Tuesday, January 10, 2017

Makam Gus Dur : Refleksi Kebermanfaatan untuk Umat (Nazar Bagian Kedua)




Setelah mengunjungi makam Bung Karno di Blitar, kami melanjutkan perjalanan ke kampung Coklat, masih di wilayah Blitar. Ternyata kampung coklat ini luas sekali, berbagai oleh oleh berbahan coklat dan aneka makanan dan minuman yang langsung bisa disantap di tempat, tentu berbahan utama coklat, juga bisa ditemui disana. Bahkan ada area terapi ikan bagi yang tak suka berburu coklat. Eza dan papaya sempat mencoba terapi ikan ini, walau akhirnya Eza ternyata gak berani. Setelah lelah berkeliling, kami pun meninggalkan Kota Blitar sekaligus berpamitan pada orang tua siswa yang telah menyempatkan diri menyambut kami dengan begitu antusias.

Teepat jam lima sore, kami meninggalkan Blitar menuju Batu Malang untuk menuju tempat penginapan. Rasanya tubuh ini memang sudah tak sabar untuk ketemu si kasur untuk sekedar berleha leha dan beristirahat setelah berlelah ria di perjalanan selama 2 hari. Beruntung, tempat penginapan kami sangat luas dan nyaman bagi keluarga besar kami. Rumah besar dua tingkat yang memiliki 9 kamar ini adalah rekomendasi seorang alumni asal Malang, yang lokasinya sangat strategis karena berdekatan dengan tempat wisata di Batu, Malang. Dengan uang sewa satu juta per malam, kami tak menyesal menghabiskan uang dua juta untuk bermalam dua hari di tempat ini. Sangat nyaman dan memuaskan.

Monday, January 9, 2017

Makam Bung Karno : Penantian 16 Tahun (Nazar Bagian Pertama)




Pada hari Senin tanggal 26 Desember 2016, akhirnya saya bisa menginjakkan kaki juga di tanah Blitar, tepat nya di makam Bung Karno, Sang Proklamator Indonesia. Butuh waktu 16 tahun bagi saya dan keluarga untuk bisa sampai tempat ini. Banyak tantangan dan kendala yang menghiasi perjalanan panjang ini. Saya dan keluarga besar ibu saya yang berjumlah 24 orang, akhirnya bisa berziarah dan berwisata bersama setelah menanti selama 16 tahun. Gimana ceritanya? Yuks mari kita lanjutkan ceritanya.

Berpuluh tahun lalu, ibu saya (mamah) dulu sempat mengucapkan nazar atau janji jika anak anaknya selesai kuliah semua, dia akan mengajak anak dan cucunya untuk ziarah ke makam Bung Karno di Blitar. Pada tahun 2000, sebenarnya saya dan kaka kaka saya, akhirnya berhasil menyelesaikan amanah kuliah kami. Tapi ternyata setelah usai wisuda kami, tak serta merta urusannya menjadi lancar bagi mamah untuk menunaikan nazar nya. Bertahun-tahun pun terlalui tanpa sempat menunaikan nazar tersebut.

Friday, January 6, 2017

Hikmah Ngantri BPJS : Hujan dan Al-Qur’an


Semalam sekitar jam 7, saya dan suami pergi ke klinik faskes 1 untuk berobat Eza karena Eza mengeluh sakit di area anus. Saya sebenarnya sudah malas pergi karena membayangkan antrian panjang yang pastinya cetar membahana. Tapi suami semangat pergi dan tetap “keukeuh” ngajak berobat. Ya sudahlah demi taat pada suami, akhirnya memaksakan pergi walau mager alias malas bergerak. Dan sesuatu yang menarik pun ternyata menanti seiring ketaatan istri pada suami, cieeh

Saat tiba di klinik, saya langsung menyerahkan kartu BPJS Eza. Sambil menunggu, Eza memilih ikut main bareng papa nya diluar, ada ayunan yang menarik buat Eza. Saya memilih menunggu di dalam, sambil menunggu Eza dipanggil. Awalnya biasa deh main gadget, buka hape, medsos ria. Lama-lama bosan, akhirnya saya pun tadarus, lumayan malam Jumat bisa baca Al-Kahfi. Diselingi ada teman mas yang datang berobat, ngobrol sebentar, lanjut lagi ke hape. Pas jam 8, Eza belum dipanggil dan hujan pun turun dengan lebat nya. Saya langsung menggumam dalam hati, alhamdulillah hujan, mungkin ini salah satu hikmah ngantri tadi, saat hujan turun, kami masih terlindung di klinik ini dan tak kehujanan. Sempat mengamati orang berlalu lalang di klinik, betapa ni’mat sehat itu mahal harganya. Itulah kenapa kita dianjurkan memanfaatkan waktu sehat sebelum sakit.

Postingan Favorit