Jika kita membaca al-Qur'an secara
teliti, ada beberapa kata yang digunakan untuk menjelaskan suatu makna. Tentang
penciptaan misalnya, kata kerja yang sering digunakan adalah جَعَلَ
dan خَلَقَ . Dua kata tersebut,
selalu disandingkan dengan proses penciptaan alam semesta beserta isinya. Dua
kata tadi, sepintas memiliki makna yang sama yaitu menciptakan atau mengkreasi
atau menjadikan. Tapi kalau diteliti, ternyata memiliki perbedaaan yang
prinsipil dan jelas.
Kata خَلَقَ
disebutkan lebih dari 200 kali dalam al-Qur’an, beserta kata ganti dan
turunannya, seperti kata خَلَقَ
yang disebutkan sebanyak 76 kali, خَلَقْتُ
yang disebutkan sebanyak 11 kali, خَلَقَكُمْ yang disebutkan sebanyak 16 kali , خَلَقْنا yang disebutkan sebanyak 41 kali, dan
sisanya dalam bentuk present tense (فعل مضارع),
kata kerja pasif (مجهول) dan gerund (مصدر).
Kata جَعَلَ
disebutkan lebih dari 200
kali dalam al-Qur’an, beserta kata ganti dan turunannya, seperti kata جَعَلَ
yang disebutkan sebanyak 78 kali, جَعَلَكُمْ
yang disebutkan sebanyak 9 kali, جَعَلْنا
yang disebutkan sebanyak 113 kali , dan sisanya dalam bentuk present tense (فعل مضارع), kata kerja perintah (فعل الأمر),kata
kerja pasif (مجهول) dan pelaku (اسم فاعل).
Untuk lebih
memahami perbedaan kedua kata tersebut, mari kita perhatikan ayat-ayat
yang menyebutkan dua kata tersebut
secara bersamaan, agar kita dapat melihat kedalaman maknanya.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ
مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً
يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa (QS ar-Rum: 54)
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ
نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu
Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu
Maha Kuasa. (QS al-Furqan:
54)
ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا وَجَعَلْتُ
لَهُ مَالا مَمْدُودًا
Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah
menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak. (QS
al-Muddatsir: 11
dan 12)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ
وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS al-Hujurat: 13)
.
ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى فَجَعَلَ
مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالأنْثَى
kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya
sepasang: laki laki dan perempuan. (QS al-Qiyamah: 38-39)
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ
الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ
Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan
langit dan bumi dan menjadikan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir
mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. (QS al-An’aam: 1)
Dari ayat-ayat tersebut, dapat
dilihat bahwa kata خَلَقَ diartikan sebagai: membuat
sesuatu dari yang belum pernah ada sebelumnya atau menciptakan sesuatu sejak
semula atau menjadi sebab awal maujudnya sesuatu. Sedangkan جَعَلَ (ja’ala, menjadikan) artinya: yakni membuat sesuatu dari
yang sudah ada sebelumnya. Jadi sama-sama perbuatan mencipta/menjadikan,
tetapi perbuatan خَلَقَ (khalaqa,
menciptakan) lebih dahulu daripada perbuatan جَعَلَ
(ja’ala, menjadikan). Pengurutan ini bisa kita amati dalam ayat-ayat
diatas
Perbedaan lainnya antara dua kata
tersebut adalah kata خَلَقَ biasa digunakan/pelakunya
hanya untuk Allah, Sedangkan جَعَلَ,
bisa digunakan/pelakunya untuk selain Allah. Jadi : setiap kata “khalaqa”
, maka disana semata-mata Allah saja yang berperan menciptakannya, tanpa ada
campur tangan makhluk lain. Sementara bila kata “ja’ala”, maka ada campur
tangan makhluk lain didalamnya.
Contohnya adalah ayat:
وَمِنْ
ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا
إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ
لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS aR-Ruum: 21)
Mengapa pada ayat diatas tatkala
Allah mengatakan menciptakan manusia, memakai kata “khalaqa”, sedangkan ayat selanjutnya pada
ayat diatas juga, tatkala mengatakan “menjadikan diantara kamu“, memakai
kata “ja’ala “, bukankah kedua arti diatas sama-sama berartikan
“menjadikan/menciptakan..?”.
Ternyata, betapa telitinya Allah
dalam memasangkan kata perkata sesuai dengan maknanya yang terkandung didalam al-Qur’an,
dan pemakaian setiap kata tersebut berbeda maknanya.
Pada kata pertama dalam ayat diatas,
Allah mengatakan menciptakan (خَلَقَ)
manusia. Jadi benar-benar Allah yang menciptakan manusia itu tanpa ada campur
tangan makhluk lainnya, sementara pada kata kedua dipakai kata “جَعَلَ”. Dan menjadikan diantara kamu cinta dan
kasih sayang. Ini bermakna, bahwa dalam menciptakan atau menjadikan pernikahan
itu menjadi sebuah cinta dan kasih sayang, bukan hanya Allah saja yang
menentukannya, tapi atas usaha kedua belah pihak, yaitu suami dan istri.
Allah memang sudah menjanjikan pada
kita dengan adanya pernikahan, maka terciptalah ketenangan, kasih sayang dan
cinta, namun semua itu tidak akan mungkin tercapai tanpa usaha kedua belah
pihak, tidak akan tercapai tujuan pernikahan untuk menuju ketenangan jiwa cinta
dan kasih sayang, tanpa usaha dari kedua belah pihak. Itulah sebabnya Allah
memakai kata “جَعَلَ, bukan khalaqa (خَلَقَ)”,
subhanallah !
Perbedaan lainnya, menurut Said Agil
Siradj, Kholaqo (خَلَقَ) bermakna
membuat melalui proses yang tidak dapat diganggu gugat. Kholaqo adalah
kata kerja yang tidak berkaitan dengan proses manusiawi, tapi adalah murni hak
perogatif Allah. Hal ini berbeda dengan kata ja 'ala جَعَلَ yang pada
prosesnya menyertakan pekerjaan-pekerjaan kemanusiaan, dimana manusia ikut berperan.
Jadi jika sebuah ayat menggunakan kata ja'ala, maka berarti manusia
turut terlibat dalam prosesnya.
Contohnya adalah:
لِلَّهِ
مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ
يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit
dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak
perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki
kepada siapa yang Dia kehendaki, (QS asy-Syura: 49)
قَالَتْ رَبِّ
أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ قَالَ كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ
مَا يَشَاءُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Maryam berkata: "Ya Tuhanku,
betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang
laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril):
"Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah
berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:
"Jadilah", lalu jadilah dia. (QS Ali ‘Imran: 47)
Dari kedua ayat tersebut, terlihat bahwa
penciptaan langit dan bumi serta penciptaan Siti Maryam adalah murni perbuatan
Allah, tanpa ada campur tangan manusia.
Bandingkan dengan ayat-ayat ini :
وَاللَّهُ
جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ
جُلُودِ الْأَنْعَامِ بُيُوتًا تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ
وَمِنْ أَصْوَافِهَا وَأَوْبَارِهَا
وَأَشْعَارِهَا أَثَاثًا وَمَتَاعًا
إِلَى حِينٍ
Dan Allah menjadikan bagimu
rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah
(kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya
di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari
bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan
(yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu). (QS an-Nahl: 80)
وَاللَّهُ
جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلَالًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ
الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ
الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ
عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ
Dan Allah menjadikan bagimu tempat
bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat
tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari
panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan.
Demikianlah Allah menyempurnakan ni'mat-Nya atasmu agar kamu berserah diri
(kepada-Nya). (QS an-Nahl: 81)
Dari kedua ayat tersebut, terlihat
bahwa dalam pengadaan rumah dan pakaian (papan dan sandang), ada campur tangan
manusia dalam proses pembuatannya yaitu yang membangun rumah, menjahit baju dan
memasarkannya.
Jadi, kesimpulannya, ada 3 perbedaan
makna kata خَلَقَ dan جَعَلَ yaitu kata kata خَلَقَ
adalah menciptakan sesuatu dari yang tidak ada, sedangkan جَعَلَ adalah membuat sesuatu dari yang sudah ada; kata خَلَقَ ditujukan pada perbuatan Allah, sedangkan جَعَلَ bisa juga manusia sebagai pelakunya; dan
kata خَلَقَ adalah kata kerja yang tidak ada campur
tangan manusia di dalamnya, sedangkan جَعَلَ
ada keterlibatan manusia dalam prosesnya.
Demikianlah keindahan bahasa
al-Qur’an, detil dalam setiap penggunaan katanya dan ternyata mengandung makna
yang sangat mendalam. Semoga menambah kekaguman kita terhadap kitab suci kita
dan semakin menambah keimanan dan keyakinan kita bahwa memang Allah lah yang
menurunkan al-Qur’an, karena terbukti kemurniannya hingga saat ini.
Dari berbagai
sumber
Semoga
bermanfaat.
Wassalam
Eva Novita Ungu
Eva Novita Ungu
Selasa, 5 November
2013 (yang seharusnya untuk hari Rabu, 23 Oktober 2013)
Indahnya belajar
bahasa al-Qur’an
جَعَلَ apa selalu ada keterlibatan manusia didalam nya? Atau tidak ? Contoh surat nuh ayat 16 dan 19
ReplyDeleteجَعَلَ apa selalu ada keterlibatan manusia atau tidak? Contoh surat nuh ayat 16 dan 19
ReplyDeleteSaudara yg bertanya,
ReplyDeleteBukan keterlibatan manusia tetapi keterlibatan makhluk. Matahari, Bulan dan Bumi adalah makhluk. Merujuk kpd surah Nuh ayat 16, maka yg dimaksudkan matahari mengeluarkan cahaya adalah kerana proses pembakaran dalam matahari itu sendiri. Begitu juga apabila disebut bulan memantulkan cahaya. Hal itu terjadi kerana makhluk yg bernama matahari ini memancarkan cahayanya kepada bulan. Wallahua'alam.
Dalam surat nuh ayat 16 "Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? " menciptakan pada ayat 16 itu mengandung makna " memposisikan " , pelita itu adalah menurut pandangan manusia __ dan ayat 19 "Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan," pada menciptakan pada ayat 19 itu mengandung makna " menempatkan " manusia , jadi dalam ayat 19 di atas buminya sudah ada bukan dari tidak ada menjadi ada .
ReplyDeleteAl-Furqon ayat 61 "ja'ala fi sama burujan" seperti apa maksudnya?
DeleteTerima kasih, satu pencerahan yang baik
DeleteSubhanallah terimakasih teruslah menulis semoga barokah ilmunya Aamiin
ReplyDeleteBagaimana mufassir menafsirkan kata جاعل فى الارض خلىفة؟
ReplyDeleteSuwun
ReplyDelete