahan suatu saat bisa pergi bareng”. Akhirnya setelah dipaksa berkali-kali, mau juga. Dan alhamdulillah setelah bolak balik ke kantor imigrasi, paspor pun jadi.

 

Setelah itu, kami pun melupakan agenda pergi ke luar negeri. Berbagai kesibukan yang menyita waktu dan eza yang meminta perhatian, ampuh untuk dijadikan alasan untuk berbagai agenda yang tertunda.

 

Hingga telpon yang mengagetkan itu pun tiba. Saat saya dan suami sedang bermotor ria ke pasar Serpong, suami ditelpon salah satu pejabat kemenag pusat, intinya meminta suami untuk pergi ke Malaysia sebagai peserta pelatihan karakter. Itu tak ada seleksi, yang ditanya adalah “sudah punya paspor belum?” ... hm betapa tak ada yang kebetulan ... ternyata saat kita berniat melakukan sesuatu, Allah sudah mencatatnya dan menyimpannya baik-baik untuk diberikan pada saat yang tepat.

 

Pentas Seni Eisthera : Kegagalan Hanya Terjadi Jika Engkau Menyerah

 

Eisthera adalah nama angkatan untuk siswa kelas XII yang berjumlah 115 orang di sekolah tempat saya bekerja. Dan menjelang akhir masa sekolah mereka, banyak ujian yang harus mereka jalani, mulai dari ujian praktek, ujian madrasah, ujian akhir madrasah, hingga ujian nasional dan setelah itu ujian menuju perrguruan tinggi.

 

Pada salah satu bidang studi yang diujikan pada ujian praktek, ada pelajaran kesenian yang terdiri dari 3 jenis yaitu seni lukis, seni musik dan seni suara. Setiap siswa hanya boleh memilih satu jenis kesenian pada pelajaran kesenian yang biasanya diadakan di hari Sabtu. Sejak beberapa tahun yang lalu, penilaian kesenian ini dilakukan melalui ajang pentas seni angkatan yang menampilkan kolaborasi 3 jenis seni tersebut. Nah pentas seni untuk angkatan tahun ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 27 Februari 2016. Acaranya tak memakan waktu lama, hanya 4 jam saja dari jam 8 pagi hingga pukul 12 siang. Maka kekompakan angkatan diuji pada ajang pentas seni. Mereka berjuang habis-habisan untuk kesuksesan acara ini karena ini adalah penampilan terakhir mereka di hadapan adik kelas dan guru-guru serta orang tua mereka. Dan kualitas angkatan sebagai tim akan terlihat dari kegiatan pentas seni ini.

 

Postingan Favorit