Sosok Rasulullah
Saw adalah sosok yang dirindukan siapapun yang mengaku sebagai muslim di
dunia ini. Dan mimpi bertemu Rasulullah Saw tentu tidak diberikan
kepada semua orang, hanya orang-orang tertentu saja yang diberi anugerah
ini. Dan saya beruntung bisa bertemu langsung dengan orang yang pernah
mimpi bertemu Rasulullah Saw.
Sungguh tak pernah ada yang kebetulan di dunia ini, termasuk saat
saya mendengar cerita tentang 3 orang yang diberi anugerah untuk mimpi
bertemu Rasulullah Saw. Dua orang diantaranya, saya mendengar langsung
dari sumbernya, sementara satu orang lainnya adalah putri tertua Ust
Yusuf Mansur, yang saat itu saya tonton dari tayangan “Chatting dengan
YM”.
Orang pertama yang diberi anugerah untuk mimpi bertemu dengan
Rasulullah adalah seorang laki-laki. Saat dia mengalami mimpi itu, dia
adalah seorang anak kecil berusia sekitar 11 atau 12 tahun, yang saat
itu duduk di kelas 5 SD. Dia adalah seorang anak yang biasa-biasa saja,
sepertinya tak ada yang istimewa dengan anak ini. Dia seperti anak
lainnya yang senang bermain, beraktivitas seperti biasa layaknya anak
lain, hanya saja saat teman-temannya berkelahi, dia seperti tidak
berminat untuk mengikuti teman-temannya. Mungkin itulah bentuk penjagaan
Allah terhadapnya. Anak ini juga mengalami ketidak adilan dalam
keluarganya, ibunya yang lebih menyayangi anak perempuannya dibanding
dia yang merupakan anak laki-laki, membuatnya tidak betah di rumah.
Bahkan saat mengalami mimpi ini pun, dia sedang menginap di rumah
saudaranya, bukan tidur di rumahnya sendiri. Dan mimpi itu merupakan
hiburan tersendiri baginya, seolah-olah sebagai obat dari ketidak adilan
yang didapatnya dalam keluarganya.
Saat itu, saat mimpi itu datang, tak pernah diduganya sama sekali,
tiba-tiba dalam mimpinya, sosok teladan itu muncul dari atap rumah,
bergamis hijau, memiliki tubuh yang gagah dan tinggi, dan memakai
sorban. Saat itu, sosok mulia itu hanya mengatakan, “Suatu saat kamu
akan mengunjungi makam aku di Madinah, tapi jangan ceritakan mimpi ini
kecuali setelah kamu membuktikan ucapanku (setelah mengunjungi
Madinah)”. (berkali kali saya diceritakan mimpi ini, tetap saja tubuh
saya merinding).
Berpuluh-puluh tahun anak ini menyimpan rahasia mimpinya ini. Ia pun
menjalani kehidupan seperti biasa, bersekolah, bekerja, menikah dan
memiliki anak. Hingga di usianya yang menginjak 50 tahun, mimpi itu pun
terbukti. Ia pergi haji bersama isterinya dan benar-benar bisa
mengunjungi makam Rasulullah (
Raudhah) di Masjid Nabawi di
Madinah. Jika usia anak ini saat bermimpi bertemu Rasulullah adalah 11
tahun, berarti 39 tahun kemudian Allah membuktikan ucapan Rasululullah
di mimpi itu. Saat saya diceritakan mimpi itu, tentu tidak langsung
setelah dia pulang haji, tapi bertahun-tahun kemudian. Berarti dia
menyimpan rapat-rapat rahasia ini lebih dari 40 tahun. Dia baru berani
menceritakannya setelah mimpi itu terbukti menjadi kenyataan. Itulah
kisah pertama.
Kisah kedua adalah dari seorang wanita yang juga akan saya
sembunyikan identitasnya, karena saat wanita ini menceritakan mimpi
tersebut, dia pun tidak ingin menyebutkan identitas dirinya yang
sebenarnya. Wanita ini mengalami mimpi tersebut saat masa remajanya di
sebuah SMA. Saat itu dia adalah seorang pengurus masjid atau Rohis. Saat
teman-temannya memilih dan dipilih untuk mendapatkan posisi penting di
kepengurusan seperti sekretaris, bendahara, kaderisasi dan lain-lain
yang seringkali tampil di depan, dia memilih untuk menjadi pengurus di
belakang layar yaitu bagian yang membersihkan masjid (entah ada di
divisi apa). Bagian ini bukanlah posisi favorit yang diincar banyak
remaja rohis saat itu, tapi dia memilih untuk menikmati posisi tersebut.
Hingga di suatu malam, dia pun terkaget-kaget nyaris tak percaya saat
dia mimpi bertemu Rasulullah Saw. Ada perasaan terharu, senang, dan
merasa tak layak mendapatkan mimpi tersebut, hingga yang bisa
dilakukannya hanyalah bersyukur dan menangis. Begitulah kisah orang
kedua yang mengalami anugerah mimpi tersebut.
Kisah ketiga adalah yang dialami oleh Wirda, putri sulung Ust Yusuf
Mansur. Mungkin sudah banyak yang menyaksikan tayangan itu saat Wirda
menceritakan proses mendapatkan mimpi indah tersebut. Wirda kecil saat
itu adalah seorang anak yang sedang berusaha untuk menghafal al-Qur’an,
hingga menjelang remaja, masa jenuh pun datang. Saat itu, ia merasa
lelah dan tak sanggup untuk menuntaskan hafalannya sampai 30 juz. Dia
mengutarakan ketidak sanggupannya kepada ayahnya, Ust Yusuf Mansur dan
memutuskan untuk berhenti menghafal al-Qur’an.
Ternyata, saat itulah mimpi itu datang. Saat merasa lelah dan ingin
menyerah dalam menuntaskan hafalan al-Qur’annya, Rasulullah datang untuk
menguatkan anak ini agar tidak menyerah dan terus berusaha untuk
menuntaskan hafalan al-Qur’annya. Wirda dan Ust Yusuf Mansur, sama-sama
menangis saat mimpi itu diceritakan kembali. Segala rasa bercampur aduk.
Begitulah kisah ketiga.
Dari ketiga orang yang mendapat anugerah mimpi indah ini, kita
mendapat kesimpulan bahwa siapapun punya peluang dan kesempatan untuk
mimpi bertemu sosok mulia Rasulullah Saw. Tak ada amalan khusus yang
menjadi persamaan ketiga orang ini. Tapi sepertinya ketiga orang ini
melakukan hal-hal sederhana dan jiwanya “terpelihara” dari hal-hal yang
tidak baik.
Semoga saat saya menceritakan kisah ketiga orang ini, saya turut
kecipratan berkah nya dan turut bisa merasakan anugerah mimpi bertemu
Rasulullah Saw. Semoga kisah-kisah tadi mengingatkan kita semua agar
sedikit meluangkan waktu untuk berdoa semoga kita bisa bertemu
Rasulullah Saw, baik dalam mimpi atau dalam surga suatu hari nanti.
Wassalam
Rabu, 5 Desember 2012
Eva Novita
Secara tak kebetulan pula, saat saya menulis cerita ini sambil
mendengar MP3 lagu-lagu, ternyata yang terdengar adalah lagu Rasulullah
dan
Thala’al Badru
“Rasulullah, dalam mengenangmu, kami susuri lembaran sirahmu …”
“Thala’al badru ‘alaina, min tsaniyyatil wada’ …”
