Sunday, April 2, 2017

Evaluasi Proyek Keluarga : Rencana dan Pelaksanaan



Setelah selesai melaksanakan proyek pertama berbagi pakaian dan proyek kedua merapikan perpustakaan Al Zayyan, saatnya mengevaluasi apakah perencanaan yang dibuat terlaksana dengan baik atau tidak. Apa kendala dan tantangannya, serta berhasil tidaknya kedua proyek tersebut dilaksanakan. Tentang perencanaan proyek keluarga kami, bisa dibaca disini.
Dalam perencanaan yang dibuat, proyek keluarga kami ada dua yaitu Proyek Merapikan Perpustakaan Al Zayyan (nama gabungan keluarga kami) dan Proyek Sosial lewat Berbagi Baju. Awalnya proyek ini akan dilakukan selama 5 hari untuk masing-masing proyek, gimana dalam pelaksanaannya? Mari kita evaluasi.

Proyek Sosial lewat berbagi pakaian Eza, bunda dan papa sukses dilaksanakan pada hari kedua, ketiga, keempat sedangkan proyek merapikan perpustakaan dilaksanakan pada hari kelima, keenam, ketujuh dan kedelapan, . Hari kesembilan  kembali pada proyek pertama, berbagi pakaian. Sedangkan hari pertama adalah membahas perencanaan dan hari kesepuluh ini adalah evaluasi.

Evaluasi proyek pertama yaitu berbagi pakaian, ternyata hanya dilakukan 3 hari. Dalam pelaksanaannya, proyek ini dilakukan hanya dua hari saja, hari pertama untuk memilih pakaian Eza dan hari kedua untuk memilih pakaian papa dan bunda. Tapi dibuat menjadi 3 tulisan karena memang lumayan panjang prosesnya. Keterlibatan Eza hanya pada hari pertama, pada saat memilih pakaiannya sendiri, sementara keterlibatan si papa, sukses dengan membantu memilih pakaian si papa sendiri dan pakaian bunda untuk disumbangkan. Tulisan di hari keempat membahas keterlibatan Eza di proyek pertama.

Saturday, April 1, 2017

Melibatkan Anak dalam Proyek Keluarga (Bagian 2)



Setelah Eza dilibatkan dalam proyek kedua yaitu proyek mempercantik perpustakaan mungil keluarga, maka saatnya Eza dilibatkan juga dalam proyek pertama yaitu berbagi baju. Mengapa proyek pertama ini justru lebih akhir dibanding proyek pertama? Karena penyerahan pakaian kepada pengurus OSIS nya baru dilaksanakan kemarin hari Jumat tanggal 31 Maret 2017.

OSIS di sekolah tempat saya dan suami mengajar, rutin mengadakan kegiatan sosial setiap tahun, mulai dari khitanan masal, bazaar murah sembako dan pakaian layak pakai hingga donor darah. Tahun ini, karena Eza semakin besar dan sudah berusia 3 tahun di tahun 2017 ini, maka saya mulai melibatkan Eza dalam kegiatan sosial agar kelak ia punya rasa empati terhadap kondisi sosial dan masyarakat. Maka proyek pertama kami bertajuk berbagi pakaian, ini kami harapkan bisa melatih kepedulian sosial Eza.

Friday, March 31, 2017

Melibatkan Anak dalam Proyek Keluarga (Bagian Pertama)



Setelah sebelumnya keterlibatan si papa yang romantis, kali ini saya ingin menceritakan bagaimana serunya melibatkan anak dalam proyek keluarga. Sejak jauh-jauh hari sebelum proyek keluarga ini dieksekusi, Eza yang berusia 3 tahun sudah diberitahu bahwa nanti keluarga kami akan beberes buku dan berbagi pakaian. Tentu tak menggunakan bahasa “proyek”, karena ini hanya akan membuat pusing si anak hihi.

Saat melaksanakan proyek berbagi pakaian, Eza semangat sekali membantu, mulai dari mengeluarkan pakaian dari lemari, sampai memilih pakaian yang mau diberikan. Eza sering ditanya, baju ini kecil atau masih muat. Dan dia benar menjawab, saat pakaian yang sudah kecil, dia bilang ga muat. Saat ditunjukkan pakaian yang besar, dia pun bilang masih muat. Setelah itu Eza memasukkan pakaian yang akan disumbangkan, ke dalam plastik, juga semangat.

Saat proyek kedua dieksekusi pada hali libur nyepi, Eza juga semangat membantu mengeluarkan buku dari rak, setelah menyimpannya di lantai, Eza meminta lagi buku untuk diangkut. Kadang dia simpen diatas kepalanya, seperti jualan kue. Penampakannya seperti dalam foto ini...



Setelah buku dikeluarkan dari lemari, memang resikonya jadi lebih berantakan karena dia menyimpannya dengan melempar dan sembarang menyimpan. Awalnya kalau hanya mengeluarkan dari lemari, rencananya saat dikeluarkan tetap disusun, tidak disimpan dengan sembarang. Tapi rencana tinggal rencana, jika ingin melibatkan anak dalam proyek keluarga, memang harus siap segalanya terjadi tak sesuai rencana. Yang penting anak merasa dipercaya dan terlibat, itu sudah membuat kepercayaan dirinya tumbuh. 

Postingan Favorit