Saturday, November 24, 2012

MY GREAT FATHER, ABAHKU PAHLAWANKU


Selalu syukur dan bangga yang ingin terucapsaat aku mengenang sosok ini, sosok ayahku yang super sederhana ...

Ayahku yang dengan penuh tanggung jawab menafkahianak-anaknya hingga mengenyam pendidikan ...

Ayahku yang dengan gigih berjuang mendidikanak-anaknya menuju kebaikan ...

Sebelum menikah, ayahku adalah seorang pedagangsejati, berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, mulai dari Purwakartahingga Jawa Tengah dan Timur, pernah dilaluinya. Di awal tahun pernikahannya,menurut cerita ibuku, ayahku berjuang menjadi tukang kredit, menjual barang apasaja dengan cara dikreditkan. Tapi, ternyata usahanya bangkrut, modal takkunjung kembali, sementara barang habis. Apa ayahku menyerah? Tentu saja tidak,beliau berjuang kembali dengan menjadi tukang ojek di daerah Tanjung PriukJakarta, sementara ibuku tinggal di rumah ibunya, nenekku di Tangerang, hinggaaku lahir disana.

PERJALANAN TERWUJUDNYA MIMPI


Entah sejak kapan saya memiliki salah satu dari mimpiku ini, ingin mengunjungi sebuah Negara yang bernama Mesir. Mungkin sejak saya kuliah di UNPAD, sejak saya mengenal lebih jauh tentang Negara ini. Mungkin sejak salah seorang sahabatku meminjamkan CD tentang Negara-negara di Timur Tengah. Saat saya melihat CD tersebut, lengkap dengan gambaran visual tentang kondisi negaranya, saya semakin jatuh cinta.

Tahun 2000/2001 , saya pernah ikut tes seleksi untuk mendapatkan beasiswa kuliah pasca sarjana di Universitas al-Azhar Kairo. Seleksi nya di UIN Jakarta, masih IAIN saat itu. Peserta nya dari seluruh Indonesia yang jumlahnya ratusan orang, tapi yang akan diberangkatkan hanya 22 orang. Seleksinya terdiri dari tes tulis dan hafalan al-Qur’an 8 juz, dan sudah pasti hasilnya saya tidak lulus.

Tetapi mimpi untuk mengunjungi Mesir tak pernah hilang. Akhirnya saya putuskan untuk menabung, jika tidak bisa berangkat dengan beasiswa, maka saya harus berusaha kuat untuk berangkat dengan biaya sendiri. Bertahun-tahun saya menabung, akhirnya di tahun 2008 saya memberanikan diri untuk minta restu orang tua. Saya memutuskan untuk berrhenti bekerja, dan pergi mewujudkan mimpi saya ke Mesir, dengan tabungan saya seadanya. Saya berfikir sederhana waktu itu, yang penting adalah biaya untuk berangkat dan akomodasi secukupnya, selanjutnya bisa mencari disana.

Tahapan-tahapan keberangkatan  pun saya lakukan, mulai dari mencari koneksi ke Mesir, melakukan shalat istikharah, dan terakhir meminta ijin orang tua di Tasikmalaya. Perlahan-lahan saya bicara dengan ayah saya dulu, beliau tidak mempermasalahkan, yang penting restu ibu, ujarnya. Inilah tahap yang paling sulit saya lakukan, berbicara dari hati ke hati dengan ibu saya, menjelaskan mimpi-mimpi saya, dan secara tak terduga jawabannya sangat singkat yaitu tidak boleh. Ketika saya tanya alasannnya, alasan beliau sangat sederhana, hanya tidak ingin jauh dengan anak bungsunya ini. Senang sekaligus sedih bercampur baur saat itu. Senang karena saya semakin tahu betapa orang tua sangat menyayangi saya (ya iya lah mana ada orang tua yang tidak saying dengan anaknya), di sisi lain, sedih karena dengan begitu saya harus mengubur dalam-dalam mimpi saya. Bahkan saat saya jelaskan, saya hanyalah salah seorang anak diantara 5 orang anaknya, yang keempat anak lainnya sudah ada tidak jauh dari mereka, hanya di Tasik dan Tangerang, yang kapan pun bisa bertemu, ibu saya tetap tak bergeming.

Hancur sudah harapan saya, saya tak mungkin pergi tanpa restu orang tua, walaupun saya sudah menabung untuk mempersiapkan keberangkatan saya, semuanya terasa menjadi sia-sia, saat saya tak jua bisa mewujudkan mimpi saya. Saya pun memutuskan kembali ke Tangerang, melanjutkan pekerjaan saya. Sepanjang perjalanan Tasikmalaya Tangerang, air yang tak pernah saya undang, mengucur deras dari kedua mata saya. Setelah itu, hari-hari saya menjadi sangat tidak berwarna indah, hanya ada kesedihan, luka dan air mata (lebay banget dah).

Sejenak saya melupakan mimpi itu, tapi sahabat-sahabat dekat saya tau, betapa mimpi tersebut sesungguhnya tak pernah mau hilang dari benak saya. Saat saya menonton Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta bertasbih di bioskop, yang mengambil setting Negara MESIR, saya tak henti-hentinya menangis, hingga mata saya bengkak. Saya semakin yakin, bahwa jauh di dalam lubuk hati saya, mimpi itu masih ada, dan semakin kuat bertahta.

Dan di awal tahun ini, tak percaya rasanya, mimpi itu pun akan terwujud juga. Mimpi yg saya pendam semasa sya kuliah dulu, akhirnya terwujud juga setelah menanti selama 13 tahun lebih. Terima kasih utk semua sahabat, teman, saudara, partner kerja, dan semua orang yg percaya dg kekuatan mimpi. Jangan pernah berhenti bermimpi dan jangan pernah berhenti utk meyakini bahwa apapun bisa terjadi, Jika Allah menghendaki. Dan Dial ah sebaik2 pembuat scenario, kenapa saya tidak berangkat beberapa tahun lalu, kenapa baru berangkat sekarang, pasti semuanya indah pada waktunya.

ALHAMDULILLAH, SEGALA PUJI BAGI-MU RABB

Wassalam
Eva novita
7 jan 2011
--sehari menjelang keberangkatan menuju Kairo—

OLEH-OLEH "CERITA" DARI MESIR


Kemarin2, saat teman dan sahabat saya menagih oleh-oleh “cerita” dari Mesir, saya belum begitu semangat untuk menulis. Tapi malam ini, saat melihat berita setelah kick andy di metro tv, bahwa Husni Mubarak menyatakan mundur (via wapresnya), saya jadi semangat menulis … mengobati sulitnya tidur saya malam ini, ditemani tugas2 menuju akreditasi sekolah … selingan dulu ah ….

Menjelang keberangkatan saya ke negara mesir tanggal 8 Januari 2011 lalu, tak ada firasat apapun tentang negara ini. Niat saya pergi untuk belajar, belajar banyak hal, akhirnya terlampiaskan. Saat saya beli tiket, sudah direncanakan pula kepulangan saya tanggal 31 januari 2011, tanpa pernah tahu akan  ada kejadian apapun di negara impian saya ini.

Postingan Favorit