الْأعْمَالُ
صُوْرَةٌ قَائِمَةٌ, وَأرْوَاحُهَا وُجُوْدُ سِرِّ الْإخْلَاصِ فِيْهَا
Amal itu seumpama
jasad, sedangkan keikhlasan adalah ruhnya
Actions are
lifeless forms, but the presence of an inner reality of sincerity (sirr al
ikhlas) within them is what endows them with life giving spirit
Kajian kitab Hikmah yang kesepuluh ini adalah tentang sirr atau rahasia ikhlas sebagai ruh diterimanya amal disisi Allah. Kata sirr dalam istilah tasawuf merupakan bagian terdalam dari hati seorang hamba, tempat komunikasi spiritual dengan Allah tanpa ada campur tangan nafsu atau ego.
Pada hikmah ke-10 ini, Ibnu Athaillah
menekankan bahwa setiap perbuatan manusia memiliki 2 aspek utama yaitu aspek
lahiriah dan aspek batiniah/ruh. Aspek lahirian manusia, seperti shalat, puasa
dan sedekah serta ibadah lain, memiliki bentuk fisik yang dapat dilihat orang
lain. Sedangkan aspek batiniah, adalah terkait hal yang tersembunyi yaitu
keikhlasan yang hanya diketahui oleh Allah dan pelakunya. Tanpa keikhlasan,
amal hanya menjadi gerakan kosong tanpa makna spiritual yang mendalam.
Ikhlas adalah beribadah semata-mata
karena Allah, bukan karena ingin dipuji manusia atau mendapatkan manfaat
duniawi. Jasad tanpa ruh seperti mayat yang tidak berfungsi, begitupun amal
tanpa keikhlasan, menjadi kosong dari nilai spiritualnya. Pada redaksi hikmah
ke-10 ini, ada istilah sirr yang dikaitkan dengan keikhlasan karena ini
adalah amalan batin yang tidak bisa dilihat manusia, hanya Allah yang mengetahuinya,
dan keikhlasan ini tidak bisa dipaksakan, tidak bisa diumumkan serta keikhlasan
lah yang membedakan amal yang hidup dengan yang mati. Amal yang tampak besar di
mata manusia bisa tidak bernilai jika
tidak ikhlas, sebaliknya amal kecil bisa bernilai besar di mata Allah jika
dilakukan dengan keikhlasan yang murni.
Ibnu Athaillah menggunakan analogi
jasad dan ruh untuk menjelaskan hubungan antara amal dan keikhlasan yaitu pada
tabel berikut
JASAD |
RUH |
Amal lahirian |
Keikhlasan dalam niat |
Bisa dilihat oleh manusia |
Hanya Allah yang mengetahui |
Tanpa ruh, tidak bernilai |
Ada ruh, menjadi hidup dan bernilai |
Pada hikmah ke 10 ini, kita bisa menyimpulkan bahwa
keikhlasan adalah faktor utama yang menentukan diterima atau tidaknya suatu
amal di sisi Allah, maka jangan beribadah untuk mendapatkan pujian manusia atau
sisi duniawi. Bentuk lahiriah tetap penting, tapi kita juga harus terus
memperbarui niat dari sisi ruh nya, bahwa segala ibadah yang kita lakukan,
hendaknya ditujukan untuk Allah semata, bukan karena ingin dipuji atau dilihat
manusia.
Wallahu A’lam
Sumber foto : darisini
Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment