Tuesday, February 28, 2017

Belajar Memakai Sepatu




Setelah melatih kemandirian dalam hal makan sendiri, awalnya suami mengusulkan untuk melatih Eza memakai baju sendiri, tapi sepertinya yang tidak disangka sangka, Eza malah pengen belajar memakai sepatu sendiri. Setelah mempraktekkan komunikasi produktif, Eza memang sangat antusias untuk mengerjakan banyak hal sendiri, mulai dari menuang teh, gula, melepas celana, kalau melepas baju sih belum bisa, ujung ujungnya malah nangis karena tak bisa hehe.

Kemarin, saat mau pergi ke Pamulang di hari Ahad tanggal 26 Februari 2017, Eza minta pakai sepatu sendiri. Sebagai orang tua, tugas saya hanyalah memberi waktu untuk dia berproses memakai sepatu sendiri. Agak lama sih, sudah gemas saja pengen bantu memakaikan, tapi ditahan tahan dan alhamdulillah ternyata Eza bisa memakai sepatu sendiri, yeah... tugas si bunda hanya mendokumentasikan saja hehe

Memakai sepatu sepertinya tampak gampang untuk kita orang dewasa, tapi bagi anak seusia Eza, itu butuh perjuangan dan tantangan tersendiri. Kalau orangnya cepat menyerah, biasanya langsung menangis saat tak bisa memakai sendiri, tapi kalau sambil disupport orang tua, tidak diburu buru, cukup dengan kata “Ayo kamu bisa...” itu saja sudah bisa membuat anak semangat. Maka stok kesabaran kita sebagai orang tua harus selalu on fire hihi

Monday, February 27, 2017

Ketidaksengajaan yang Bermakna




Saat mengikuti kegiatan Temu Jaringan Usaha Koperasi di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, saya mendapat banyak ilmu dan teman yang menginspirasi. Tak sia sia saya ikut kegiatan ini, sungguh bermanfaat dan menyisakan renungan yang mendalam, terutama saat saya bertemu dengan seorang ibu hebat bernama Yeyet Kurniawati, Ketua Koperasi Kenanga Motekar Bersama, kabupaten Bandung Barat. Walaupun awalnya teman saya yang seharusnya ikut acara ini, tapi mendadak teman saya berhalangan hadir, maka saya pun menggantikannya. dan beruntunglah saya mengikuti kegiatan ini.

Acara Temu Jaringan ini merupakan rangkaian acara Kementerian Koperasi yang dibagi berdasarkan bidang bidang tertentu seperti pemasaran, ekonomi kreatif dan lain lain. Di hari pertama hingga malam, kami bertemu sesuai bidang masing masing, saya diundang sebagai perwakilan koperasi yang menerima bantuan usaha ritel, sehingga kumpul dalam satu bidang pemasaran. Sementara Bu yeyet dari bidang ekonomi kreatif yang berpengalaman sebagai juara lomba ekonomi kreatif. Pada hari kedua, semua bidang berkumpul untuk menyaksikan penandatangan MoU di hadapan Bapa Menteri Koperasi dan UKM. Tak menyangka juga bakal ketemu Pa Menteri di acara ini. Di momen pertemuan inilah, saya bertemu ibu hebat ini.

Makan Lele yang Tidak Sukses




Setelah latihan makan sendiri beberapa hari kemarin lumayan sukses, hari ini ceritanya nyoba menu ikan lele. Biasanya menu lele ini habis disantap Eza dan papanya. Setelah pagi pagi makan nasi goreng, menu makan siang nya adalah lele plus lalab plus sambal. Hari ini si bunda berniat puasa jadi harus tahan godaan dari nikmatnya makan sambal.

Saat Eza bangun pagi setelah shubuh, kata pertama yang dia ucapkan adalah “mamam”, ternyata dia kelaperan. Bersyukur banget sih punya anak yang hobi makan, saat anak lain sulit makan, baik makan nasi, apalagi buah buahan dan sayuran, Eza mah apa aja dilahap dengan indahnya, mulai dari sayuran terutama sayur sop, baso, mie yam, sampe buah buahan seperti salak, pepaya, semangka, alhamdulillah doyan doyan aja.

Sunday, February 26, 2017

Edisi Nasi Tutug Oncom yang Menggairahkan





Hari Ahad ini, pagi pagi bunda ke salon bareng temen, edisi nyenengin diri sendiri setelah berminggu minggu begadang nyelesain laporan koperasi dengan luluran. Siangnya, ditemani Eza dan papa, ketemuan deh ma temen temen dalam rangka pembubaran panitia milad IIP. Tempatnya sudah kita sepakati, akan makan bersama di Nasi Tutug Oncom Pamulang. Nasi tutug oncom disini terkenal enak dan murah. Ternyata dah ada restauran besar disampingnya, sudah lama ga makan disini, ternyata rumah makan ini sudah berkembang pesat. Seneng ngelihatnya,....


Nasi tutug ini adalah nasi khas sunda yang mengolah oncom dengan bumbu yang khas wangi kencur dengan sambal cabai hijau yang menggoda selera. Proses pengolahan nasi tutug oncom ini tidak rumit. Oncom dilumatkan dulu lalu disangrai untuk menghilangkan bau langu, setelah itu ditumis bersama bumbu halus, racikan dari cabai rawit hijau, bawang putih, bawang merah, lengkuas dan jahe. Jika bumbu dah tercium wanginya, baru ditambahkan nasi panas, lalu diaduk rata. Hm benar benar menggairahkan deh rasanya. Saya sudah berkali kali menyantap nasi tutug oncom ini dan selalu pengen kembali, termasuk hari ini.

Saat nyampe sana, ada dua teman saya yang sudah datang, kebetulan tadi sudah pesen makanan, jadi tinggal menyantap saja, sambil memesan nasi bakar untuk suami. Awalnya saya fikir Eza ga akan suka dengan nasi tutug ini, ternyata dia doyan banget, malah minta nambah nasinya, tadi memang berdua dengan saya. Wuah ini anak hebat banget makannya, apa aja doyan, seneng deh liatnya.
Saya tadinya asyik makan sendiri sambil ngobrol ma teman teman, ternyata saya melupakan satu hal, Eza dah mau makan sendiri, langsung deh saya abadikan. Alhamdulillah makin mandiri urusan makan ini, besok bisa berlanjut ke skill kemandirian lainnya.

Saturday, February 25, 2017

Semangka oh Semangka...




Setelah berhasil melewati tantangan kemandirian hari kedua, hari ketiga ini saya meninggalkan rumah pukul 10 pagi karena ada pekerjaan menanti. Dan berhubung suami meminta saya untuk pergi ke salon, setelah pekerjaan beres saya langsung pergi ke salon bareng temen temen saya.

Setelah selesai perawatan di salon, saya minta dijemput suami. Ternyata saat saya hubungi suami, hp nya tak diangkat. Saya pun menghubungi ART, ternyata ban mobil bocor dan sedang diperbaiki. Cuaca tadi sore di BSD sedang turun hujan, jadi tak mungkin saya minta dijemput pake motor, maka pilihan saya satu satunya adalah menunggu suami menambal ban mobilnya selesai. Tak lama kemudian, ART memberitahu bahwa urusan ban bocor sudah selesai, jadi suami bisa jemput.

Alhamdulillah, setelah dijemput, kami pun pulang. Eza dah bilang kangen aja di mobil, padahal saya baru meninggalkannya beberapa jam saja. Senengnya dikangenin anak. Setibanya di rumah, Eza langsung buka kulkas dan mengambil semangka. Cara makan Eza ternyata tak jauh beda dengan papanya. Saat melihat papanya makan semangka pakai sendok, Eza pun meniru. Anak adalah peniru ulung aktivitas di sekitarnya.

Friday, February 24, 2017

Belum Sukses Makan Sendiri, Malah Pengen Pake Sepatu Sendiri




Kemarin saya sudah sounding ke ART kalau saya akan melatih Eza makan sendiri, tetep sih jawabannya, “ntar aja bun, tahun depan, masih pengen nyuapin”. Tapi saya tetap akan melanjutkan tantangan kemandirian ini semampu saya.

Tadi pagi, Eza melihat ada menu sop ayam, mungkin karena baru sembuh dari sakit dan nafsu makannya mulai muncul lagi, Eza langsung bilang,

Eza      : Bun, pengen makan ayam
Bunda : mas makan sendiri yah...
Eza      : iya aku mau makan iyi (sendiri)
Bunda : ok bunda ambilkan nasinya ya
Eza      : ayamnya potong bun, pake apuk (garpu)
Bunda : ok anak pintar

Dengan semangat 45, saya ambilkan nasinya, Eza pun mulai duduk di meja makan, kebetulan papa nya juga sedang mau sarapan, jadi pas lah. Biasanya anak seusia Eza seneng banget kalo diperlakukan sama seperti orang dewasa, jadi pas papanya duduk mau sarapan di meja makan, dia pasti akan langsung duduk di samping papanya, berperilaku seperti orang dewasa. Ini kesempatan emas yang tidak saya sia siakan, langsung meminta dia makan sendiri, seperti papanya.

Thursday, February 23, 2017

Melatih Kemandirian Anak : Aku Bisa Makan Sendiri




Setelah mengikuti kuliah Bunda Sayang Materi kedua yaitu Melatih Kemandirian, maka kami ditantang untuk mengaplikasikan materi tersebut, langsung kepada anak. Saya berdiskusi ma suami, skill kemandirian apa yang mau dilatih. Suami mengusulkan pake baju sendiri, tapi saya lebih memilih untuk melatih Eza (3 tahun) makan sendiri.

Hal pertama yang saya lakukan adalah sosialisasi. Gaya bener ya sosialisasi, maksudnya saya ajak Eza ngobrol, bahwa dia sudah harus belajar makan sendiri, karena dia semakin besar. Begini kurang lebih obrolan yang terjadi

Bunda : mas, mas kan sudah mulai besar, mas makan sendiri ya, ga disuapin lagi
Eza      : iya
Bunda : mas belajar ya makan sendiri, mas pasti bisa, oke
Eza      : oke

Kenapa Alfamart dan Indomaret Menggerus Toko Toko Kecil?




Saat mengikuti Temu Konsultasi Jaringan Koperasi di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, ada sesi materi tentang Ritel. Nara sumber nya adalah Widi Retail, mantan marketing manager Indomaret. Beliau mengatakan bahwa indomaret dan alfamaret memang mempertimbangkan banyak faktor sehingga sukses menjaring konsumen.

Ada beberapa faktor penentu kesuksesan indomaret dan alfamaret yaitu:
      1.      Lokasi
Lokasi merupakan faktor penting yang paling menentukan rame tidaknya indomaret dan alfamaret. Ada 3 area yang dibidik yaitu pemukiman, tempat transit seperti stasiun, bandara serta area perlintasan yang padat / traffic seperti rest area. Ini mengakibatkan produk yang dijual berbeda sesuai segmen kebutuhannya.

      2.      Produk
Ada 4 macam pembeli yang diklasifikan sesuai karakteristik nya yaitu:
a.       Buying wisddom adalah pembeli yang bijak dalam membeli kebutuhan pokok (basic needs)
b.      Buying emotion adalah pembeli yang panik, yang terburu buru, yang tidak akan mempertimbangkan harga saat membelinya (emergency needs)
c.       Buying passion adalah pembeli yang akan membeli produk yang menggoda indera
d.      Buying fashion adalah pembeli yang akan membeli produk yang sedang tren atau yang sedang ramai diiklankan

Ada dua klasifikasi jenis produk yaitu main products (produk utama) dan side products (produk pendamping). Produk utama merupakan produk yang merupakan alasan utama konsumen datang ke toko tersebut. strategi marketingnya adalah produk ini harus dijual dengan margin rendah dan ada produk pembanding yang sejenis dan sekelas. Sedangkan produk pendamping adalah sasaran utama konsumen cuci mata, ini merupakan andalah untuk memperoleh keuntungan, karena itu dijual dengan margin tinggi.

Wednesday, February 22, 2017

Jangan Lelah Berbuat Baik




Sudah dua kali ini saya mengikuti pelatihan koperasi, yang seharusnya bukan jatah saya untuk berangkat. Pelatihan pertama saat bulan Januari lalu di Cianjur, saya sudah mendaftarkan teman saya sesama pengurus untuk mengikuti acara tersebut, eh tiba tiba h-2 teman saya membatalkan keikut sertaannya karena ternyata ada tugas mendadak di tempat kerjanya.
 
Kegiatan kedua adalah hari ini, saya “dipaksa” mengikuti kegiatan Kementerian Koperasi yang bertajuk “Temu Konsultasi Pengembangan Kerjasama Koperasi dan UKM Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran”, hari ini dan besok, 22-23 Februari 2017 di Hotel Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta. Awalnya saya meminta pengurus lain yang berangkat tapi ternyata pimpinan sekolah meminta saya untuk berangkat. Yah sudahlah, anggap saja sebagai bonus, kebetulan bermalam malam kemarin waktu saya habis untuk mengerjakan laporan koperasi, demi membahagiakan anggota dengan SHU tinggi.

Setelah mengikuti kegiatan seharian ini, saya merenung sambil menikmati suasana malam di hotel Grand Sahid Jaya yang entah kapan saya bisa kesini lagi, saya bertanya tanya kenapa saya harus berada di tempat ini. Kuliah di sastra Arab dan lanjut mendalami Al-Quran hadits, lalu kerja menjadi guru sudah 15 tahun lebih, tiba tiba saya menjadi pengurus koperasi, tiba tiba juga diamanahi jabatan sebagai manager keuangan Institut Ibu Profesional Nasional.

Monday, February 20, 2017

Lika Liku Menyusun Laporan Koperasi : Tersesat di Jalan yang Benar??




Setelah dipilih menjadi pengurus koperasi di pertengahan tahun 2016, tak terasa pembukuan tahun 2016 harus dilaporkan. Setiap tahun, berdasarkan AD ART koperasi, kami pengurus koperasi harus melaporkan pertanggungjawaban di hadapan Rapat Anggota Koperasi (RAT) dan sekaligus pembagian SHU (Sisa Hasil Usaha).

Dulu, di tahun 2007 hingga tahun 2009, saya pernah menjadi pengurus koperasi juga selama satu periode, sebenarnya diminta menjabat kembali tapi saat itu saya memilih melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Vakum menjadi pengurus 5 tahun, akhirnya jabatan itu kembali lagi menghampiri. Dengan niat memperbaiki pembukuan koperasi dan membahagiakan anggota koperasi, akhirnya dengan berat hati saya pun menerima amanah ini.

Saat menyusun laporan koperasi, saya dibantu bendahara dua yang punya latar belakang pendidikan di bidang akuntansi, alhamdulillah jadi belajar cara membuat jurnal, neraca dan lain lain. Karena kepengurusan ini gabungan dari dua kepengurusan yang serah terima jabatannya di pertengahan tahun, sementara saya harus melaporkan kegiatan satu tahun, ini lumayan membuat kepala pening tujuh keliling.

Thursday, February 16, 2017

Aliran Rasa Komunikasi Produktif : Tantangan Mengubah Kebiasaan (Marah) Lama




Setelah mendapatkan materi komunikasi produktif dan mengaplikasikannya melalui tantangan komunikasi produktif, yang saya rasakan tuh nano nano. Mulai dari semangat di awal menerapkan komunikasi produktif, merencanakan family forum, ngobrol dengan suami dan anak sambil ngeteh, hingga saat berakhir tantangan 10 hari komunikasi produktif, rasanya agak beda saja. Seluruh rasa bercampur baur menjadi satu.
 
Rasanya sedih, senang, berat bercampur menjadi satu. Sedih karena masih banyak kesalahan yang sering saya lakukan terkait komunikasi produktif ini, terutama ke orang terdekat seperti suami dan anak, misalnya kemarin di hari Selasa 14 Februari 2017. Saya dan suami pergi ke bank bersama Eza, sambil menunggu transaksi selesai di bank, saya membeli makanan untuk bahan rapat koperasi. Eza dan suami ngikut di belakang, saya berfikir supaya cepat, saya segera masuk ke warung makan, dan membiarkan suami dan Eza diluar. Saya menunggu pesanan makanan selesai di dalam warung makan, saya intip keluar ternyata suami dan Eza tak ada. Saya fikir mereka menunggu di mobil. Akhirnya saya kembali ke bank untuk menyelesaikan transaksi tadi, dan segera kembali ke mobil setelah selesai. Saat kembali ke mobil, suami marah, katanya Eza nyari nyari dan menangis histeris karena nyariin saya. Saya emang sering tuh berfikir biar urusan segera kelar, saya jalan aja duluan meninggalkan suami dan anak di belakang.

Monday, February 6, 2017

Kesalahan Komunikasi Produktif




Setelah mencoba mempraktekkan ilmu komunikasi produktif dari hari ke hari, saya semakin peka dengan komunikasi produktif yang salah. Terutama dengan anak, saya kadang tak bisa menahan emosi, kalau deadline pekerjaan menumpuk sementara anak tak bisa diajak kompromi, disitulah saya merasa sedih. Biasanya kebiasaan buruk saya dalam berkomunikasi pun muncul. Masa lalu saya tiba 
tiba menemukan salurannya untuk dilampiaskan.

Dan berikut adalah kesalahan atau kegagalan saya dalam berkomunikasi produktif, untuk selanjutnya semoga bisa saya perbaiki.
      
      1.      Membentak
Saya seringkali membentak kalau Eza sedang rewel. Rasanya setelah itu nyesel banget tapi trus nanti kalau ada perilaku Eza yang membuat hati kesal, terulang lagi. Seperti kemarin saat saya sedang mengerjakan laporan koperasi di laptop, dia main mainin laptop saya minta perhatian. Karena deadline koperasi ini mendesak, saya pun membentak, berharap dia bisa main yang lain dengan tak mengganggu saya, ternyata dia minta perhatian saya juga. Maafkan bundamu ya ...

Saturday, February 4, 2017

Ngobrol Romantis di Mobil




Kemarin, hari Jumat tanggal 3 Februari 2017 saya pergi berdua dengan suami untuk bertransaksi di bank. Baru kali ini kami naik mobil berdua tanpa Eza karena Eza sedang tidur. Aneh juga ternyata pergi berdua tanpa Eza. Satu sisi menyenangkan karena bisa bebas ngobrol berdua bareng suami, sisi lain ternyata sepi sekali tanpa anak itu. Tetap saja lebih membahagiakan jika menghabiskan waktu bersama dengan anak, beserta keramaian celotehan nya.

Ngobrol berdua di mobil sambil menatap ramainya lalu lintas di depan, memang romantis. Kami membahas berbagai hal, diantaranya fenomena perceraian yang terjadi dengan orang orang di sekitar kami. Kami mendiskusikan penyebab perceraian sebagai bahan refleksi di keluarga kami. Suami mengamati bahwa penyebab perceraian adalah karena suami tak tahan dengan perilaku istrinya, entah itu terlalu banyak bicara atau cerewet ataupun tak mengurus atau mempercantik dirinya sehingga beralih ke perempuan lain.

Friday, February 3, 2017

Saat Suami Dikritik




Setelah ngobrol dengan suami beberapa waktu lalu secara mendalam, banyak uneg-uneg suami yang keluar dan terpendam lama. Sepertinya suami sangat berhati hati saat mau mengkritik saya, katanya takut saya marah. Memang bukan tanpa alasan suami bilang begitu, beberapa kali mengingatkan perilaku saya yang kurang baik dan harus diperbaiki, saya biasanya langsung cemberut dan intonasi langsung tinggi.

Maka setelah belajar materi komunikasi produktif, saya belajar MERESPON dengan intonasi biasa dan tetap ceria saat suami mengkritik saya. Maka terjadilah kemarin itu, saat suami nyaman ngobrol dengan saya, keluarlah semua yang terpendam selama ini. Ternyata oh ternyata dia menyimpan uneg unegnya selama ini untuk mencari waktu dan momen yang tepat untuk menyampaikannya.

Suatu hari, saat ngobrol santai di kamar bareng Eza, suami pegang hp. Eza tetap bermain di kasurnya, saya perhatikan suami yang ngobrol dengan saya sambil tetap pegang hp. Akhirnya saya bilang,

Thursday, February 2, 2017

Saat Marah pada Anak


Memiliki anak adalah sesuatu yang membahagiakan dan membanggakan, tapi terkadang tak selamanya perilaku anak itu menyenangkan. Kadang kita dibuat kesal oleh anak kita yang rewel, atau bisa jadi anak menjadi pelampiasan amarah kita, yang sebenarnya sumber masalahnya bukanlah si anak itu sendiri. Mungkin kita sebagai orang tua memiliki pengalaman buruk saat dimarahi orang tua kita di masa lalu, pernah dibentak, pernah dipukul dan lain lain yang akhirnya kita pun melakukan hal yang sama saat marah pada anak kita.

Ada istilah menarik dalam psikologi yang bisa menjelaskan hal tersebut yaitu “ghosts in the nursery”. Istilah tersebut bermakna bahwa anak bisa menjadi faktor penentu yang membangkitkan kemarahan yang terpendam dari masa kecil orang tuanya. Dan ternyata kondisi tersebut membuat para orang tua menunjukkan respon tertentu untuk “melawan” kemarahan tersebut.

Wednesday, February 1, 2017

Merencanakan Umroh untuk Mertua




Setelah mengaplikasikan ilmu komunikasi produktif, saya merasa komunikasi saya dengan suami makin berbobot dan berkualitas. Ada hasil positif dari obrolan kita, ga sekedar ngalor ngidul ga jelas. Dan ga seprti dulu, kalau lagi marah saya ga bisa ngobrol dengan suami, pasti bawaanya cemberut mulu dan bisa dipastikan suami bingung kenapa saya marah, haha khas ibu ibu banget, pengen ddimengerti… biasanya para istri pengen banget suami ngerti kalau kita marah, trus kita dipeluk disayang, padahal suami bingung kenapa kita diam karena kita ga ngomong…

Sore itu, sambil ngopi ditemani roti dan otak otak, di teras depan rumah, saya ngobrol dengan suami tentang rencana memberangkatkan umroh mertua di Kudus. Gayung bersambut, suami juga mendukung, dan kita bingung dana nya. Pengen banget bisa membahagiakan orang tua dan mertua. Karena orang tua saya sudah berangkat haji dan umroh, maka saya fokus ke mertua. Alhamdulillah daftar haji sudah, hanya berangkatnya tahun 2036, wuah masih lama banget kan. Mudah mudahan rejekinya ada dan dimudahkan untuk memberangkatkan umroh mertua.

Postingan Favorit