Wednesday, February 17, 2016

Saat Si Cerdas itu Jenuh Belajar


Mengobrol dengan siswa yang berusia remaja, ternyata sangat menyenangkan. Sejak saya mengajar di MAN yang berasrama, sesi ngobrol dengan siswa ini selalu membuat saya bergairah dan banyak memberikan pencerahan. Saya banyak belajar dari problem yang mereka hadapi, kadang malah mereka yang sebenarnya adalah guru kehidupan saya, bukan saya yang mengajari mereka.

Seperti saat si cerdas ini curhat tentang masalahnya, sebut saja namanya Ara. Ara ini adalah sosok siswa yang cerdas dan aktif, beberapa kali ikut kompetisi matematika dan lomba paduan suara. Sejak kelas satu dan dua, akademis tak pernah menjadi masalah berarti baginya. Beberapa temannya remedial di pelajaran Mafikibi, dia jarang sekali ikut remedial. Walaupun sibuk di organisasi, tak membuat akademisnya menjadi tertatih tatih. Tapi saat menginjak kelas 3, terutama di semester dua, kondisinya berubah total. Ia menjadi malas belajar, bahkan mempertanyakan filosofi belajar, untuk apa belajar ini dan itu. Sudah berbagai cara dilakukannya untuk mengatasi masalahnya ini, dari mulai membaca novel, ngobrol sama teman, tidur, dan lain lain, tapi semuanya tak sanggup menghilangkan kejenuhannya dalam belajar.

Ujian itu Bernama Kehilangan


Saya mengenal sosoknya sudah hampir 20 tahun. Dia adalah teman satu organisasi saat kuliah dulu di era tahun 1990 an. Kami tidak kuliah di jurusan yang sama, tapi kedekatan kami dalam organisasi melebihi kedekatan teman satu jurusan kuliah saya. Usai wisuda, kami berjauhan. Sibuk dengan kegiatan masing-masing. Saya sibuk dengan aktivitas mengajar saya, sementara dia sibuk dengan kehidupan rumah tangganya.

Hingga kabar duka itu datang. Suaminya meninggal dalam sebuah peristiwa kecelakaan motor. Meninggal dua orang anak, satu putra dan satu putri yang masih kecil, sahabat saya ini menata satu persatu hidupnya pasca kematian suaminya.

Wednesday, February 10, 2016

Traveller Eza : Berpetualang Naik Kereta dan Angkot (1)

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Eza naik kereta api. Dulu pernah juga naik kereta api dari Serpong ke Tanah Abang, transit sebentar di Tanah Abang trus balik lagi deh ke Serpong haha. Hanya ingin memberikan pengalaman naik kereta pertama kali, ternyata dia enjoy banget dan ga terlalu rewel.

Akhirnya saat ada kesempatan libur kemarin, saya ma suami pun merencanakan untuk pergi silaturahmi ke rumah dua teman lama saya di Rangkas Bitung. Alhamdulillah terlaksana juga rencana ini. Walaupun sempat kehabisan tiket. Harusnya kami bisa berangkat kereta patas pertama pukul 8 pagi, tapi saat kami tiba disana pukul 7.30, ternyata tiketnya habis. Kereta berikutnya adalah kereta ekonomi pukul 9 pagi, akhirnya kami pun tak punya pilihan, menunggu sejam lebih di stasiun Serpong. Sebenarnya kejadian tak terduga ini bisa sekaligus media pengajaran kesabaran untuk Eza, belajar memanfaatkan waktu saat harus menunggu.

Postingan Favorit