Thursday, January 26, 2017

Tantangan Kelas Bunda Sayang (Pengaruh Dongeng)


Setelah lulus matrikulasi batch #1, kami para fasilitator ditantang untuk memfasilitasi lulusan matrikulasi batch #2 menuju kurikulum IIP berikutnya yaitu Bunda Sayang, yang berisi materi pendidikan anak. Kalau kelas matrikulasi hanya 13 bulan, kali ini kelas bunda sayang memakan waktu satu tahun karena tantangannya adalah ilmu yang kita dapatkan harus dipraktekkan melalui tantangan 10 hari. Wow sangat menantang dan memacu adrenalin.



Materi pertama adalah tentang komunikasi produktif. Tantangannya adalah membuat “family forum” untuk mengaplikasikan tentang komunikasi produktif. Sebenarnya mengobrol itu sering dengan suami, tapi memang jarang mendokumentasikannya.

Hari pertama dimulai hari Senin malam kemarin dengan ngobrol berdua bareng suami, anak saya Eza sedang tidak enak badan jelang usianya menuju 3 tahun di tanggal 13 Februari 2017. Kami mengobrol tentang hasil kegiatan Milad IIP ke-5 yaitu di Kampung Dongeng. Saya cerita ke suami, betapa pengaruh dongeng itu sangat besar. Eza menjadi lebih mandiri dan percaya diri dalam melakukan sesuatu seperti gosok gigi sendiri, mandi dan mengambil alat mandi sendiri, dan lain lain. Suami pun mendengarkan dengan antusias. Ngobrol dengan suami dengan suasana santai, ternyata sangat membahagiakan...

Pada hari Ahad tanggal 22 Januari 2017, Eza mengikuti acara milad IIP di Kampung Dongeng. Acara mendongeng bareng Ka Awam, menjadi hal yang menyenangkan bagi Eza dan teman temannya yang mengikuti acara tersebut. kami, para orang tua pun menjadi belajar seni  mendongeng, yang bisa dibilang menantang. Ceritanya sederhana tapi cara mengemas nya yang butuh keterampilan tersendiri. Bismillah harus terus belajar untuk menjadi orang tua yang baik.'

Kamis, 260117.04.00

#hari1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip




#odopfor99days#part2#day5

Tuesday, January 10, 2017

Makam Gus Dur : Refleksi Kebermanfaatan untuk Umat (Nazar Bagian Kedua)




Setelah mengunjungi makam Bung Karno di Blitar, kami melanjutkan perjalanan ke kampung Coklat, masih di wilayah Blitar. Ternyata kampung coklat ini luas sekali, berbagai oleh oleh berbahan coklat dan aneka makanan dan minuman yang langsung bisa disantap di tempat, tentu berbahan utama coklat, juga bisa ditemui disana. Bahkan ada area terapi ikan bagi yang tak suka berburu coklat. Eza dan papaya sempat mencoba terapi ikan ini, walau akhirnya Eza ternyata gak berani. Setelah lelah berkeliling, kami pun meninggalkan Kota Blitar sekaligus berpamitan pada orang tua siswa yang telah menyempatkan diri menyambut kami dengan begitu antusias.

Teepat jam lima sore, kami meninggalkan Blitar menuju Batu Malang untuk menuju tempat penginapan. Rasanya tubuh ini memang sudah tak sabar untuk ketemu si kasur untuk sekedar berleha leha dan beristirahat setelah berlelah ria di perjalanan selama 2 hari. Beruntung, tempat penginapan kami sangat luas dan nyaman bagi keluarga besar kami. Rumah besar dua tingkat yang memiliki 9 kamar ini adalah rekomendasi seorang alumni asal Malang, yang lokasinya sangat strategis karena berdekatan dengan tempat wisata di Batu, Malang. Dengan uang sewa satu juta per malam, kami tak menyesal menghabiskan uang dua juta untuk bermalam dua hari di tempat ini. Sangat nyaman dan memuaskan.

Monday, January 9, 2017

Makam Bung Karno : Penantian 16 Tahun (Nazar Bagian Pertama)




Pada hari Senin tanggal 26 Desember 2016, akhirnya saya bisa menginjakkan kaki juga di tanah Blitar, tepat nya di makam Bung Karno, Sang Proklamator Indonesia. Butuh waktu 16 tahun bagi saya dan keluarga untuk bisa sampai tempat ini. Banyak tantangan dan kendala yang menghiasi perjalanan panjang ini. Saya dan keluarga besar ibu saya yang berjumlah 24 orang, akhirnya bisa berziarah dan berwisata bersama setelah menanti selama 16 tahun. Gimana ceritanya? Yuks mari kita lanjutkan ceritanya.

Berpuluh tahun lalu, ibu saya (mamah) dulu sempat mengucapkan nazar atau janji jika anak anaknya selesai kuliah semua, dia akan mengajak anak dan cucunya untuk ziarah ke makam Bung Karno di Blitar. Pada tahun 2000, sebenarnya saya dan kaka kaka saya, akhirnya berhasil menyelesaikan amanah kuliah kami. Tapi ternyata setelah usai wisuda kami, tak serta merta urusannya menjadi lancar bagi mamah untuk menunaikan nazar nya. Bertahun-tahun pun terlalui tanpa sempat menunaikan nazar tersebut.

Postingan Favorit