Friday, April 14, 2017

Menikmati Buku Mencari Senyum Tuhan






Sejak menikah, sudah lama saya tidak punya waktu sendiri yang bebas untuk melakukan apapun dalam waktu yang lama. Ada beberapa moment dimana saya bisa memiliki waktu sendiri tapi biasanya waktunya tak terlalu lama. Maka saat mengikuti rapat kerja di pertengahan bulan April ini, Eza tak diajak dan juga tak (boleh) sekamar dengan suami, justru inilah waktu emas dimana saya bisa punya banyak waktu untuk diri sendiri, terutama untuk membaca dan menulis, merenungi banyak hal yang membutuhkan konsentrasi penuh.

Apalagi saat berangkat raker ini, berangkatnya tak berbarengan dengan teman-teman karena saya dan suami harus piket di asrama untuk mengurus kepulangan siswa kelas XII setelah menyelesaikan Ujian Akhir Nasional. Satu bis disediakan panitia untuk peserta rapat kerja yang masih memiliki tugas di sekolah. Peserta lain berangkat resmi pada pukul 7 pagi sementara kami yang menyusul, berangkat pukul 13.30. Bis susulan ini ternyata kosong, jadi beberapa penumpang memanfaatkannya untuk selonjoran dan bersantai ria di bis. Selama perjalanan di bis, saya sudah siapkan satu buku berjudul Mencari Senyum Tuhan karya Miranda Risang Ayu untuk saya lahap dalam perjalanan menuju Hotel Padjadjaran Bogor.

Buku ini menceritakan kisah perjalanan spiritual penulisnya dan refleksi pengalamannya dalam memaknai kehidupan seorang pencari kebenaran. Dalam pengantarnya, sang penulis mengatakan bahwa, “Ketika seorang muslim menjawab kerinduan ilahiah yang terbit dalam hatinya sebagai panggilan untuk memulai perjalanan mendekatkan diri kepada Allah, Yang Awal dan Yang Akhir, maka perjalanan pun dimulai. Artinya sekali melangkah, tidak ada kata mundur. Jika ia lengah, Allah akan mengingatkan. Jika ia berpaling, Allah akan meluruskan. Jika ia jatuh Allah akan menegakkan. Bagaimana jika si pejalan malah ngambek, lantas tenggelam dalam kekecewaan dan penyesalan yang membuatnya meninggalkan semua amal baik yang telah dilakukannya? Allah akan memecutnya. Ya, tidak menghiburnya dengan lemah lembut lagi, tetapi memecutnya untuk tegak dan berjalan kembali. Niatnya untuk menjadi penempuh telah membuat mata hatinya menyaksikan bahwa Allah sesungguhnya selalu menarik hamba-Nya kembali kepada-Nya, dengan sukarela maupun terpaksa”.

Koperasi, Makhluk Apakah Itu?





Awal mula saya berkenalan dengan Koperasi sebenarnya sudah lama yaitu sejak SMP saat saya masuk pesantren, disana koperasi dikelola oleh santri untuk santri. Beberapa santri senior ditunjuk menjadi pengurus, hanya santri yang memiliki integritas lah yang akan ditunjuk menjadi pengurus koperasi. Sayang, saya tidak menyelesaikan pendidikan pesantren hingga akhir jadi saya tidak sempat mendalami perkoperasian.

Pengenalan saya terhadap koperasi berlanjut di tahun 2007, saat saya “dipaksa” menjadi pengurus koperasi yaitu bagian bendahara pada tahun 2007, tepat 3 tahun setelah saya bekerja disitu. Saat itu ada skenario yang dibuat beberapa orang, agar terbentuk kepengurusan koperasi yang baru. Saya sudah menghindar untuk menjadi pengurus, dengan cara mudik saat pemilihan berlangsung. Berharap dengan tidak hadirnya saya, tidak akan dipilih menjadi pengurus, ternyata sia sia saja upaya saya untuk menghindar. Akhirnya dengan sangat terpaksa, saya pun mencoba menjaga kepercayaan para anggota yang sudah memilih saya.

Saya sama sekali tak mengerti makhluk apakah koperasi itu. Ternyata setelah terjun di dalamnya, sangat seru dan menarik. Adrenalin saya rasanya terpacu untuk memajukan koperasi. Saya sadar bahwa jiwa wirausaha yang turun dari kedua orang tua saya, tak bisa hilang sama sekali. Dan 3 tahun masa kepengurusan saya dan teman-teman pengurus lain, alhamdulillah sukses membuat anggota menikmati SHU (sisa hasil usaha) yang besar. 

Tuesday, April 11, 2017

Homestay 2017 : Pembelajaran Kehidupan Bermasyarakat



Homestay adalah program tahunan yang diadakan MAN Insan Cendekia Serpong untuk siswa kelas XI. Untuk tahun 2017 ini, kegiatan Homestay dilaksanakan di Kampung Tajur, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat. Pada kegiatan homestay ini, siswa tidur di rumah masyarakat sekitar yang kami sebut orang tua asuh, berkegiatan bersama mereka, merasakan nafas kehidupan masyarakat disana untuk belajar memaknai kehidupan dan belajar hidup bermasyarakat.

Kegiatan Homestay tahun 2017 ini seharusnya diikuti siswa kelas XI berjumlah 158 orang yang terdiri dari 77 orang siswi dan 81 orang siswa. Namun berhubung ada yang sakit dan halangan lain, ada 4 orang siswa yang tidak mengikuti kegiatan ini, sehingga yang bisa berpartisipasi dalam kegiatan ini adalah 76 siswi dan 78 siswa sehingga total berjumlah 154 orang. Sumber pendanaan kegiatan ini adalah sepenuhnya berasal dari komite.

Setiap rumah dihuni 6 orang siswa sehingga total ada 27 orang tua asuh yang dengan baik hati turut membantu keberhasilan program ini. Setiap kelompok didampingi oleh para pendamping yang siap membantu segala hal untuk kesuksesan program ini. Berikut adalah beberapa foto siswa dengan para orang tua asuh beserta pendampinnya.





Kami berangkat pukul 6 pagi dengan menggunakan 3 bis besar Symphoni dan satu mobil dinas innova untuk membawa perlengkapan yang dibutuhkan disana. 



 Setelah berjuang dengan kepadatan lalu lintas, akhirnya kami tiba disana pukul 11 siang dan disambut dengan hangat oleh aparatur desa dan orang tua asuh dalam acara pembukaan. Para orang tua asuh sudah siap menjemput “anak-anaknya” yang akan tinggal selama 2 malam tiga hari disana. Setelah sesi pembukaan, para orang tua asuh ini membawa siswa kami untuk menyimpan barang di rumah nya masing-masing, dilanjutkan dengan sholat dan makan siang.



Acara dilanjutkan dengan keterampilan membuat reginang untuk siswi dan membuat gula aren untuk siswa. Hanya saja, keterampilan membuat gula aren tidak terlaksana karena ada kendala teknis. Setelah itu, acara yang seru sudah menanti yaitu tracking pengenalan alam sekitar lokasi homestay. Alam yang indah dan banyak variasi yang menarik sebagai lokasi yang menantang adrenalin, cukup membuat siswa bergairah dan antusias mengikuti sesi tracking ini. Berjalan melintasi sawah, sungai dan berakhir di area air terjun yang sejuk, menjadi refreshing tersendiri bagi siswa dan para pendamping. Terlebih bagi Syaikh dari Mesir yang juga turut serta dalam kegiatan ini. Berkali kali ia memuji pemandangan alam Indonesia yang tak ia dapatkan di negerinya sendiri, dan mengatakan bahwa Indonesia merupakan surga yang indah bagi siapapun yang memandanginya.


Postingan Favorit