Wednesday, December 26, 2012

ADA APA DENGAN PERBEDAAN TULISAN بسم dan باسم DALAM AL-QUR’AN??



Al-Qur’an adalah kitab suci yang memiliki lafa-lafal paling fasih, terangkai dalam struktur paling indah dan mengandung makna paling sahih dan paling benar. Setiap kata dalam Al-Qur’an memiliki makna yang tepat dan mendalam. Struktur dan makna dalam setiap kalimat ini, tak bisa dipisahkan. Contohnya bisa kita lihat dalam surat al-Fatihah ayat 5:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”


Thursday, December 20, 2012

Sebuah Pencerahan yang lebih dari Indah

Judul Buku               : The Quantum of Happiness
                                   (Meraih Kebahagiaan dengan Psikologi Kesadaran)
Penulis                    : Vikas Malkani dan Deepak Chopra
Penerbit                 : Baca
Tahun Terbit          : 2008
Jumlah Halaman     : 346

Suatu saat, sahabat saya merekomendasikan sebuah buku yang akan membantu saya dalam menjawab beberapa pertanyaan saya tentang esensi segala hal dan kejadian yang dialami. Buku yang direkomendasikan sahabat saya itu adalah buku ini, yang akan kita bahas. Saat saya diberitahu tentang buku ini, awalnya saya enggan untuk membaca, apalagi membelinya. Judulnya saja The Quantum of Happiness, jika saya membaca buku ini, saya merasa seolah-olah saya tidak merasa bahagia dalam hidup ini. Saya bergumam, bukan itu yang saya rasakan dan bukan itu yang saya cari. Tapi saya memutuskan untuk meminjam dulu buku ini. Pada saat saya membacanya, ternyata saya larut dalam menikmati hidangan buku ini dan dengan cepat saya melahap buku setebal 346 halaman ini.

Menariknya, di bagian awal buku ini, sang penulis langsung mengawali tulisan nya dengan ungkapan yang sensasional yaitu “Saya mempunyai sebuah masalah. Masalah saya adalah Tuhan. Saya tidak merasa puas mempunyai Dia. Tuhan tidak membiarkan anda dalam kedamaian. Anda berusaha menjauh dari-nya, tapi Dia selalu menarik Anda kembali dalam satu atau lain cara – dengan cinta, dengan luka, dengan rasa sakit secara fisik dan mental, dengan kegembiraan, dengan pemahaman, dan dengan konflik. Semua ini adalah media-media-Nya”. Ungkapan-ungkapan inilah yang membuat saya penasaran bagaimana cara penulis ini mencari solusi atas masalahnya, yang mungkin juga adalah masalah kita semua. Apa solusi-solusi yang ditawarkan sang penulis? Secara lengkapnya, bisa dibaca sendiri. Tapi secara umum, mari kita lanjutkan petualangan spiritual ini.

Sang penulis membagi buku ini ke dalam 9 bab yaitu Apa yang anda minta, akan anda dapatkan; membedakan kelereng dan mutiara; jari yang menunjuk bulan; berenang di samudera; psikologi pencerahan; psikologi pembebasan; mendobrak pengondisian, menabur benih dan menuai hasilnya; Pesan dibalik kata-kata. Penulis mengemas setiap pembahasan dengan sangat menarik karena di setiap bab nya, penulis menyampaikan beberapa cerita yang bermakna. Selain itu, di setiap bab nya juga ada sesi pertanyaan dan pembahasan yang menjawab pertanyaan tersebut. Dan untuk memudahkan pemahaman, sang penulis banyak menggunakan analogi-analogi yang berhasil menyederhanakan hal-hal yang pelik untuk difahami. Penulis membahas berbagai hal secara mendalam dan tuntas, baik tentang proses menuju pencerahan, esensi sebuah perjalanan spiritual dll.

Tentang penulisnya, Vikas Malkani, pendiri soulcentre, adalah seorang guru metafisika internasional dan seorang pakar Kesuksesan, Kepemimpinan, dan Hubungan antarmanusia. Sebagai penulis buku-buku laris, Vikas telah menerima banyak penghargaan atas karya revolusionernya dalam memaksimalkan potensi manusia.

Penulis kedua, Deepak Chopra merupakan pria kelahiran India yang menjadi seorang dokter, pembicara, dan penulis di Amerika Serikat. Nama Chopra semakin populer setelah dirinya menjadi guru spiritual bagi para selebritis disana. Chopra lahir di New Delhi, India pada tanggal 22 October 1946. Chopra menyelesaikan pendidikan dasarnya di Saint Columba's School, New Delhi yang kemudian dilanjutkan di All India Institute of Medical Sciences (AIIMS). Pada tahun 1968, Chopra memutuskan untuk berimigrasi ke Amerika Serikat. Setiba disana, Chopra langsung mengikuti kursus medis yang diadakan oleh Muhlenberg Hospital di Plainfield, New Jersey. Pada tahun 1973, Chopra memperoleh lisensi medisnya dari Massachusetts dan pada tahun 2004 dia memperoleh lisensi medis dari California. Dia kemudian membuka praktek medis dengan spesialisasi endrokinologi.
Kekurangan buku ini (kalau mau disebut kekurangan) hanya bersifat redaksional, yaitu ada beberapa istilah khas milik sebuah agama tertentu yang mungkin agak sedikit “mengganggu” dan asing bagi pemula seperti saya, seolah-olah kita sebagai seorang muslim seperti membaca “kitab suci” agama lain. Tetapi secara esensi, pembahasan dalam buku ini bersifat universal. Ada beberapa yang bisa kita analogikan ke dalam ajaran agama kita, seperti meditasi bisa dipraktekkan dalam aktivitas shalat, walaupun tidak sepenuhnya sama.

Secara pribadi, saya cukup menikmati sajian buku ini. Hal-hal baik dalam buku ini, bisa kita aplikasikan dalam kehidupan. Kadang saya lebih menikmati membaca buku-buku seperti ini karena dikemas dengan bahasa yang indah, cerita yang menarik dan analogi-analogi yang pas dalam memudahkan pemahaman. Kemasan ternyata memang sama pentingnya dengan content (isi). Sedangkan hal-hal yang tidak sesuai dengan keyakinan kita, tentu tak mesti kita ikuti.


Wassalam
Eva Novita Ungu
Rabu, 19 Desember 2012
“Buku ini dibeli pada tanggal 10 Juni 2012.
Saat Pencerahan menyapa dengan indahnya dan datang pada saat yang tepat”

Monday, December 17, 2012

Indahnya Menara Atomium Belgia

Jika Paris dikenal dengan Menara Eiffelnya, maka Belgia juga memiliki icon khas yaitu Menara Atomium. Menara ini letaknya agak sedikit di luar kota, tepatnya di kawasan Heysel Park Belgia yang merupakan arena pekan raya, mungkin seperti PRJ di Kemayoran. Berbagai gedung pameran bertebaran di sekitar lokasi atomium tersebut.

Saat kami mengunjungi lokasi tersebut di hari Sabtu, 30 Juni 2012, cuaca saat itu sangat cerah. Kami berangkat dari Hotel Rijckendael Belgia pukul 9 pagi. Suasana kota Belgia di pagi hari sangat sepi dan tenang. Sepanjang jalan, tak banyak orang yang berkeliaran atau hilir mudik di sepanjang jalan yang kami lalui. Mungkin karena masih pagi juga sehingga banyak penduduk yang masih menikmati waktu santainya di rumah. Perjalanan dari hotel menuju atomium ini ternyata tak memakan waktu lama, senang sekali saat kami akhirnya bisa menikmati megahnya bola raksasa ini. Mari sejenak mengenal lebih jauh sejarah Atomium ini.

Wednesday, December 5, 2012

Kisah 3 Orang yang mimpi Bertemu Rasulullah Saw


Sosok Rasulullah Saw adalah sosok yang dirindukan siapapun yang mengaku sebagai muslim di dunia ini. Dan mimpi bertemu Rasulullah Saw tentu tidak diberikan kepada semua orang, hanya orang-orang tertentu saja yang diberi anugerah ini. Dan saya beruntung bisa bertemu langsung dengan orang yang pernah mimpi bertemu Rasulullah Saw.

Sungguh tak pernah ada yang kebetulan di dunia ini, termasuk saat saya mendengar cerita tentang 3 orang yang diberi anugerah untuk mimpi bertemu Rasulullah Saw. Dua orang diantaranya, saya mendengar langsung dari sumbernya, sementara satu orang lainnya adalah putri tertua Ust Yusuf Mansur, yang saat itu saya tonton dari tayangan “Chatting dengan YM”.

Orang pertama yang diberi anugerah untuk mimpi bertemu dengan Rasulullah adalah seorang laki-laki. Saat dia mengalami mimpi itu, dia adalah seorang anak kecil berusia sekitar 11 atau 12 tahun, yang saat itu duduk di kelas 5 SD. Dia adalah seorang anak yang biasa-biasa saja, sepertinya tak ada yang istimewa dengan anak ini. Dia seperti anak lainnya yang senang bermain, beraktivitas seperti biasa layaknya anak lain, hanya saja saat teman-temannya berkelahi, dia seperti tidak berminat untuk mengikuti teman-temannya. Mungkin itulah bentuk penjagaan Allah terhadapnya. Anak ini juga mengalami ketidak adilan dalam keluarganya, ibunya yang lebih menyayangi anak perempuannya dibanding dia yang merupakan anak laki-laki, membuatnya tidak betah di rumah. Bahkan saat mengalami mimpi ini pun, dia sedang menginap di rumah saudaranya, bukan tidur di rumahnya sendiri. Dan mimpi itu merupakan hiburan tersendiri baginya, seolah-olah sebagai obat dari ketidak adilan yang didapatnya dalam keluarganya.

Saat itu, saat mimpi itu datang, tak pernah diduganya sama sekali, tiba-tiba dalam mimpinya, sosok teladan itu muncul dari atap rumah, bergamis hijau, memiliki tubuh yang gagah dan tinggi, dan memakai sorban. Saat itu, sosok mulia itu hanya mengatakan, “Suatu saat kamu akan mengunjungi makam aku di Madinah, tapi jangan ceritakan mimpi ini kecuali setelah kamu membuktikan ucapanku (setelah mengunjungi Madinah)”. (berkali kali saya diceritakan mimpi ini, tetap saja tubuh saya merinding).

Berpuluh-puluh tahun anak ini menyimpan rahasia mimpinya ini. Ia pun menjalani kehidupan seperti biasa, bersekolah, bekerja, menikah dan memiliki anak. Hingga di usianya yang menginjak 50 tahun, mimpi itu pun terbukti. Ia pergi haji bersama isterinya dan benar-benar bisa mengunjungi makam Rasulullah (Raudhah) di Masjid Nabawi di Madinah. Jika usia anak ini saat bermimpi bertemu Rasulullah adalah 11 tahun, berarti 39 tahun kemudian Allah membuktikan ucapan Rasululullah di mimpi itu. Saat saya diceritakan mimpi itu, tentu tidak langsung setelah dia pulang haji, tapi bertahun-tahun kemudian. Berarti dia menyimpan rapat-rapat rahasia ini lebih dari 40 tahun. Dia baru berani menceritakannya setelah mimpi itu terbukti menjadi kenyataan. Itulah kisah pertama.
Kisah kedua adalah dari seorang wanita yang juga akan saya sembunyikan identitasnya, karena saat wanita ini menceritakan mimpi tersebut, dia pun tidak ingin menyebutkan identitas dirinya yang sebenarnya. Wanita ini mengalami mimpi tersebut saat masa remajanya di sebuah SMA. Saat itu dia adalah seorang pengurus masjid atau Rohis. Saat teman-temannya memilih dan dipilih untuk mendapatkan posisi penting di kepengurusan seperti sekretaris, bendahara, kaderisasi dan lain-lain yang seringkali tampil di depan, dia memilih untuk menjadi pengurus di belakang layar yaitu bagian yang membersihkan masjid (entah ada di divisi apa). Bagian ini bukanlah posisi favorit yang diincar banyak remaja rohis saat itu, tapi dia memilih untuk menikmati posisi tersebut. Hingga di suatu malam, dia pun terkaget-kaget nyaris tak percaya saat dia mimpi bertemu Rasulullah Saw. Ada perasaan terharu, senang, dan merasa tak layak mendapatkan mimpi tersebut, hingga yang bisa dilakukannya hanyalah bersyukur dan menangis. Begitulah kisah orang kedua yang mengalami anugerah mimpi tersebut.

Kisah ketiga adalah yang dialami oleh Wirda, putri sulung Ust Yusuf Mansur. Mungkin sudah banyak yang menyaksikan tayangan itu saat Wirda menceritakan proses mendapatkan mimpi indah tersebut. Wirda kecil saat itu adalah seorang anak yang sedang berusaha untuk menghafal al-Qur’an, hingga menjelang remaja, masa jenuh pun datang. Saat itu, ia merasa lelah dan tak sanggup untuk menuntaskan hafalannya sampai 30 juz. Dia mengutarakan ketidak sanggupannya kepada ayahnya, Ust Yusuf Mansur dan memutuskan untuk berhenti menghafal al-Qur’an.

Ternyata, saat itulah mimpi itu datang. Saat merasa lelah dan ingin menyerah dalam menuntaskan hafalan al-Qur’annya, Rasulullah datang untuk menguatkan anak ini agar tidak menyerah dan terus berusaha untuk menuntaskan hafalan al-Qur’annya. Wirda dan Ust Yusuf Mansur, sama-sama menangis saat mimpi itu diceritakan kembali. Segala rasa bercampur aduk. Begitulah kisah ketiga.

Dari ketiga orang yang mendapat anugerah mimpi indah ini, kita mendapat kesimpulan bahwa siapapun punya peluang dan kesempatan untuk mimpi bertemu sosok mulia Rasulullah Saw. Tak ada amalan khusus yang menjadi persamaan ketiga orang ini. Tapi sepertinya ketiga orang ini melakukan hal-hal sederhana dan jiwanya “terpelihara” dari hal-hal yang tidak baik.

Semoga saat saya menceritakan kisah ketiga orang ini, saya turut kecipratan berkah nya dan turut bisa merasakan anugerah mimpi bertemu Rasulullah Saw. Semoga kisah-kisah tadi mengingatkan kita semua agar sedikit meluangkan waktu untuk berdoa semoga kita bisa bertemu Rasulullah Saw, baik dalam mimpi atau dalam surga suatu hari nanti.

Wassalam
Rabu, 5 Desember 2012
Eva Novita
Secara tak kebetulan pula, saat saya menulis cerita ini sambil mendengar MP3 lagu-lagu, ternyata yang terdengar adalah lagu Rasulullah dan Thala’al Badru
“Rasulullah, dalam mengenangmu, kami susuri lembaran sirahmu …”
“Thala’al badru ‘alaina, min tsaniyyatil wada’ …”

Wednesday, November 28, 2012

MENGAPA AL-QURAN BERBAHASA ARAB? (STUDI KASUS PADA AYAT TENTANG PESAN LUQMAN)




كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui  (QS. AL-FUSHSHILAT, 41: 3)

Mengapa al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab?? Mengapa tidak menggunakan bahasa lain? Ada apa sich dengan bahasa Arab? Sebegitu istimewanya kah bahasa ini hingga dipilih Allah utk menyampaikan ajaranIslam?

Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati, mengungkapkan “Kalau anda ingin menyampaikan pesan ke seluruh penjuru, sebaiknya anda berdiri di tengah dan di jalur yang memudahkan pesan itu tersebar. Hindari tempat dimana ada suatu kekuatan yang dapat menghalangi dan atau merasa dirugikan dengan penyebarannya, kemudian pilih penyampai pesan yang simpatik,berwibawa dan berkemampuan sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Timur tengah adalah penghubung Timur dan Barat. Wajarlah jika kawasan ini menjadi tempat menyampaikan pesan Ilahi yang terakhir dan yang ditujukan kepada seluruh manusia di seluruh penjuru dunia.”

Saturday, November 24, 2012

Saat Ujian Menerpa, Be Strong !

Kita jadi makin dewasa karena diasah dengan berbagai ujian. Saat ujian menerpa, YAKINI bahwa itu fasilitas yang ALLAH berikan untuk mendewasakan kita, walau tak setiap kita sama dalam ujiannya, tapi setiap kita diperintahkan untuk kuat menghadapinya

BE STRONG, BE TAUGHT, BE U.
ALLAH GUIDE U

(Sms dari Kusdiniyah, 7 Oktober 2012)

Let it flows ...

We could be disappointed but life provids another chance. Let it flows ...We have no enough time regreting the past. Mengikhlaskan masa lalu mungkin termasuk bersabar ...

Permintaan yang diulang-ulang merupakan tanda kesungguhan ...

(sms dari Ipik Ernaka,5  Oktober 2012)

SEMOGA KITA TIDAK LUPA

Semoga kita tidak lupa,
Saat kemegahan berkuasa
Saat semua orang berlomba mengumpulkan harta
Saat ayat al-Quran mengingatkan kita:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُحَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
sampai kamu masuk ke dalam kubur. (QS At-Takatsur)

Semoga kita tidak lupa,
untuk memprioritaskan kewajiban …

Ada ibadah haji yang harus kita tunaikan …
ada shalat yang tidak boleh kita tinggalkan ...
ada syahadat yang setiap hari kita ikrarkan ...
Ada jutaan fakir miskin yang membutuhkan bantuan …
Ada zakat maal yang harus kita keluarkan …

Saat kita dirundung masalah …
Semoga kita tidak lupa,
Inilah saat-saat indah bercengkerama dengan-Nya
Menumpahkan seluruh keluh kesah
Saat tak satupun manusia mendengar dan memahami
Semoga kita tidak lupa,
Ada Dia yang siap menerima kita dengan kondisi kita apa adanya

Saat semua kenikmatan di tangan
Semoga kita tidak lupa,
Semuanya hanyalah titipan,
Yang akan diambil oleh Yang Maha Memiliki
Jika saatnya tiba …

Saat kita terjatuh di kesalahan yang sama,
Semoga kita tidak lupa,
Untuk tidak jatuh lagi pada lubang yang sama,
Untuk tidak mengulangi kebodohan yang sama,
Untuk tidak menyakiti siapapun yang tak layak disakiti …
Untuk tidak menyesal di kemudian hari …
Sebelum diingatkan dengan cara yang lebih keras...

saat keinginan tak sesuai dengan kenyataan
semoga kita tidak lupa,
bahwa ingin-Nya selalu lebih baik dan lebih indah
bila kita mampu melihat dari sisi yang berbeda
bahwa keterbatasan kita tetaplah menjadi kendala
bahwa setiap orang akan diuji pd titik terlemah

saat kita rapuh dan merasa lelah
Semoga kita tidak lupa,
Untuk bangun dan tegak berdiri
Menatap masa depan yang lebih cerah …


wassalam
eva novita
saat banyak kejadian berseliweran memberikan pencerahan
9 feb 2010

Matematika & Ibadah

matematika adalah pelajaran horor bagi sebagian siswa. untuk siswa jurusan IPA, matematika (disamping pelajaran jurusan lain) adalah nilai mati, syarat kenaikan kelas, karenanya semua nilainya harus tuntas.

karena itu mereka akan berusaha keras untuk mendapatkan nilai tuntas untuk semua mata pelajaran. karena itu tak heran, saat nilai mereka harus remedial, ada banyak air mata yang tumpah, ada banyak ketidak percayaan diri akan kemampuan mereka.

begitupun saat malam senin lalu ada seorang siswi yang menangis saat nilai matematika nya tak kunjung tuntas ... dan dia pun bercerita betapa dia trauma dengan sebuah pelajaran bernama matematika ... bukan karena tidak mampu, bukan juga karena faktor gurunya ... dia juga mempertanyakan penyebab nya dan menanti sebuah jawaban ...

Sosok Amien Rais di mata putri nya

Tak butuh waktu lama, bagi saya untuk melahap habis buku “Menapak Jejak Amien Rais, Persembahan seorang putri untuk ayah tercinta” yang berjumlah kurang lebih 300 halaman ini, hanya dalam waktu 3 hari. Banyak hal menarik di dalamnya yang belum diungkap penulis biografi Amien Rais lainnya. Hanum, penulis buku ini, yang merupakan putri kedua dari 5 orang putra-putrinya, menceritakan dengan sangat mengalir dan menyentuh hati.

Ada beberapa cerita yang sangat berkesan di hati saya tentang sosok Amien Rais di mata putrinya.

Cerita pertama, saat Hanum mengikuti lomba antar sekolah di Yogyakarta, lomba MTQ, tapi Hanum sebagai pembaca saritilawahnya. Saat itu Amien Rais masih menjabat sebagai ketua PP Muhammadiyah periode 1995-2000. Hanum tampil pukul 10 malam, dan dia berharap bapaknya dating. Sebelum dan ketika tampil, Hanum mencari sosok bapaknya tapi tak jua menemukannya, Hanum sudah pesimis bapaknya tidak akan menyaksikannya berlomba. Karena jika datang, panitia pasti sudah mempersilakan Amien Rais untuk duduk di deretan bangku depan sebagai penghormatan kepadanya. Esok harinya, barulah temannya berkomentar

“mbak Hanum pasti senang ya bapaknya datang tadi malam?“

Ternyata Amien Rais datang malam itu, tanpa diketahui anaknya. Sang ayah ini menyaksikan anaknya tampil, melihat dari kejauhan dan menolak saat panitia memintanya untuk duduk di depan. Setelah anaknya tampil, sang ayah pun pulang. Tanpa perlu mengabari anaknya, bahwa ia sudah datang.
Cerita tersebut adalah salah satu cerita yang saya suka dari buku ini. Ternyata pemimpin besar sangat memperhatikan kegiatan anaknya. Dan tanpa perlu menggembar gemborkan bahwa ia adalah sosok ayah yang perhatian. Bahkan anaknya saja mengetahuinya dari orang lain.

Cerita kedua, saat di depan rumahnya muncul seorang penjual sapu, Amien Rais menyuruh anaknya Hanum untuk membeli sapu itu dengan memberikan uang Rp 10.000. Nah, dengan “kreativitas” nya Hanum ini ingin memperlihatkan kemampuannya menawar dan berhasil mengembalikan uang Rp 6.500, dengan harga awal sapu Rp 7.000, Hanum berhasil menawar setengah harganya menjadi Rp 3.500 dan membanggakan kemampuannya di hadapan sang ayah. Tapi ternyata tanggapan ayahnya malah di luar dugaan, ayahnya sangat sangat marah, tidak pernah Hanum melihat ayahnya se marah itu. Ayahnya memberinya uang lagi Rp 10.000 dan menyuruh Hanum memberikan uang itu kepada penjual sapu tersebut. Tapi setelah dicari ke segala penjuru, tak jua didapatnya si penjual sapu tersebut. Hal ini membuat Hanum merasa bersalah dalam waktu yang lama. Perasaan ini “dibayar” dengan cara memilih naik kereta daripada pesawat saat perjalanan Jakarta-Jogjakarta, karena saat itulah Hanum bisa membeli makanan dari para pedagang asongan, tanpa harus menawar lagi.

Begitulah cara Amien Rais mendidik anak-anaknya mengasah kepekaan social.

Selain, itu sosok istri Amien Rais juga bukan sosok sembarangan. Saat Amien Rais menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Amerika, istrinya menjadi pendamping setia, sekaligus memanfaatkan waktunya dengan bekerja, dari hasil bekerja tersebut ternyata dapat membangun istana kecilnya di Yogyakarta, yang hingga sekarang mereka tempati.

Saat Hanum kecewa dengan hasil pemilihan presiden tahun 2004, dia menyampaikan keinginannya kepada orang tuanya untuk berhenti menuntaskan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa Co-Asst di FKG UGM. Tampak kekecewaan terpancar di wajah Amien Rais dan istrinya. Tapi mereka sangat menghormati keputusan anaknya dan tidak ingin memaksakan kehendak. Hingga akhirnya ibunya menyampaikan berita bahwa dia akan kuliah S1 jurusan Bahasa Inggris di sebuah sekolah tinggi di Yogyakarta, sebuah cita-cita terpendam, yang sejak dulu diinginkan tapi lebih memprioritaskan kepentingan anak dan suaminya. Beberapa tahun kemudian, ibunya lulus dengan hasil gemilang, ibunya lulus dengan IPK 3,8. Hal inilah yang membuat Hanum bersemangat kembali melanjutkan pendidikannya. Ibunya yang usianya 50 tahun saja masih bersemangat mengenyam pendidikan, duduk bersama orang-orang yang berusia jauh di bawahnya, mengapa dia yang usianya masih muda malah “menyerah” dengan kegagalan.

Sosok ibunda Amien Rais juga tidak kalah penting peranan nya, saat Amien dicalonkan presiden pada tahun 1999 (saat itu beliau sudah menjadi ketua MPR utk periode 1999-2004), beliau berkonsultasi kepada ibundanya dan pendapat ibunda nya lah yang beliau rujuk. Berikut adalah jawaban ibundanya, “Mien, tanggung jawabmu di MPR baru saja dimulai. Kamu telah disumpah menjadi ketua MPR untuk masa bakti 5 tahun. Jangan berbelok di tikungan. Itu tidak bagus. Aku tidak setuju.” Amien Rais pun menolak dicalonkan.

Benarlah bahwa di balik sosok besar, ada wanita hebat di belakangnya.

Wah, terlalu banyak cerita indah dalam buku tersebut, yang sangat menginspirasi saya dalam banyak hal.

Sebagai penutup, ada nasihat bagus yang ditularkan Amien Rais kepada anak-anaknya yang dikutip dari perkataan Roger federer , seorang petenis dunia yang mengatakan “Kalau kamu ingin sukses, sukses apa saja, kamu harus menyisihkan minimal 3 jam sehari untuk menekuni apa yang kamu sukai”.

Semoga bermanfaat …

Wassalam

Eva Novita
(buku "Menapak Jejak Amien Rais ini adalah hadiah ulang taun dari Hanum, putrinya utk sang ayah, yg  berusia 66 tahun pada April 2010 lalu)

MY GREAT FATHER, ABAHKU PAHLAWANKU


Selalu syukur dan bangga yang ingin terucapsaat aku mengenang sosok ini, sosok ayahku yang super sederhana ...

Ayahku yang dengan penuh tanggung jawab menafkahianak-anaknya hingga mengenyam pendidikan ...

Ayahku yang dengan gigih berjuang mendidikanak-anaknya menuju kebaikan ...

Sebelum menikah, ayahku adalah seorang pedagangsejati, berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, mulai dari Purwakartahingga Jawa Tengah dan Timur, pernah dilaluinya. Di awal tahun pernikahannya,menurut cerita ibuku, ayahku berjuang menjadi tukang kredit, menjual barang apasaja dengan cara dikreditkan. Tapi, ternyata usahanya bangkrut, modal takkunjung kembali, sementara barang habis. Apa ayahku menyerah? Tentu saja tidak,beliau berjuang kembali dengan menjadi tukang ojek di daerah Tanjung PriukJakarta, sementara ibuku tinggal di rumah ibunya, nenekku di Tangerang, hinggaaku lahir disana.

PERJALANAN TERWUJUDNYA MIMPI


Entah sejak kapan saya memiliki salah satu dari mimpiku ini, ingin mengunjungi sebuah Negara yang bernama Mesir. Mungkin sejak saya kuliah di UNPAD, sejak saya mengenal lebih jauh tentang Negara ini. Mungkin sejak salah seorang sahabatku meminjamkan CD tentang Negara-negara di Timur Tengah. Saat saya melihat CD tersebut, lengkap dengan gambaran visual tentang kondisi negaranya, saya semakin jatuh cinta.

Tahun 2000/2001 , saya pernah ikut tes seleksi untuk mendapatkan beasiswa kuliah pasca sarjana di Universitas al-Azhar Kairo. Seleksi nya di UIN Jakarta, masih IAIN saat itu. Peserta nya dari seluruh Indonesia yang jumlahnya ratusan orang, tapi yang akan diberangkatkan hanya 22 orang. Seleksinya terdiri dari tes tulis dan hafalan al-Qur’an 8 juz, dan sudah pasti hasilnya saya tidak lulus.

Tetapi mimpi untuk mengunjungi Mesir tak pernah hilang. Akhirnya saya putuskan untuk menabung, jika tidak bisa berangkat dengan beasiswa, maka saya harus berusaha kuat untuk berangkat dengan biaya sendiri. Bertahun-tahun saya menabung, akhirnya di tahun 2008 saya memberanikan diri untuk minta restu orang tua. Saya memutuskan untuk berrhenti bekerja, dan pergi mewujudkan mimpi saya ke Mesir, dengan tabungan saya seadanya. Saya berfikir sederhana waktu itu, yang penting adalah biaya untuk berangkat dan akomodasi secukupnya, selanjutnya bisa mencari disana.

Tahapan-tahapan keberangkatan  pun saya lakukan, mulai dari mencari koneksi ke Mesir, melakukan shalat istikharah, dan terakhir meminta ijin orang tua di Tasikmalaya. Perlahan-lahan saya bicara dengan ayah saya dulu, beliau tidak mempermasalahkan, yang penting restu ibu, ujarnya. Inilah tahap yang paling sulit saya lakukan, berbicara dari hati ke hati dengan ibu saya, menjelaskan mimpi-mimpi saya, dan secara tak terduga jawabannya sangat singkat yaitu tidak boleh. Ketika saya tanya alasannnya, alasan beliau sangat sederhana, hanya tidak ingin jauh dengan anak bungsunya ini. Senang sekaligus sedih bercampur baur saat itu. Senang karena saya semakin tahu betapa orang tua sangat menyayangi saya (ya iya lah mana ada orang tua yang tidak saying dengan anaknya), di sisi lain, sedih karena dengan begitu saya harus mengubur dalam-dalam mimpi saya. Bahkan saat saya jelaskan, saya hanyalah salah seorang anak diantara 5 orang anaknya, yang keempat anak lainnya sudah ada tidak jauh dari mereka, hanya di Tasik dan Tangerang, yang kapan pun bisa bertemu, ibu saya tetap tak bergeming.

Hancur sudah harapan saya, saya tak mungkin pergi tanpa restu orang tua, walaupun saya sudah menabung untuk mempersiapkan keberangkatan saya, semuanya terasa menjadi sia-sia, saat saya tak jua bisa mewujudkan mimpi saya. Saya pun memutuskan kembali ke Tangerang, melanjutkan pekerjaan saya. Sepanjang perjalanan Tasikmalaya Tangerang, air yang tak pernah saya undang, mengucur deras dari kedua mata saya. Setelah itu, hari-hari saya menjadi sangat tidak berwarna indah, hanya ada kesedihan, luka dan air mata (lebay banget dah).

Sejenak saya melupakan mimpi itu, tapi sahabat-sahabat dekat saya tau, betapa mimpi tersebut sesungguhnya tak pernah mau hilang dari benak saya. Saat saya menonton Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta bertasbih di bioskop, yang mengambil setting Negara MESIR, saya tak henti-hentinya menangis, hingga mata saya bengkak. Saya semakin yakin, bahwa jauh di dalam lubuk hati saya, mimpi itu masih ada, dan semakin kuat bertahta.

Dan di awal tahun ini, tak percaya rasanya, mimpi itu pun akan terwujud juga. Mimpi yg saya pendam semasa sya kuliah dulu, akhirnya terwujud juga setelah menanti selama 13 tahun lebih. Terima kasih utk semua sahabat, teman, saudara, partner kerja, dan semua orang yg percaya dg kekuatan mimpi. Jangan pernah berhenti bermimpi dan jangan pernah berhenti utk meyakini bahwa apapun bisa terjadi, Jika Allah menghendaki. Dan Dial ah sebaik2 pembuat scenario, kenapa saya tidak berangkat beberapa tahun lalu, kenapa baru berangkat sekarang, pasti semuanya indah pada waktunya.

ALHAMDULILLAH, SEGALA PUJI BAGI-MU RABB

Wassalam
Eva novita
7 jan 2011
--sehari menjelang keberangkatan menuju Kairo—

OLEH-OLEH "CERITA" DARI MESIR


Kemarin2, saat teman dan sahabat saya menagih oleh-oleh “cerita” dari Mesir, saya belum begitu semangat untuk menulis. Tapi malam ini, saat melihat berita setelah kick andy di metro tv, bahwa Husni Mubarak menyatakan mundur (via wapresnya), saya jadi semangat menulis … mengobati sulitnya tidur saya malam ini, ditemani tugas2 menuju akreditasi sekolah … selingan dulu ah ….

Menjelang keberangkatan saya ke negara mesir tanggal 8 Januari 2011 lalu, tak ada firasat apapun tentang negara ini. Niat saya pergi untuk belajar, belajar banyak hal, akhirnya terlampiaskan. Saat saya beli tiket, sudah direncanakan pula kepulangan saya tanggal 31 januari 2011, tanpa pernah tahu akan  ada kejadian apapun di negara impian saya ini.

Ramadhan (hari) pertama yang memalukan di Adelaide


Berhati-hati lah dengan mimpi anda.
Dulu, saya pernah membayangkan bisa menjalani puasa bulan Ramadhan di Negara lain yang mayoritas penduduknya bukan muslim. Tapi saya tidak menyangka akan mengalaminya di Adelaide, Australia Selatan. Yang saya bayangkan dulu, saya akan mengalaminya di Amerika (haha mimpi kali yee).

            Saya berangkat ke Australia Selatan ini dengan berbagai proses dan pertimbangan yang tidak mudah. Diawali ketidakikhlasan karena mempertimbangkan beban yang akan diemban sepulang dari sini, diiringi dengan keinginan mundur dari kepergian ini, tapi ternyata takdir berbicara lain. Saya akhirnya berangkat juga dengan 5 orang lainnya dari tempat kerja saya di Serpong. Kami ber-6 (Abdul Jalil, Eka Retnosari, Elly Haswani, Nurhayati, Tina Yulistania & saya si ungu) berangkat hari Jumat tanggal 29 Juli 2011 pukul 9 malam dari Jakarta dengan menggunakan pesawat Qantas QF 42, transit di Sydney hari Sabtu tanggal 30 Juli 2011 pukul 7 pagi, lalu transfer ke pesawat Qantas QF 739, Sydney - Adelaide, berangkat pukul 08.30, sampai di Adelaide pukul 10.30. Di bandara Adelaide, kami sudah dijemput oleh host masing2. Kami pun langsung berpencar.

Hari gini remaja ga punya akun fesbuk dan ga suka nonton TV??


Saya beruntung bisa mengenal keluarga Sarah sebagai Host saya di Adelaide. Keluarga Sarah terdiri dari 4 orang, Sarah adalah seorang kepala sekolah yang selama 20 tahun lebih, memimpin sebuah TK. Suaminya bernama Jeremy, adalah seorang Gardener. Gardener di Adelaide ini bukan seperti tukang kebun di Indonesia, (sekilas saya pernah lihat di satu tempat di rumahnya, buku tentang “perkebunan” ini begitu bejibun), jadi saya menamakan Jeremy sebagai penguasa kebun yang intelek (di belakang rumahnya, kebun yang indah, tertata rapi oleh Jeremy). Anak tertua bernama Elloise, 16 tahun, kelas 2 SMA di Sekolah khusus putri (girl’s school) dan anak bungsunya bernama Zac, lelaki ganteng berusia 9 tahun, kelas 4 SD.

Sarah mendidik kedua anaknya dengan baik. Terbukti dengan sikap kedua anaknya kepada kami, para tamu tiga minggu di rumahnya, yang sangat ramah. Dan perilaku kedua anaknya yang sangat berbeda dengan kebanyakan anak Indonesia. Sarah mencoba menghindarkan kedua anaknya dari televisi, dan tidak mengijinkan kedua anaknya untuk memiliki akun fesbuk. Apakah anaknya protes? Tentu saja, tidak normal kali kalau tidak protes, sementara teman-teman di sekolahnya sudah melanglang buana dengan fesbuk. Saya pernah menanyakan hal ini pada Elloise, anak sulungnya (secara saya juga yang bukan remaja adalah aktivis sejati fesbuk haha) mengapa dia tidak diijinkan memiliki anak fesbuk. Berikut adalah obrolan saya dengannya dengan terjemahan bebas (kalo pake bhs inggris hilap deui naon bhs inggrisna)

Si ungu                        : Elloise, kamu punya akun fesbuk ga?
Elloise                          : ga punya
Si ungu                        : kenapa? (Elloise ini agak pendiam, ga akan berkicau kalo ga ditanya)
Elloise                          : mamah (emang org Indonesia bilang mamah) bilang kalo saya mau berkomunikasi sama orang lain, saya bisa nelfon atau kirim surat (memang saya lihat, budaya berkirim tulisan masih mendarah daging di keluarga ini, kadang Sarah kirim surat untuk anaknya, padahal satu rumah)                  
Si ungu                        : emang teman-teman kamu di sekolah, ga punya akun fesbuk?
Elloise                          : punya                      
Si ungu                         : trus kamu ga pengen punya?
Elloise                           : ga, kata mamah berbahaya, banyak terjadi cyber crime di fesbuk
Si ungu                        : oh gitu, okke lah kalo begitu

Begitulah saudara-saudara, ternyata Sarah mengungkapkan alasan yang rasional kepada anaknya mengapa tidak boleh punya akun fesbuk dan memberikan alternative cara berkomunikasi dengan orang lain (plus member contoh juga dengan mempraktekannya). Saya sering melihat pagi-pagi sudah ada amplop untuk Elloise dan Zac (lebih sering untuk Elloise) dari Sarah.

Tentang TV, untuk menjauhkan kedua anaknya dari televisi, Sarah menggunakan berbagai cara, diantaranya:
  1. Memberikan banyak alternatif kesibukan pada kedua anaknya. Elloise, sudah sibuk dengan kegiatan sekolahnya, plus hobinya melukis juga disalurkan dengan tersedianya berbagai fasilitas dan alat untuk melukis. Untuk Zac, karena dia senang dengan sepakbola, maka dia ikut klub sepakbola anak seminggu dua kali.
  2. Sesekali mereka juga menonton film keluarga bersama, baik di bioskop maupun di rumah. Jadi orangtua tahu betul apa yang ditonton kedua anaknya karena mereka juga ikut menonton bersama anaknya. Ini juga cara mereka menjaga kebersamaan keluarga.
  3. Yang jauh lebih menarik, Sarah juga menyediakan berbagai games yang mendidik dan merangsang otak. Saya melihat berbagai jenis permainan, penuh dalam satu lemari besar.
Salah satu contoh games yang juga menarik bagi kami adalah yang bernama Rush Hour. Saya dan Eka menikmati sekali permainan ini. Permainan ini hanya mengeluarkan sebuah mobil merah dari kemacetan, tapi dengan berbagai halangan rintangan yaitu berbagai mobil truk dan mobil kecil yang menghalangi mobil merah tersebut. Seru dan memang menyita waktu karena harus mengatur strategi. Pantas saja anak-anaknya tidak tertarik dengan TV karena ada kegiatan lain yang lebih menarik dan menantang.

4. Memberikan berbagai jenis buku yang menarik untuk kedua anaknya, baik buku cerita atau buku lainnya. Zac, sudah baca novel tebal beratus halaman seperti Harry Potter. Elloise ga usah ditanya lagi, kutu buku dan anak pintar yang rajin belajar. Anaknya kepala sekolah gitu lho..
Begitulah sekilas tentang keluarga Sarah. Saya bersyukur sekali bisa mengenal keluarga ini. Keluarga Sarah juga menerapkan pola hidup sehat, vegetarian dan selalu berfikir positif.

Wassalam
Eva Novita Ungu
Adelaide, 4 Ramadhan 1432 H
*untuk ponakanku noval, met milad tgl 1 agt lalu, kadonya nyusul ya …

PERMAINAN KANCING: MOTIVATOR KEMANDIRIAN


Seringkali kita sulit sekali menyuruh anak, remaja, saudara atau murid kita untuk melakukan suatu perbuatan secara mandiri. Keluarga Sarah punya tips jitu untuk mengatasinya.

Suatu hari saat saya pulang dari pelatihan di sore hari, sesampainya di rumah Sarah, saya melihat Zac sedang menghitung beberapa kancing. Saya tertarik untuk bertanya kepadanya. Dia bercerita bahwa ibunya menerapkan “permainan kancing” yaitu sebuah permainan untuk menghargai beberapa pekerjaan yang dilakukan Zac dan Elloise. Jadi setiap perbuatan atau kebaikan yang dilakukan Zac dan Elloise, ibunya akan memberikan mereka berdua kancing yang bernilai sekian sen. Jumlah kancing yang  mereka kumpulkan, nantinya bisa ditukar dengan uang di akhir minggu. Jenis pekerjaan dan jumlah uang yang diberikan, tergantung pada penilaian Sarah. Mereka sendiri tidak tahu persis kapan dan berapa kancing Sarah akan meng”harga”i kebaikan mereka.

Kancing ini disimpan dalam sebuah gelas. Setiap gelas diberi nama mereka masing-masing dan kedua gelas tersebut disimpan Sarah di atas kulkas. Setiap kebaikan yang mereka lakukan, Sarah akan menyimpan kancing yang disimpan pada setiap gelas yang sudah diberi nama.

Beberapa jenis kebaikan untuk mendapatkan kancing adalah sebagai berikut (ini saya contek dari tulisan Elloise yang disimpan di atas kulkas):
  • Putting things away
  • Spontaneous acts of kindness / helpfulness
  • Clearing table
  • Washing dishes
  • Not grumbling
  • Asking if help is required
  • Being gracious

Daftar kebaikan tersebut, berlaku untuk Zac dan Elloise karena semuanya merupakan kebaikan yang bersifat umum.
Saya penasaran dengan permainan ini, saya pun bertanya kepada sang pembuat permainan yaitu Sarah. Menurut Sarah, ini hanyalah permainan, dia tidak ingin anak-anaknya melakukan suatu perbuatan atau kebaikan, hanya karena kancing (ikhlas meureun istilah kita mah). Dia ingin anak-anaknya melakukan itu karena memang itu adalah perbuatan yang baik untuk mereka. Menurutnya, setiap minggu Elloise berhasil mengumpulkan sekitar 8 dolar dan Zac sekitar 2 dolar (tentu karena nilai uang untuk anak berusia 9 dan 16 tahun, jelas berbeda). Uang tersebut bisa dibelanjakan oleh keduanya untuk apapun yang mereka inginkan. Jadi untuk mendapatkan uang, mereka tidak mendapatkannya secara gratis.

Suatu hari, saat makan malam bersama, saya mencoba mengajukan pertanyaan konyol, “Jadi pekerjaan apa yang bisa saya lakukan untuk mendapatkan kancing?”, tiba-tiba Zac bilang

“You Have 3 jobs: HAVE FUN, JUST RELAX & DO YOUR OWN JOB”
Terpana saya mendengar nasehatnya, untuk anak seusia 9 tahun, spontan tapi daleeeeeem banget. Thanks Zac.

Wassalam
Eva Novita Ungu
Adelaide, 8 Ramadhan 1432 H

Sejenak Melepas Lelah (Part 1)


Kadangkala saat lelah melanda, salah satu yang perlu dilakukan hanyalah tersenyum. Semoga tulisan-tulisan di bawah ini bisa membuat kita tersenyum untuk melepas rasa lelah, walau hanya sesaat. Berikut adalah beberapa peristiwa kecil yang kami alami di Adelaide ini. Semoga bisa menghibur.

(1) Tragedi Bros murah

            Pada hari Senin tanggal 8 Agustus 2011, kami berenam mengunjungi Islamic College, sekolah Islam terbesar di Adelaide karena mulai dari Playgroup hingga SMU, semua ada dalam satu kompleks. Kami disambut oleh sang kepala sekolah yang super energik, seorang wanita yang hebat banget karena beliau mengepalai sekolah ini mulai dari TK hingga SMU. Ga kebayang deh kesibukan hari-harinya.

Sejenak Melepas Lelah (Part 2)


Berikut adalah cerita-cerita lain yang kami alami di Adelaide ini. Semoga bisa menghibur …

(3) Konser Maher Zain di atas Batu

Hari Ahad tanggal 7 Agustus 2011 adalah hari yang membahagiakan bagi kami, karena setelah 5 hari ditempa jadwal training yang padat, akhirnya kami bisa refreshing juga. Kali ini tujuan kami adalah Victor Habour, sebuah tempat yang sangat indah. Hamparan laut yang luas, pemandangan indah tak terkatakan. Kami terkagum-kagum dengan indahnya tempat ini. Tak lupa, kami berpose dengan berbagai gaya. Tak puas rasanya kami memandang dan berjalan-jalan di sepanjang kawasan indah ini.

BAHKAN WUDHU PUN DIOMELIN


BAHKAN WUDHU PUN DIOMELIN
(Kenangan di sebuah rest area di Belgia)

Seringkali, kita baru merasakan indahnya sesuatu itu setelah kita kehilangan dan merasakan suasana yang sama sekali berbeda. Saat kondisi normal, biasanya kita kurang sadar dan kurang menghayati suatu kondisi atau kebersamaan bersama seseorang yang kita sayang sampai kita disadarkan saat mengalami kondisi yang sama sekali berbeda dan tidak mengenakkan. 

Berwudhu. Kata itu biasanya dimaknai secara biasa-biasa saja. Sebuah rutinitas harian sebelum shalat, sarana penyegaran jasmani dan media permohonan pembersihan anggota tubuh dari segala aktivitas sia-sia. Di sini, di bumi Indonesia, dengan jumlah muslim terbanyak dan air yang berlimpah, kita bisa berwudhu sepuas-puasnya, kapanpun dan dimanapun, dengan sangat nyaman. Tapi di tempat lain? Ternyata tak seindah yang dibayangkan.

MEMAKNAI SEBUAH “KEBETULAN”


Seringkali kita mengalami peristiwa yang menurut kita, terjadi secara kebetulan.Tiba-tiba bertemu seseorang, tiba-tiba mengalami kegagalan, tiba-tiba menemukan sebuah buku bagus dan lain-lain. Apakah memang semuanya terjadi secara kebetulan? Ataukah saat kita mengalami kejadian tersebut, sesungguhnya kita sedang digiring menuju satu tujuan tertentu?

Baru-baru ini saya membaca sebuah buku karangan Deepak Chopra yang berjudul “Pemenuhan Hasrat Seketika” (kalau tidak salah), ternyata dalam buku tersebut dijelaskan bahwa tidak ada yang namanya peristiwa kebetulan. Semuanya bermakna dan memiliki tujuan. Dalam buku tersebut, dijelaskan sisi ilmiah dari sebuah peristiwa yang kita sebut “kebetulan”.Ternyata setiap peristiwa yang kita alami, semuanya saling berkaitan dan tidak ada yang kebetulan.
Saya ingin berbagi pengalaman saya sendiri.

Suatu hari di tahun 2007, saya mengalami peristiwa traumatis. Saat bertemu seorang wanita, saya ketakutan. Saya ingat bahwa sebelumnya, saya mengalami "intimidasi psikis" yang membuat saya terluka. Pengalaman itu membekas hingga pikiran bawah sadar merekamnya sangat lama, memori ini tersimpan begitu rapih hingga saya baru menyadarinya 4 tahun kemudian. Saya mengabaikan peristiwa tersebut, bersikap seolah-olah saya baik2 saja dengannya. Saya fikir ini hanya peristiwa yang terjadi secara kebetulan dan akan berlalu seiring berjalannya waktu.

Hingga di tahun 2011, saat saya ada kesempatan harus menginap bersamanya dalam sebuah kegiatan, ternyata saya tidak bisa tidur, padahal biasanya saya termasuk yang gampang sekali tidur dimanapun. Segenap hati saya mencoba memejamkan mata, ternyata tidak bisa. Akhirnya saya memutuskan pindah tempat, menjauh darinya, dan ternyata saya bisa tidur. Saya pun merasa aneh dengan fenomena ini, saya ceritakan lah peristiwa ini pada seorang sahabat, dan dia mengatakan bahwa saya sedang ada dalam masalah dan harus dicari solusinya. Sahabat saya bilang, bahwa saya mengalami peristiwa traumatik.

Saya kaget, tak menyangka bahwa itu adalah masalah dan baru menyadarinya 4 tahun kemudian. Bagaimana mungkin pikiran bawah sadar merekam peristiwa itu begitu lama? Padahal saat saya bertemu dengannya, saya merasa tidak ada masalah, tapi ternyata tidak demikian dengan pikiran bawah sadar. Setelah saya menyadari bahwa itu adalah masalah, mulailah saya mencari solusinya.

Sejak saat itu, mulailah saya membaca berbagai literatur tentang pengalaman traumatic dan pengaruh pikiran bawah sadar, mengikuti berbagai seminar tentang NLP, pikiran bawah sadar, berkenalan dengan berbagai terapi, hipno terapi, meditasi dll. Memang tidak terlalu mendalam, tapi pada akhirnya saya bersyukur, ternyata pengalaman traumatic bersamanya telah mengajarkan saya banyak hal dan saya “dipaksa” untuk mempelajari ilmu baru yang belum pernah saya kenal sebelumnya.

Lalu, di tahun 2012 ini, beberapa bulan yang lalu ada siswi saya yang konsultasi bahwa dia merasa takut dengan seorang guru dan hal ini membuatnya terganggu. Intinya siswi ini mengalami peristiwa traumatic dengan seorang guru. Tiba2 saya baru “ngeh” inilah salah satu maksudnya kenapa saya harus mengalami peristiwa traumatic di tahun 2007, jawabannya baru saya dapatkan 5 tahun kemudian. Bahwa saya sedang dipersiapkan untuk menangani siswi ini. Jika saya tidak mengalami sendiri, mungkin saya tidak akan bisa berempati dan tidak akan tahu solusinya. Minggu yang lalu, bertambah lagi siswi yang konsultasi, trauma dengan sebuah luka dan darah, padahal dia ingin mengambil kuliah di jurusan kedokteran.

Jadi ternyata, tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Penciptaan nyamuk aja punya tujuannya, apalagi berkaitan dengan scenario hidup kita, tidak mungkin semuanya terjadi secara kebetulan. Sesungguhnya kita sedang digiring pada satu tujuan besar tentang penciptaan diri kita, yang harus kita cari dengan sepenuh hati dan fikiran kita. Ada memang berbagai peristiwa dalam hidup saya, yang belum saya mengerti tujuannya saat ini, tapi saya yakin 1,2, 4 atau 5 tahun berikutnya saya akan menemukan jawabannya.

Saya sangat menikmati semua ini, karena ternyata PROSES MENEMUKAN JAWABAN ITU LEBIH INDAH DARI JAWABANNYA ITU SENDIRI.

Wassalam
Eva Novita
Rabu, 17 Oktober 2012/1 Dzulhijjah 1433 H
Setelah mengobrol dengan seorang sahabat.
Makasih Rab, atas semua scenario hidup sy yang indah …

Masjid Terbesar di Eropa Barat (Sebuah Surprise yang menyenangkan)


Menemukan sebuah masjid di negara kita yang mayoritas muslim, mungkin biasa-biasa saja. Bahkan karena jumlah masjid di negara ini sudah berlimpah, hati kita cenderung tak merasakan sensasi apapun. Tapi akan berbeda rasanya jika kita sedang berada di sebuah tempat yang mayoritas penduduknya bukan beragama Islam. Itulah yang kami (saya dan teman-teman) rasakan saat berada di Eropa awal Juli lalu.

Masjid itu bernama Essalam dan terletak di Rotterdam. Rotterdam, merupakan salah satu kota di Eropa yang paling ramah bagi muslim. Dengan jumlah presentase 40% dari 585,000 penduduk Rotterdam (data tahun 2009), Rotterdam bukan hanya dipimpin oleh Ahmed Aboutaleb (walikota muslim pertama di Rottherdam, beliau merupakan warga Belanda keturunan Maroko), tetapi telah menjadi kota imigran muslim terbesar di Belanda.

Trus kita harus bilang "WOW" gitu pada dunia?

Bergalau tentang dunia adalah kegelapan dalam dada. Bergelisah tentang akhirat adalah cahaya menerangi jiwa  (Utsman bin Affan)

Jika dunia dan kesenangannya sudah tak lagi menjanjikan kebahagiaan, mengapa tak mencoba mengubah orientasi kita kepada kehidupan akhirat? kita kerap TERPESONA dengan sesuatu yang sifatnya sementara; kecantikan dan ketampanan bukan agamanya, harta yang melimpah bukan halal dan baiknya, banyak menuntut bukan syukurnya, banyak mengeluh bukan sabarnya. Orientasi akhirat bersifat abadi!! Apakah kita harus selalu mengatakan "WOW" gitu untuk dunia?

 Berjuang, meniti jalan yang sudah dipilih adalah harga mati. Cinta dan ridho Ilahi tujuan pasti. Berat atau terjal tak masalah. Pahit getir tak bertepi tak apa, karena YAKIN semua ada solusi. jalan dari Yang Maha Kasih, Pertolongan nyata dari Yang Maha Berkuasa, maka GENTAR, PERGILAH, TAKUT, MENYINGKIRLAH! Ini aku sudah memilih, meniti jalan ini harga mati. meraih cinta dan ridho Ilahi tujuan pasti.

Dengan merangkan atau berjalan tertatih, aku sudah putuskan untuk berlari pada keluasan lautan sayang yang tak bertepi dari Al-WALIYY. Dalam sakit atau senang aku tak peduli. Raih cinta-Nya adalah harga mati.

(sms dari Kusdiniyah)

Friday, November 23, 2012

Bahkan Huruf al-Qur’an pun bisa “Berbicara” (Sebuah Resensi Sederhana)


Judul Buku                    : Mu’jizat Huruf-Huruf al-Qur’an
                                      (Memahami Makna al-Qur’an Melalui Kode & Tinjauan Sains)
Penulis                         : Didik Suharyo
Penerbit                       : Salima
Tahun Terbit               : 2012
Jumlah Halaman          : 386

Buku ini ditulis berawal dari kegelisahan sang penulis dan krisis batin yang dialaminya dalam hidup. Di tahun 1990-an, sang penulis mempertanyakan banyak hal dalam hidupnya, bahkan dia mencoba mencari ketenangan dengan mendatangi berbagai macam tempat ibadah, kadang ke vihara, kadang ke gereja, di lain waktu juga ke vihara, hanya untuk mencari obat bagi kegelisahan hidupnya. Hingga akhirnya dia memilih untuk kembali pada al-Qur’an, dia pun belajar Iqra di masa dewasanya, di saat usia menginjak angka 25-an.

Penulis yang merupakan alumni Fakultas Ekonomi, jurusan Management, Universitas Merdeka Malang ini, tidak pernah menempuh pendidikan agama secara akademik dan khusus, baik di Madrasah, maupun di pesantren. Walaupun begitu, keingin tahuannya terhadap al-Qur’an membuatnya selalu bertanya tentang kemu’jizatan al-Qur’an dari sisi sains dan teknologi. Dia pun mempertanyakan hal ini kepada beberapa orang tapi semua jawaban yang didapatnya, tidak ada yang memuaskan. Tidak ada satupun yang bisa menjelaskan secara detail kemujizatan al-Qur’an dari sisi sains dan teknologi. Akhirnya dia pun langsung bertanya pada Allah, yang menurunkan al-Qur’an nya dengan berdoa secara serius dan melakukan penelitian terhadap huruf-huruf dalam al-Qur’an.

Selama hampir setahun, setiap habis shalat, dia selalu berdoa begini, “Ya Allah, kalau memang al-Qur’an merupakan mu’jizat dan berisi banyak ilmu pengetahuan, tolong tunjukkan kepada saya dimana letaknya rumus fisika, kimia, elektronika, optic dan sebagainya?”.
Dan doa selama setahun itu pun berbuah juga. Hingga di suatu ketika, saat membaca surat al-Fatihah, tiba-tiba penulis merasakan sensasi luar biasa, huruf-huruf itu “hidup” dan keluar dari mushaf yang sedang dipegangnya. Huruf-huruf itu keluar begitu saja, seakan-akan memberitahu bahwa setiap huruf dalam rangkaian ayat memiliki “jiwa” masing-masing, memiliki kekuatan dan rahasianya sendiri-sendiri.

Setelah itu, selama lebih dari 10 tahun, sang penulis melakukan penelitian terhadap huruf-huruf al-Qur’an dan menguji penemuan ini dengan menggunakan hukum dan teori fisika, kimia, matematika, gametria dan sains lainnya untuk mengenali mu’jizat huruf dalam al-Qur’an.

Dan hasilnya, luar biasa. Buku ini mengupas secara tuntas tentang mujizat huruf-huruf dalam al-Qur’an dari sisi sains dan teknologi. Dimulai dari peta konsep setiaf huruf dari alif sampai ya, teori sains yang terdapat dari setiap hurufnya hingga pembahasan contoh-contoh kata dari setiap huruf dalam al-Qur’an dan contoh-contoh ayatnya.

Sebagai contoh, saat meneliti huruf sin, dia menguji puluhan bahkan ratusan huruf sin dalam berbagai ayat al-Qur’an. Dia pun menyimpulkan bahwa peta konsep huruf sin adalah radiasi, getaran, impuls, cahaya, spectrum sinar, pendar, suara atau bermakna sebuah pelaksanaan. Peta konsep ini dibuat dengan sangat hati-hati. Setiap kerumitan yang ditemuinya, dia langsung konsultasikan kepada Allah, dengan shalat dzikir dan doa, dia bermunajat agar Allah yang Maha Mengetahui selalu memberikan bimbingan dan pengetahuan.

Contoh kata yang mengandung huruf sin adalah “al-hasan” yang secara bahasa bermakna “baik”. Kata ini terdiri dari huruf alif lam, sin dan ha. Dari peta konsep yang dibuatnya, alif lam berarti “yang”, ha berarti “mendekatkan, mengarahkan” dan sin yang berarti “pelaksanaan”. Jadi dari sudut ilmu huruf ini, al-hasan adalah yang mengarahkan suatu pelaksanaan kepada ketentuannya (taat). Contoh lainnya adalah kata “al-waswas” (bisikan) yang menunjukkan getaran suara, “lisan” juga menunjukkan getaran suara dan “asy’syams” yang mengandung huruf sin di akhir kata, yang berarti “matahari” juga menunjukkan sesuatu yang memancar dan pancarannya sangat terang, sesuatu radiasi radioaktif yang berasal dari fusi dan fisi nuklir.
Contoh huruf lainnya adalah huruf “fa” yang secara peta konsep mengandung makna “simpangan maksimum, amplitude, struktur gelombang, berpikiran dan berwawasan luas.”, huruf “jim” mengandung makna “lensa cembung, segitiga, perspektif/sudut pandang, fokus”
Begitu juga dengan huruf lainnya yang dibahas secara tuntas dan mendalam dari huruf alif sampai huruf ya.

Kelebihan buku ini, menurut saya adalah dari proses penulisannya yang memakan waktu selama lebih dari 10 tahun karena harus melalui pengujian demi pengujian. Setelah selesai dengan peta konsep semua huruf, sang penulis bahkan mempersilakan para ahli bahasa Arab untuk menguji konsistensi makna huruf tersebut dalam perspektif nahwu dan sharaf, dan ternyata hasilnya diluar dugaannya, benar-benar menakjubkan. Bahkan dari testimoninya, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA mengungkapkan bahwa usaha penulis ini tidak bisa dianggap ringan karena langkah ini harus berhadapan dengan karya para ahli tafsir dan pakar ulumul Qur’an.

Kelebihan lain buku ini adalah isinya itu sendiri, peta konsepnya dikemas dengan berbagai tabel dan dilengkapi dengan berbagai gambar yang menarik, pointer-pointer yang jelas dan contoh-contoh ayat.

Kekurangan buku ini, kalau pun bisa disebut kekurangan, contoh-contoh ayat yang disajikan tidak dibahas satu persatu berdasarkan peta konsep yang dibuatnya. Sehingga peta konsep yang sangat banyak untuk setiap huruf, sepertinya memang akan membutuhkan kecerdasan pembaca untuk mengaplikasikannya dalam setiap ayat. Mungkin jika dibahas satu persatu, maka akan sangat tebal sekali jadinya buku ini. Ini saja sudah hampir 400 halaman.

Tapi bagi saya yang pernah sedikit belajar bahasa Arab, buku ini memang sangat luar biasa karena ditulis oleh penulis yang tidak memiliki latar belakang akademik dalam bidang keislaman (pesantren atau madrasah atau kuliah di jurusan bahasa Arab atau al-Qur’an). Jadi, ini bisa memotivasi yang lainnya bahwa untuk menemukan kemu’jizatan al-Qur’an ternyata tidak harus lulusan pesantren. Sepertinya saya memang harus bilang “waw” untuk buku ini.

Wassalam
Eva Novita
-untuk teman-teman IIQ angkatan 2008, kapan kita reunian? Ayo berkarya bersama-



Buku Mujizat Huruf Al-Qur'an

MUSEUM LOUVRE PARIS DAN JEJAK ISLAM DI EROPA (Benarkah Napoleon Bonaparte seorang muslim?)


Bagi yang tertarik dengan peninggalan-peninggalan sejarah, pasti tak asing lagi dengan Museum Louvre yang berada di kota Paris. Alhamdulillah beruntung sekali kami sempat menginjakkan kaki di museum ini, walaupun tak semua sudut tempat ini berhasil dikunjungi, karena begitu banyak tempat yang menarik untuk dikunjungi di Paris sementara waktu yang dijadwalkan di Paris hanya satu setengah hari dari 9 hari yang tersedia. Jadi kami pun memutuskan untuk mampir ke beberapa tempat, tidak lama di satu tempat. Apalagi saat kami datang ke Paris di hari Minggu tanggal 1 Juli 2012, itu bertepatan dengan final Piala Dunia antara Spanyol lawan Italia. Sehingga Paris yang saat itu sangat padat berjubel dengan para penggila bola, sebenarnya tidak nyaman untuk dikunjungi wisatawan seperti kami, apalagi diantara kami berenam, tak ada satupun yang menyukai sepak bola. Tapi tak ada pilihan selain tetap menikmati suasana ini, karena kami tak tahu kapan lagi bisa mengunjungi Paris. Oke, kembali ke laptop, mari kita sejenak mengintip sejarah Louvre.

Menikmati Keterasingan sebagai seorang Muslimah di negeri orang (Sebuah Perjalanan Spiritual)


Judul Buku               : Mencari Senyum Tuhan
                              (Catatan Hati Muslimah Pendamba Ridha Allah)
Penulis                    : Miranda Risang Ayu
Penerbit                 : Zaman
Tahun Terbit          : 2008
Jumlah Halaman     : 186

Buku ini ditulis saat sang penulis menempuh pendidikan S3 di Australia. Buku ini adalah kumpulannya tulisannya, yang ditulis secara berkala di Majalah paras dan Majalah Basis. Buku ini merupakan refleksi perjalanan ruhaninya yang ia sebut perjalanan ke dalam atau perjalanan menempuh diri.

Buku ini mengungkapkan berbagai hal yang ia alami di Australia dan sebagai seorang muslimah, ia menerima berbagai pertanyaan tentang ajaran Islam, seperti tentang jilbab dan konsep Islam tentang perempuan, juga merekam jejak konsekuensi memboyong keluarga kesana. Ia, misalnya pernah mengalami kejadian tak mengenakkan berkali-kali setelah peristiwa pengeboman atau kerusuhan yang diduga dilakukan “teroris muslim” yaitu berupa gangguan dari laki-laki yang sedang mabuk dan tak berpendidikan di jalanan, yang anehnya tak dialami oleh teman-teman muslimah nya yang lain. Lalu, keluarganya sakit dalam waktu yang bersamaan, bahkan salah satu anaknya harus dirawat di rumah Sakit. Pengalaman-pengalaman ini membuatnya berfikir bahwa ada pesan yang ingin Allah sampaikan melalui peristiwa-peristiwa yang dialaminya, ada jawaban yang harus ditemukannya. Dan menurutnya jawaban itu ia temukan di tengah malam, dalam balutan mukena dan kening yang luar biasa pening karena matanya sudah terlalu banyak mengeluarkan air dan berada di puncak keletihan. Saat itu, saat menyebut nama Allah, ia merasa ada yang hilang dari dirinya yaitu ego dan penolakan. Kepasrahan yang tiba-tiba muncul dan ia merasa, saat itulah Allah tersenyum, senyum yang sangat mahal dan sangat indah. Ia menyimpulkan bahwa segala logikanya hanya pantas berantakan di atas sajadah.

Buku ini terdiri dari 16 tulisan yaitu Mencari Rumah bagi Jiwa, Menjadi Baik, Saya Beramal maka Saya Ada, Menembus Kemungkinan, Sang Kekasih Allah, Dokar Sang Pejalan, Demi Kemanusiaan, Obat Sang Kekasih, Dan Kuturunkan Kain, Pukullah Perempuan?, Ketika Mencinta Bukan Memetik Bunga, Remaja-Remaja Itu, Sebuah Agenda, Sebuah Pesan Tuhan, Menakar Iman Lewat Sampah dan Suatu Malam di Cihampelas.

Kelebihan buku ini adalah dari penuturan redaksional atau kata-katanya yang sangat tertata indah mencerminkan bahwa sang penulis bukanlah seorang pemula. Selain itu, isinya adalah sebuah perjalanan pencarian akan makna diri yang ditemukan secara berproses melalui pengalaman riil yang dialaminya sebagai muslimah di Australia. Kekurangan buku ini? terus terang saya kesulitan mencarinya. Berbagai tulisannya yang mengalir dan kata-kata yang mendalam serta bermakna, membuat saya terlena dan menikmatinya, hingga lupa untuk mencari kekurangan buku ini. Pengantarnya yang ia beri judul “Merindukan Tuhan” dan penutup nya yang berjudul “Mencari Tuhan”, sangat-sangat menarik dan indah. Saat membacanya, saya merasa seolah-olah itu adalah cermin dari perjalanan hidup saya dan saya menemukan jawaban dari semua pencarian saya selama ini.

Sang Penulis adalah seorang dosen di Fakultas Hukum UNPAD Bandung. Saat remaja, ia adalah seorang aktivis yang memiliki banyak kesibukan hingga menyebabkannya kurang bermain. Masa SMP dan SMA nya dihabiskan dengan mengikuti berbagai kegiatan mulai dari OSIS, Kelompok Ilmiah, Teater sampai sanggar Tari Klasik Bali, Jawa Yogyakarta dan Sunda hingga mengantarkannya menjadi salah satu penari termuda di Istana Negara Jakarta dan Misi Kesenian Indonesia ke Jepang dan Mesir. Kehampaan dan pertanyaan tentang hidup, melandanya sejak masa remaja.

Lalu ia melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Unpad Bandung, dan bergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa Gelanggang Seni Sastra, Teater dan Film. Pencariannya akan makna hidup dan Tuhan, tak pernah berhenti. Hingga, ia pun bertemu Emha Ainun Najib di acara diskusi dan baca puisi, yang menganjurkannya untuk bertemu Muhammad Zuhri. Sosok inilah yang mengantarkannya mengenal Tuhan. Sosok Muhammad Zuhri yang dikaguminya, banyak dibahas dalam buku ini.

Miranda menyelesaikan sarjananya selama 6.5 tahun karena ia pernah beberapa kali bolos kuliah untuk menemukan jawaban dari kehampaannya dan juga ia juga memutuskan menikah saat belum lulus menjadi sarjana. Kemudian ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya pada Master Hukum di Law Faculty, University of Tecjnology Sydney dan diselesaikannya hanya dalam waktu 9,5 bulan. Lalu, ia menempuh program Doktoralnya di Universitas yang sama. Saat itulah, ia mengirimkan tulisan yang mencerminkan  pengalamannya ketika menempuh pendidikan disana dan jadilah buku ini.

Wassalam
Eva Novita Ungu
Rabu, 21 November 2012
Semoga berkurangnya jatah usia di tahun ini, membuat sy makin merasakan dan menikmati senyum Tuhan

99 dan 1 (mengenang 16 tahun persahabatan dengan seseorang)

Saya mengenalnya pertama kali di tahun pertama kuliah saya di Bandung yaitu tahun 1996. Saat itu ada penutupan kegiatan mentoring Karisma Salman ITB yang waktu itu diadakan di sebuah panti tuna netra Wiyaga Guna di jln Pajajaran Bandung. Disitulah saya mengenalnya pertama kali.

Dia adalah seorang wanita yang berasal dari Garut. Selain berjuang untuk dirinya sendiri, di tengah keterbatasannya sebagai penyandang tuna netra, dia pun harus membantu adik-adiknya yang juga tuna netra, untuk mendapat pendidikan.Hingga dia pun akhirnya mengajak kedua adiknya untuk masuk juga ke panti ini. Di panti ini, mereka diajarkan berbagai keterampilan yang bisa membantu mereka melanjutkan hidupnya di tengah masyarakat.

 Dia adalah sosok pekerja keras, dan pantang menyerah dalam menetapkan target untuk dirinya sendiri. Saat itu, saat mengenalnya pertama kali, dia sedang menempuh pendidikan di SMP. Cita-citanya hanya satu, ingin kuliah. Karena itulah, dia berjuang keras untuk bisa menembus SMA umum, yang tentu tidak mudah bagi dia untuk berbaur dan bersaing dengan orang normal lainnya. Dia ingin membuktikan, bahwa orang tuna netra pun bisa berprestasi di SMA umum.

Bersekolah di sekolah umum bagi penyandang tuna netra tentu butuh tantangan tersendiri karena bersekolah di SMA umum bagi penyandang tuna netra itu berarti mengorbankan banyak hal. Saat teman-temannya bisa baca buku apapun, kapanpun dan dimanapun, tapi dia harus mencari “reader-reader” yang mau membacakan buku pelajaran untuknya, lalu direkam untuk kemudian dipelajari lagi di lain waktu. Begitu pun saat akan UTS atau UAS, dia harus nyari stok “reader-reader” yang banyak sesuai jadwal ujiannya, karena “reader-reader” itulah yang akan membacakan soal ujian itu, kemudian dia menjawab soal tersebut dan “reader-reader” itulah yang menuliskan jawabannya. Disinilah biasanya para "penolong" dari kaum non muslim selalu siap setiap saat dan siap melancarkan "aksinya". Dia pun harus banyak berjuang untuk mengatasi pergolakan batin untuk kuat mempertahankan aqidahnya dan mengorbankan banyak hal agar tak kalah dengan segala penawaran "indah" itu.

Dan pengorbanannya pun berbuah indah. Dia menjadi siswa berprestasi di sekolah tersebut. Dia pun merasa bahwa cita-citanya untuk kuliah, akan dengan mudah diraihnya. Tapi ternyata takdir berkata lain. Berbagai ujian pun dia alami. Kebutuhan ekonomi dan keinginan dia untuk membantu adik-adiknya, lebih dia prioritaskan dibanding keinginannya untuk kuliah lagi. Dia pun merantau ke Pekanbaru dan melupakan sejenak cita-citanya. Disana dia menjadi tukang pijit dan kemudian menemui jodohnya, sesama penyandang tuna netra dan akhirnya memiliki anak satu.

 Singkat cerita, pernikahannya tidak berjalan mulus. Berbagai ujian dalam rumah tangganya membuatnya mengambil keputusan untuk bercerai dari suaminya. Dia pun pulang kampung ke Garut dengan membawa anak semata wayangnya. Tapi ternyata perceraian inilah yang membuatnya bertemu dengan cita-citanya dahulu, yaitu kuliah di perguruan tinggi. Sekarang dia sedang menempuh S1 di sebuah universitas di Garut bersama anak semata wayangnya yang berusia 8 tahun. Kegagalan-kegagalan dalam hidupnya ternyata merupakan cara Allah untuk mempertemukan dia pada cita-citanya sejak dahulu.

 Kami bersahabat sudah 16 tahun, suka duka sudah mewarnai persahabatan kami. Segala cerita dalam hidup saya dan dalam hidupnya, kami bagi bersama. Hingga berantem adu argument pun sering kami rasakan. Tapi kami juga sering diskusi tentang ujian yang kami alami masing-masing, bahkan pernah menyamakan persepsi bahwa "Tuhan kok senang bersenda gurau ya mengatur skenario hidup kami" hehe. Apa yang tidak kami sukai, harus kami alami. Apa yang kami inginkan, ditunda untuk diberikan pada saat yang tepat.

 Dari berbagai nasehat yang diberikan pada saya, ada yang takkan terlupakan yaitu saat saya mengalami ujian terberat di tahun ini, dia pun menceramahiku panjang lebar, “Kamu sudah diberikan anugerah sebanyak 99 % oleh Allah, tinggal 1% saja yang belum diberikan, kenapa harus menuntut yang 1%? Sementara yang 99% belum bisa kamu syukuri semuanya? Ayolah jangan nyari jauh-jauh sosok yang bisa kamu ambil pelajaran. Lihat saja aku, aku jatuh bangun menggapai cita-cita. Aku menikah tapi kandas juga. Sekarang aku harus berjuang membesarkan anakku sendirian sambil kuliah, sementara kamu? kenapa kamu tidak bersyukur dengan keadaan kamu?”

Dan saya pun tak bisa berkata-kata, karena memang benar apa yang dikatakannya bahwa 99 dan 1 itu yang harus selalu saya renungi.
 Wassalam
Terima kasih obrolannya siang ini, hingga menginspirasiku untuk bikin notes ini.
Terima kasih atas persahabatannya selama ini.
 Terima kasih sudah mengingatkanku banyak hal. Semoga persahabatan kita bisa mengantarkan ke surga. Amin
7 November 2012 …

Postingan Favorit