Thursday, March 16, 2017

Aliran Rasa Kemandirian




Saat mendapat materi tentang kemandirian dan tantangan kemandirian 10 hari, tadinya saya bingung kemandirian apa yang harus dilatih  pada Eza yang masih berusia 3 tahun. Saya mendiskusikan dengan suami. Awalnya saya ingin melatih kemandirian makan, suami mengusulkan mandi dan memakai baju. Saya pun ngobrol dengan ART tentang rencana saya, awalnya dia enggan karena katanya masih ingin menyuapi Eza makan. Tantangan pertama pun dimulai, bagaimana caranya supaya ART mau mendukung program saya. Saya kerahkan berbagai upaya agar dia faham kenapa saya harus melatih kemandirian ini pada Eza. Sambil saya contohkan jika di rumah, saat makan, saya biarkan Eza makan sendiri walau berantakan. Biasanya si mbak nya malas karena harus merapikan kalau Eza makannya berantakan.

Beberapa hari pertama, berhasil, saat saya tidak ada, si mbak nya kembali menyuapi. Wah tantangannya ternyata bukan pada anak saja, tapi harus kompak juga dengan ART. Ini tak pernah terfikirkan sebelumnya. Saya fikir nanti masalahnya pada Eza, ternyata saaat saya jalani, Eza mau mau aja, malah ART yang masih rindu dan seneng nyuapin... hadeuuh...
Ternyata harus pelan-pelan memberitahu mbak ART ini agar sejalan dengan misi saya.

Monday, March 13, 2017

Perjalanan Menemukan Passion


Sering banget kita mendengar kata passion, sebenarnya apa sih passion itu? Passion di zaman sekarang sering jadi trend topik di media sosial maupun acara acara TV. Ada yang mengatakan passion itu hobi, banyak juga yang menambahkannya dengan kata semangat. Kamus bahasa inggris indonesia, beberapa menerjemahkan kata passion dengan istilah nafsu, keinginan besar, kegemaran. Berdasarkan pengalaman pribadi, saya menyimpulkan bahwa passion adalah sesuatu yang kita lakukan dengan antusias, tanpa kenal lelah dan sangat bersemangat apapun rintangannya.

Saya bersekolah di SD Negeri, kemudian SMP saya habiskan di pesantren dan SMA kembali ke jalur SMA umum, lalu kuliah mengambil jurusan sastra Arab. Dulu mana kepikiran ikut tes minat bakat, sebenarnya bakat kita di bidang apa, harus ambil kuliah jurusan apa, dulu pertimbangannya hanya satu, keridhaan orang tua. Dan orang tua hanya merekomendasikan kuliah di kampus negeri karena zaman dulu, universitas negeri adalah simbol sekolah murah.

Setelah selesai kuliah, saya kerja sebagai guru, menjalaninya sesuai rutinitas, tapi belum terlalu antusias. Barulah saat saya tes psikologi di tempat kerja, hasilnya membuat saya tercengang, ternyata ada istilah kemampuan computational yaitu kemampuan berkutat dengan angka angka. Disinilah saya mendapat poin tinggi, sedangkan poin rendah ada di poin kreatifitas. Ini mah udah saya akui sejak dulu, emang ga kreatif. Lalu saya renungkan pengalaman saya di berbagai bidang.

Saat bekerja sebagai guru di sebuah sekolah di Karawaci Tangerang, karena pendapatannya kecil, saya sambi dengan jualan baju. Niat utamanya saat itu, agar saya bisa berangkat haji. Bahkan saya sempat buka toko juga lho di Malabar. Lalu saya pindah kerja di Serpong, toko pun tutup. Di Serpong ini saya bekerja sebagai guru asrama yang mengajar bahasa Arab. Tiga tahun kemudian, tiba-tiba saya terpilih menjadi bendahara koperasi. Senang sih menjalaninya, apalagi saat SHU anggota yang dibagikan tiap tahun, mengalami kenaikan. Rasanya bangga saja bisa membahagiakan banyak orang. Tapi kemudian saya putuskan hanya satu periode saja, karena ingin melanjutkan S2 dan juga karena ada pengalaman traumatis yang membuat saya enggan menlanjutkan kepengurusan.

Setelah itu, saya asyik dengan kesibukan dengan berbagai tugas kampus, tugas kantor hingga tugas organisasi. Saat kuliah S2, sebenanya sangat menikmati juga dan tak merasa lelah, walau harus kuliah sampai jam 9 atau 10 malam. Karena pada saat itu belum nikah, jadi kelayapan malam hari, bermotor ria menghabiskan waktu untuk membunuh kesepian, memang jadi alternatif kesibukan yang menyenangkan.

Setelah menikah tahun 2013, aktivitas pun berganti. Kesibukan sebagai pasangan baru, ibu baru, hampir melupakan semua aktivitas sebelumnya. Kenikmatan menjadi ibu itu, mengalahkan segala ambisi atau sekedar mencari passion saya sebenarnya apa, itu juga tak terfikirkan. Menjalani berbagai jabatan sebagai bendahara masjid, bendahara IIP Tangsel, menjadi panitia di berbagai kegiatan, saya jalani apa adanya. Tapi ternyata menyenangkan.

Hingga saat mengikuti program matrikulasi di tahun 2016, terjawab sudah bahwa passion saya ternyata di bidang keuangan. Beberapa jabatan sebagai bendahara, rasanya menantang untuk saya taklukkan. Walaupun harus begadang bermalam-malam, tapi saya tidak merasa lelah. Tetap antusias dan tak kenal lelah. Walaupun nanti ke depan tak tahu akan berakhir dimana bidang yang saya geluti, tapi menjalani berbagai kesibukan berdasarkan passion itu membahagiakan sekali. Alhamdulillah...

Semoga Bermanfaat

Senin, 130317.08.00

#odopfor99days#part2#day32

Monday, March 6, 2017

Bonus Melatih Kemandirian : Pengen Mandi Sendiri



Selama ini fokus saya untuk melatih kemandirian Eza adalah urusan makan dan memakai sepatu. Ternyata bonusnya banyak, alhamdulillah. Kemandirian bersosialisasi dan kemandirian mandi sendiri adalah bonus yang didapat selama proses melatih kemandirian ini berlangsung. Saya memang mencoba memberi kepercayaan penuh pada Eza (3 tahun) untuk sebisa mungkin melakukan sesuatu, yang masih bisa dilakukan sendiri, seperti mengambil air minum, makan, memakai sepatu dan lain lain.

Urusan mandi, sebenarnya tak ada dalam daftar target kemandirian untuk Eza. Rasanya saya masih belum percaya aja Eza akan bersih jika mandi sendiri, masih pengen mandiin, usap usap sabun ke badannya, kayanya episode memandikan ini adalah episode bonding yang asyik buat saya dan Eza untuk mandi bersama. Maka saat kemarin, tiba tiba dia minta mandi sendiri, saya coba biarkan, saya coba kasih tau apa aja yang harus dibersihin. Hasilnya? Tentu tak seideal jika kita yang memandikan, tapi melihat dia senang karena dipercaya untuk bisa mandiri, itu sesuatu banget.

Ternyata beberapa kemandirian ini bisa dilatih secara bersamaan dengan keterampilan lain. Seperti keterampilan untuk memiliki rasa percaya diri, tak dilarang larang, itu saya dapatkan saat saya melatih kemandirian Eza untuk makan sendiri dan memakai sepatu sendiri. Saat mendapat bonus bahwa dia sudah berani bersosialisasi, mau diajak bertemu orang banyak, di sesi pengajian maupun saat shalat berjamaah, itu adalah keterampilan tersendiri yang dapat dibanggakan oleh anak usia 3 tahun.

Postingan Favorit