RESOLUSI 2023: (BELAJAR) IKHLAS MEMELUK KEHILANGAN
Alhamdulillah tahun 2022
sudah terlewati. Memasuki tahun baru 2023 ini, tak banyak resolusi yang saya
buat. Bisa memasuki tahun 2023 ini saja, sudah harus disyukuri sekali. Dua
tahun masa pandemi itu, benar benar tak
terlupakan karena saya harus merasakan duka mendalam setelah kehilangan ibunda
di tahun 2020. Jadi pasca kehilangan ibunda, saya betul-betul jatuh bangun
belajar tentang sebuah kata yang ternyata berat untuk dilakukan yaitu IKHLAS.
Untuk menghadapi sebuah
episode hidup bernama KEHILANGAN, saya seperti menjadi seperti anak kecil lagi
yang harus belajar jalan, berdiri dan berlari. Sekian banyak nasehat untuk
menjadi kuat dan sabar dalam menghadapi musibah kehilangan ini, tak cukup
mempan di telinga dan hati saya. Kebersamaan saya menemani mamah di rumah sakit
beberapa hari jelang wafatnya, masih terus terbayang dengan jelas dalam ingatan
saya. Perjuangan mamah untuk bisa sembuh, hingga harus bernafas dengan bantuan
oksigen, sungguh takkan pernah hilang dalam pikiran saya, bahkan setelah dua
tahun setelah kehilangannya.
Kadang, saya ingin
berpura-pura lupa bahwa mamah sudah tiada, hanya agar bisa bertahan agar dada
tak sesak dengan segenap kenangan bersamanya. Saya baru faham kenapa saya harus
menikah di usia yang tak muda lagi, karena ternyata saya harus menemani mamah
lebih lama, karena ternyata waktu saya bersama mamah sangat singkat sekali.
Padahal saya membayangkan bahwa saya akan ditemani mamah dalam membesarkan anak
saya, harapan saya doa mamah akan selalu mengiringi semua episode kehidupan
saya, tapi ternyata Allah lebih menyayangi mamah, sehingga dipanggil secepat
ini.
Kehidupan saya setelah
kehilangan mamah, sungguh sangat sangat berbeda. Ada masa dimana saya menangis
sendirian di dalam kamar, hanya untuk mengenang beberapa episode hidup indah
bersama mamah. Ada saat dimana saya tak kuat menangani masa kehilangan ini,
hingga saya meminta bantuan sahabat saya yang merupakan lulusan psikologi untuk
membantu saya konseling dalam mengatasi duka setelah kehilangan. Ada masa
dimana saya menangis sesenggukan di depan makam mamah saat ziarah, menyesal
belum banyak bisa membahagiakannya. Pernah juga ada masa dimana saya betul
betul (pura-pura) lupa dan cuek dengan kehilangan ini. Dan seringnya saya
merasa tak lagi punya mimpi yang bisa saya perjuangkan, semuanya terasa hampa
saat mamah tak ada.
Mah, inilah anak bungsumu,
yang setelah dua tahun kehilangan mamah, masih berjuang untuk ikhlas. Tak bisa
raga ini berpura-pura kuat dan bisa langsung ikhlas menerima takdir ini. Semoga
mamah bisa menyaksikan anak bungsumu ini jatuh bangun belajar tentang
keikhlasan menerima takdir. Doakan ya mah, semoga anak bungsumu bisa semangat
lagi menata hidup, berjuang lagi untuk mendidik Eza dan bersama mas, mantumu
yang mendampingi saat saat sakaratul mamah, bisa terus melanjutkan hidup dan
memberikan kebahagiaan terus untuk mamah di akhirat nanti.
Wilujeng milad mah,
(harusnya) tahun ini mamah spesial 70 tahun... Semoga mamah bahagia di surga
Nya
Serpong, 21 Januari 2023
Yang masih berjuang untuk
ikhlas
Anak bungsumu
No comments:
Post a Comment