Saturday, May 14, 2016

Resensi Buku: Etape, Biarkan Aku Memberikan Yang Terbaik




 

Judul                : Biarkan Aku Memberikan Yang Terbaik

Penulis             : Tim Eisthera Gritanefic

Penerbit           : Eisthera Gritanefic

Terbit              : 2015

Tebal               : 322 halaman

 

Buku ini merupakan karya siswa kelas XII tahun pelajaran 2015/2016 yang memiliki nama angkatan Eisthera Gritanefic. Buku Etape ini terdiri atas 5 jilid yang diklasifikasikan berdasarkan tema besar. Judul buku ini diambil dari salah satu judul tulisan dalam buku ini, satu dari 24 yang ditulis oleh 24 penulis berbakat dari siswa kelas XII.

 

Buku ini terdiri dari 24 judul yaitu Seperti Roda yang Berputar, Magnitudo Mutlak -4.99, Sebuah Keyakinan, Uang tidak Sama dengan Bahagia, Sebuah Nama dan peristiwa, Aku dan Impian, Mimpi Harapan dan Perjuangan, Dirinya yang kukagumi, Biarkan Aku Memberikan yang Terbaik, Impian Rana, Kebenaran, Akulah Putra Terpilih, Aku Percaya, Berawal dari Bintang, Jujur Izin Khusus, Nekropolis, Kucing Masjid, Aku Hanya Belum Tahu, Kuasa-Nya, Kronika FDD, Terima Kasih Pengemis Tua, Teman Surga?, Di Negeriku pun Aku Tertindas, Kekuatan Jiwa.

 

Buku ini sebagian besar berkisah tentang mimpi dan harapan. Ada yang menggantungkan mimpinya untuk dirinya sendiri, ada yang untuk orang tuanya, ada juga yang mengisahkan mimpi orang lain. Beberapa kisah malah terasa “berat” karena memperbincangkan agama lewat perdebatan dan perbandingan dengan agama lain. Sesungguhnya hal itu mencerminkan kecerdasan intelektual dan spiritual penulisnya. Saya kagum dengan karya siswa SMA ini, beberapa pemikiran dan refleksi dirinya sudah sangat mendalam dan “matang”. Dulu saat saya SMA, saya tak sebaik dan secerdas mereka. Saya sungguh iri sama kalian …

 

Mudik itu Bentuk Bakti untuk Orangtua






Pada hari Rabu tanggal 4 Mei kemarin, saya bersama keluarga memutuskan untuk mudik bareng, menikmati long weekend hingga hari Ahad nanti. Kesempatan mudik bareng ke Tasik ini memang dinikmati sebagai sarana refreshing sekaligus silaturahmi kepada orangtua, yang alhamdulillah masih sehat walafiat.

Walaupun harus bermacet ria yang rutin menemani saat libur panjang long weekend, tapi mungkin memang begitu seninya mudik yang identik dengan macet. Kemarin, kami menghabiskan waktu selama 10 jam perjalanan dari Tangerang menuju Tasik, yang biasanya hanya ditempuh dalam waktu 5 jam. Sejak dari Jakarta hingga Bekasi, suasana macet sudah menghiasi perjalanan mudik kami, untuk sampai ke Bekasi saja, kami butuh waktu 5 jam, yang biasanya cukup ditempuh dalam waktu 2 jam saja. Lalu setelah lumayan lancar sejak keluar Cikarang, kemacetan kembali terjadi di pintu tol keluar Cileunyi yang macet tak bergerak sekitar 10 km dan berjam-jam antri. Tapi alhamdulillah terurai juga kemacetannya setelah berjam-jam tak bergerak.

Setelah punya anak, saya bisa merasakan kerinduan orang tua pada anaknya. Maka sebisa mungkin, saat ada waktu, saya sempatkan untuk berkomunikasi langsung dengan orangtua, bahkan mudik tak hanya lebaran. Seperti saat long weekend minggu ini, saya rencanakan jauh-jauh hari dan mengabarkan orang tua tentang kepulangan liburan ini, agar orangtua senang. Karena ternyata perhatian anak pada orangtua nya merupakan salah satu hal yang membuat orangtua sehat lahir dan batin. Apalagi menyaksikan anak dan cucunya sehat dan rukun, itu adalah anugerah tak ternilai untuk orang tua.

Film Mars yang Inspiratif





Pada hari Senin tanggal 2 Mei 2016, saya mendapat undangan yang merupakan kesempatan emas untuk nobar (nonton bareng) film Mars di Plaza Senayan. Undangan ini merupakan kesempatan yang diberikan Mendiknas Anis Matta kepada beberapa komunitas dan instansi, salah satunya komunitas yang saya ikuti yaitu Ibu Ibu Profesional. Kami diberi jatah 25 tiket untuk menikmati film bagus ini yang akan diputar perdana hari ini di Plaza Senayan.

Saya berangkat diantar suami sampai stasiun Rawa Buntu setelah dhuhur, film nya sendiri akan diputar pukul 14.30. Saya yang awalnya menggunakan baju sederhana, diingatkan suami untuk memakai baju yang lebih formal sebagai penghormatan pada pihak pemberi undangan yaitu Mendiknas. Setelah naik kereta dan menggunakan jasa gojeg, saya tiba di Plaza Senayan pukul 13.30. Setelah berputar-putar mencari lokasi dan teman-teman dari IIP daerah lain, akhirnya kami pun dapat menikmati film Mars yang ternyata singkatan dari Mimpi Ananda Raih Semesta.

Film yang disutradarai oleh Sahrul Gibran dan digawangi penulis scenario John de Rantau ini diangkat dari sebuah novel dengan judul sama buah karya Aishworo Ang. Film ini diawali dengan adegan Sekar Palupi yang diperankan oleh Acha Septriasa, saat memberikan speech wisuda di sebuah universitas di London. Disitulah ia menceritakan kisah dan perjuangannya hingga sampai di titik itu, wisuda diantara bule-bule. Ia menceritakan perjuangan ibunya yang bernama Tupon,  diperankan oleh Kinaryosih, saat berjibaku tanpa kenal lelah menyemangati bahkan mengantar anaknya sekolah walau harus menempuh puluhan kilo bersepeda yang pastinya sangat melelahkan. Tupon adalah seorang wanita sederhana di Gunung Kidul Jogyakarta, yang bersuamikan seorang buruh batu sederhana. Sayangnya, Tupon dan anaknya Sekar harus kehilangan sosok laki-laki yang mereka cintai, yang meninggal karena kecelakaan saat bekerja sebagai buruh batu.

Postingan Favorit