Thursday, March 16, 2017

Imah Noong : Kolaborasi Ilmu Falak & Astronomi



Pada hari Selasa tanggal 7 Maret 2017, saya dan beberapa rekan kerja mengadakan perjalanan untuk survei tempat homestay di Imah Noong, Lembang Bandung. Saya mengajak Eza agar tau dan mengenal kawasan eddu wisata Imah Noong ini. Kami berangkat dari Serpong pukul 06.00 pagi, sempet terjebak macet di Bekasi, akhirnya kami sampai di lembang Bandung pukul 10.00 pagi.

Kami langsung menghubungi pemilik Imah Noong yaitu kang Hendro, senior saya di masjid Salman ITB tapi baru ketemu hari ini merupakan lulusan astronomi ITB asal Semarang yang memilih untuk mengembangkan imah noong ini. Imah dalam bahasa sunda artinya rumah, sementara noong artinya ngintip. Maknanya adalah tempat ini merupakan tempat untuk melihat dan meneropong benda langit seperti bintang matahari. Di tempat ini, tersedia teleskop, kamera astronomi dan filter matahari. Tempat ini sering dikunjungi beberapa mahasiswa astronomi atau yang berminat mempelajari ilmu falak. Tak sedikit pula siswa siswi SD yang berkunjung ke tempat ini untuk pengenalan dasar benda langit.

Lokasi imah noong ini berada di Kampung (eduwisata) Areng no 31, RT 02, RW 12 desa Wangunsari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Bagi yang pernah berkunjung ke observatorium Booscha, tempat ini ini searah dengan Bosscha. Setelah masuk gerbang, terus saja menuju SD Negeri Wangunsari. Rumahnya tak jauh dari SD tersebut. Sambutan ramah Kang Hendro sebagai tuan rumah, membuat kami nyaman dan betah untuk berada di tempat ini.

Me Time yang Mendebarkan






Saya adalah seorang ibu seorang putra 3 tahun yang juga bekerja di ranah publik dengan menjadi PNS di sebuah sekolah boarding school di Serpong Tangerang Selatan. Selain menjadi seorang ibu dan pegawai, saya juga menjadi admin di IIP Tangsel merangkap bendahara dan sejak bulan Juni 2016, diberi amanah dengan menjadi bendahara koperasi untuk tiga tahun mendatang.

Dengan seabreg aktivitas ini, rasanya saya kesulitan mencari waktu untuk diri sendiri yang sekarang dikenal dengan istilah Me Time. Saat tidak bekerja, saya sibuk bermain dengan anak, kadang mengajaknya berenang, bermain di aktivitas outdoor atau hanya bermain di depan rumah. Saya juga ikut tantangan menulis setiap hari di ODOP, one day one posting. Biasanya sekian banyak kerjaan ini, baru sempat saya lakukan di malam hari, saat anak sudah tidur. Ini menjadi salah satu me time yang bisa saya lakukan supaya saya tetap waras menjalani berbagai aktivitas.

Sebagai bendahara koperasi sekolah, setiap hari saya juga disibukkan dengan berbagai transaksi keuangan, mulai dari yang mengajukan pinjaman, membayar cicilan, mentransfer segala transaksi keuangan, mengambil dan menabung uang di bank, ini semua biasanya saya lakukan sambil mengajak Eza bermotor ria jalan-jalan ke atm dan bank. Harus kreatif deh sebagai ibu dengan seabreg aktivitas untuk menyiasatinya, salah satunya dengan cara melakukan beberapa kegiatan dalam waktu yang bersamaan.

Suatu saat, di bulan Januari 2017, ada undangan mengikuti pelatihan manager koperasi selama 3 hari di Cianjur. Saya tawarkan pengurus lain, ada yang bersedia. Saya pun mendaftarkan namanya. Jelang hari H, ternyata teman saya ini mendadak harus dinas keluar kota karena menggantikan temannya yang sakit. Tentu tak ada yang kebetulan, saat saya menawarkan pengurus lain dan tidak ada yang bisa, saya pun konsultasi sama suami sekaligus  minta ijin saya yang berangkat ke Cianjur. Alhamdulillah suami pun mengijinkan.

Aliran Rasa Kemandirian




Saat mendapat materi tentang kemandirian dan tantangan kemandirian 10 hari, tadinya saya bingung kemandirian apa yang harus dilatih  pada Eza yang masih berusia 3 tahun. Saya mendiskusikan dengan suami. Awalnya saya ingin melatih kemandirian makan, suami mengusulkan mandi dan memakai baju. Saya pun ngobrol dengan ART tentang rencana saya, awalnya dia enggan karena katanya masih ingin menyuapi Eza makan. Tantangan pertama pun dimulai, bagaimana caranya supaya ART mau mendukung program saya. Saya kerahkan berbagai upaya agar dia faham kenapa saya harus melatih kemandirian ini pada Eza. Sambil saya contohkan jika di rumah, saat makan, saya biarkan Eza makan sendiri walau berantakan. Biasanya si mbak nya malas karena harus merapikan kalau Eza makannya berantakan.

Beberapa hari pertama, berhasil, saat saya tidak ada, si mbak nya kembali menyuapi. Wah tantangannya ternyata bukan pada anak saja, tapi harus kompak juga dengan ART. Ini tak pernah terfikirkan sebelumnya. Saya fikir nanti masalahnya pada Eza, ternyata saaat saya jalani, Eza mau mau aja, malah ART yang masih rindu dan seneng nyuapin... hadeuuh...
Ternyata harus pelan-pelan memberitahu mbak ART ini agar sejalan dengan misi saya.

Postingan Favorit