Friday, January 29, 2016

Resensi Buku : Faith and The City


Judul Buku           : Faith and The City
Penulis                 : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra
Penerbit               : PT Gramedis
Tahun Terbit       : 2015
Jumlah Halaman  : 224

Buku ini merupakan lanjutan kisah menarik Hanum dan Rangga selama menjelajah bumi Amerika. Dalam buku sebelumnya, Bulan Terbelah di Langit Amerika, diceritakan bahwa Hanum dan Rangga ditakdirkan bersama untuk mengemban tugas dari atasannya masing masing untuk mengerjakan sebuah misi yang berbeda di Amerika. Hanum diminta mewawancarai beberapa narasumber pasca tragedi WTC 9-11 dan menjawab “would the world be better without Islam?”  dalam sebuah tulisan. Sementara Rangga, ditugaskan dosennya Profesor Reinhard untuk mengundang Philipus Brown memberikan kuliah akademis di kampusnya di Austria.

Rumah Belajar Menjahit IIP Tangsel


Hadirnya rumah belajar menjahit dari komunitas IIP Tangsel ini merupakan inisiatif dari seorang ibu yang sudah bekerja puluhan tahun di perusahaan garmen. Ibu hebat ini memutuskan resign dari pekerjaannya demi membesarkan sang buah hatinya melalui homeschooling. Keputusan besar ini diambilnya tentu bukan tanpa pertimbangan, walau sempat ditolak oleh bosnya, tapi akhirnya dengan berbekal istikharah kuat dan dukungan suami serta putrinya, ibu luar biasa ini mantap memutuskan menjadi mom-preneur dari rumah. Membuka kelas menjahit dan menerima jahitan untuk berbagai busana.

Resep Ayam Kodok (Ayam Cabut Tulang)



Masih dalam semangat berbagi dalam komunitas, salah satu agenda komunitas yang menuai banyak peminat adalah kelas ayam kodok. Bertempat di rumah salah satu member IIP Tangsel di kawasan Ciputat, yang juga chef ahli yang telah malang melintang dalam dunia kuliner, kami pun berkenalan dengan ayam kodok. Sesungguhnya saya baru tau ada masakan bernama ayam kodok ini, maklum jarang berkecimpung dalam dunia kuliner, jadi agak ga gaul gitu dengan berbagai resep menu masakan. Ok mari meluncur pada resep nya.

Bahan :
1 ekor ayam (dengan atau tanpa leher dan kepala, serta kaki/ceker)

Bahan Isi :
200 gr daging ayam giling
2 lembar roti tawar yang dibuang kulitnya
100cc air/susu panas
2 butir telur dikocok
1 siung bawang Bombay dicincang
6 butir telur rebus
1 sdm tepung panir
¼ sdt lada halus
¼ sdt pala halus
1 sdm kecap inggris
1 sdm kecap manis
1 sdt garam halus
Sedikit gula pasir

Indahnya Berbagi Melalui Komunitas


Saat whatsupp mulai booming beberapa tahun yang lalu, peta medsos pun langsung berubah drastis. Setelah era bbm yang tak membuat saya tertarik untuk mengganti hp, ternyata saya tergiur dengan fenomena whatsupp. Selain bisa gratis berkomunikasi dengan suami (selama paket internetnya masih berlaku hehe), ternyata bermunculan pula beberapa grup whatsupp dengan tujuan berbeda, ada yang murni silaturahmi dengan teman lama, ataupun grup yang bertujuan menuntut ilmu, aneka jenis ilmu.
Ada beberapa grup yang saya ikuti baik anggotanya yang sudah saya kenal seperti teman lama di kampus, teman organisasi atau teman kerja. Ada juga grup baru yang saya ikuti yang anggota-anggotanya baru saya kenal dan belum pernah ketemu sebelumnya. Biasanya grup baru ini tergantung minat dan hobi kita, ada grup parenting, grup masak, grup homeschooling dan lain lain. Salah satu grup baru yang saya ikuti adalah yang berbasis komunitas parenting bernama Ibu-Ibu Profesional.

Ketika memutuskan bergabung dengan komunitas ini, saya berharap akan banyak belajar tips dan trik menjadi ibu professional. Karena menjadi ibu, sesungguhnya membutuhkan ilmu yang tidak sedikit. Saya selalu kagum dengan para ibu, yang selalu disibukkan dengan melayani putra putrinya, masih juga berusaha mencari berbagai ilmu, agar dapat menjadi ibu yang baik untuk putra putrinya. Walaupun di medsos rame rame mom war tentang working mom atau ibu bekerja versus full time mother atau ibu yang totalitas mengabdikan dirinya di rumah, tapi semua ibu sesungguhnya punya satu misi yang sama yaitu selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk para buah hatinya.

Tuesday, January 26, 2016

Bahasa Arab? Kereen Abiss


Saat ini, para orangtua lebih suka jika anaknya belajar Bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Jepang, Korea dan lain-lain. Sementara Bahasa Arab, dipandang sebelah mata oleh beberapa pihak. Dianggap kuno lah, dipandang kurang bergengsi lah, kurang bermasa depan dan  masih panjang daftar alasan lain yang menyebabkan para orang tua masih kurang berminat mendaftarkan anaknya untuk kursus Bahasa Arab.

Padahal, Bahasa Arab lah yang dipilih Allah untuk berkomunikasi dengan segenap umat manusia, dari zaman dulu hingga zaman sekarang. Allah pasti Maha Tahu, ada ratusan juta Bahasa di muka bumi ini, tapi ternyata Bahasa Arab lah yang dipilih Allah untuk digunakan dalam Al-Qur’an. Pasti ada alasan kuat yang melatar belakanginya. Tak mungkin hanya kebetulan saja jika Bahasa Arab dipilih Allah untuk menjadi petunjuk umat manusia dalam kitab suci terlengkap dan ter-orisinil sepanjang masa.

Saturday, January 23, 2016

Resensi Buku : Happiness Laboratory


Judul Buku           : Happiness Laboratory, Dimanakah Kebahagiaan Diciptakan?
Penulis                 : Urfa Qurrota Ainy
Penerbit               : Self Published (Samudra Books)
Tahun Terbit       : 2015
Jumlah Halaman  : 1
91

Buku ini diibaratkan penulisnya sebagai laboratorium untuk meracik kebahagian. Setiap orang berbeda beda dalam mendefinisikan kebahagiaan. Banyak dari kita yang baru bahagia saat punya uang banyak karena bisa membeli apapun yang kita mau. Ada yang bisa bahagia kalau menikah dan punya anak, sehingga saat dilanda kesendirian dan belum menemukan pasangan, bawaannya galau saja (tunjuk diri sendiri saat masih jomblo dulu hehe). Beberapa dari kita yang haus kekuasaan, baru berbahagia saat diberi jabatan dan menjadi sosok yang dihormati, sehingga saat jabatannya dicopot atau masa jabatannya habis, stress lah pikiran dan badannya sehingga jadi sakit ujungnya.

Nah buku ini menawarkan aneka ramuan untuk berbahagia. Ada 8 ramuan yang dikupas habis dalam buku ini yaitu Cinta dan Pernikahan, Merayakan Hidup, Sudut Pandang Lain, Interaksi Manusia, Membela Harapan, Berlari Menuju Tuhan dan Happiness Laboratories. Dengan satu aturan jitu dari Leo Tolstoy yaitu If you want to be Happy, be ... Kalau Anda Ingin Bahagia, ya Berbahagialah ...

Thursday, January 21, 2016

Saat Mamah Berulang Tahun: Tak Sehebat Uwais dan Haji Badri


Hari ini adalah hari ulang tahunnya mamah saya tercinta. Tepat di usianya 63 tahun, Alhamdulillah mamah masih diberi kesempatan menemani anak dan cucunya untuk mengarungi hidup ini. Setelah menjalani kehidupan sebagai ibu, saya jadi lebih merasakan perjuangan berat mamah membesarkan anak-anaknya. Tak mudah ternyata menjadi seorang ibu, banyak yang harus dikorbankan, harus banyak stok sabar nya, pantas saja ungkapan yang menyatakan bahwa surga ada di telapak kaki ibu.

Saat liburan semester kemarin, saya lebih melihat lagi pengorbanan mamah dalam mengurus liburan cucu cucunya. Kadang kami masih bersantai ria, mamah sudah bangun pagi untuk memasak dan mengurus kebutuhan anak dan cucunya. Beliau lah orang yang paling cape dan paling kurang tidur saat liburan datang. Dan jarang sekali mengeluh. Paling saat kami pulang kembali ke Tangerang, beliau baru bilang bahwa beliau baru bisa beristirahat tanpa diganggu anak dan cucunya.

Saya jadi ingat kisah Uwais. Uwais Al Qarni adalah seorang pemuda miskin, dia sudah lama ditinggal wafat ayahnya sehingga tumbuh menjadi seorang yatim. Uwais bekerja sehari-hari sebagai penggembala yang upahnya tak seberapa. Kesehariannya dihabiskan untuk berbakti kepada ibunya yang sudah renta, dia selalu menyuapi makanan untuk ibunya dengan tangannya sendiri dan menyiapkan segala keperluan ibunya. Suatu ketika, ibunya yang sudah udzur tersebut menyampaikan keinginan untuk menunaikan ibadah haji. Pemuda miskin yang hanya berprofesi sebagai penggembala kambing itupun berfikir keras agar dapat memenuhi keinginan ibu tercintanya. Tidak ada jalan lain bagi Uwais Al Qarni kecuali menggendong ibunya dari Yaman menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Begitu mulianya akhlak Uwais, hingga Rasulullah Saw mengatakan kepada para sahabat lain waktu di Madinah. “Uwais Al Qarni adalah manusia yang tidak terkenal di bumi namun masyhur di langit.”

Anak Bermain Pasir? Why Not?


Dulu kalau kita bermain pasir, mungkin orangtua kita melarang karena khawatir kotor dan membahayakan tubuh. Tapi seiring perkembangan ilmu parenting, banyak teori dan para ahli justru menganjurkan anak untuk banyak bermain pasir, baik di pantai maupun di depan rumah kita dengan meramu sendiri bahan-bahannya.

Ternyata bermain pasir ini termasuk permainan sensori yang sangat penting bagi perkembangan anak. Bermain pasir ini membantu anak mengeksplorasi tiga bidang perkembangan yaitu bidang fisik, kognitif dan sosial emosi.

Wednesday, January 20, 2016

ANYERR, WE ARE COMING


Entah kenapa saya suka sekali pantai. Kapan ya saya pergi pertama kali ke pantai. Saat TK sepertinya saya belum pernah pergi ke pantai. Ketika SD, sepertinya saya ingat mungkin ketika SD lah pertama kalinya pergi ke pantai waktu jalan-jalan sama keluarga ke Yogyakarta. Dengan demikian, pantai Parangtritis Jogjakarta lah pertama kalinya saya berkenalan dengan pantai. Satelah itu, saya ingat saat SMP, bersama teman teman saya pernah pergi ke pantai Karang Bolong Banten. Lalu saat SMA, sepertinya pantai Pangandaran pernah juga saya jambangi. Ketika kuliah dan kerja, lebih banyak lagi pantai yang saya jelajahi seperti pantai di Lampung, pulau Seribu, Untung Jawa dan masih banyak lagi pantai yang sudah saya kunjungi.

Banyak tempat yang dapat kita jadikan media untuk melepas penat sekaligus menjalin kekompkan dengan partner kerja dan partner hidup kita. Bagi saya, pantai tak hanya indah dan menarik tapi juga menantang dan bisa membuat saya menangis. Saat berkunjung ke Adelaide Australia, saya sampai mengunjungi pantai yang sama dua kali dalam seminggu, saking menariknya dan dapat saya jadikan media untuk bercengkerama dengan Nya.

Tuesday, January 19, 2016

Ketika Mertua Tiba … (bagian 5: berpose sama Orang Mesir)


Setelah pada hari pertama menjelajah Jakarta dan hari kedua  menyusuri Tangerang dan Bogor serta hari ketiga mengekslporasi Tanah Abang, maka hari keempat adalah persiapan kepulangan ke Kudus. Tiket sudah dipesan sebanyak 6 seat dengan keberangkatan jam 4 sore.

Pagi sampai siang nya adalah packing barang.  Tetangga rumah saya adalah native speaker dari Mesir. Syaikh dari Mesir ini dikontrak selama 2 tahun untuk membantu proses pembelajaran di madrasah berasrama kami. Beliau bilang bahwa rumah saya selalu saja banyak dikunjungi tamu, entah itu siswa keluarga bahkan teman pun sering berkunjung. Jika tau yang datang adalah keluarga saya atau keluarga suami, beliau selalu menyempatkan bertegur sapa dan bersalaman walaupun hanya dengan bapa bapa saja.

Friday, January 15, 2016

Resensi Buku : Ayat Ayat Cinta 2


Judul Buku           : Ayat Ayat Cinta 2 : Sebuah Novel Pembangun Jiwa
Penulis                 :
Habiburrahman El Shirazy
Penerbit               :
Republika
Tahun Terbit       : 2015
Jumlah Halaman  :
690


Novel ini merupakan lanjutan ayat ayat Cinta yang juga difilmkan tahun 2008. Diawali dengan gambaran indah kota Edinburgh, Fahri ternyata telah menjadi dosen di University of Edinburgh. Pada bab pertama, Fahri  ditugaskan menjadi dosen pengganti Prof Charlotte yang berhalangan hadir karena sakit.

Lalu cerita berlanjut saat Fahri digambarkan sangat sedih dan sering mengenang Aisha. Pembaca digiring untuk bertanya tanya kemanakah sang istri yang telah dinikahinya. Fahri hidup bersama Paman Hulusi, asisten rumah tangganya sekaligus tempat curhatnya yang  berdarah Turki. 

Thursday, January 14, 2016

Ketika Mertua Tiba … (bagian 4: Tanah Abang : Strategi Deketin Mertua)


Jika di hari pertama dan kedua, pergi sama mertua dibarengin suami, maka pada hari Senin tanggal 11 Januari 2016 saya kencan sama mertua dan bule (tante) nya, tanpa suami karena suami sedang ngajar..Dengan menggunakan kereta dari stasiun Rawa Buntu, kami pergi jam 8 lebih, sampai di stasiun Tanah Abang jam 9, kami langsung berburu baju yang sudah direncanakan. Naik turun lift ke lantai 1 dan lantai 2, nyari bahan, nyari gamis dll. Alhamdulillah tak butuh waktu lama, jam 10.30 sudah selesai. Jam 11 naik kereta lagi, pulang menuju stasiun Rawa Buntu Serpong lagi, suami sudah siap menjemput.

Melihat hiruk pikuk suasana Tanah Abang di hari Senin, yang katanya tambah rame karena ada pasar Tasik, sebenarnya mencerminkan iklim usaha di Indonesia sudah sangat kondusif. Produk Indonesia sangat beragam dan sangat layak bersaing dengan produk impor. Belum lagi produk budaya khas daerah, semakin unik maka semakin tinggi lah harga jual nya. Tapi saya masih saja berperan sebagai konsumen, belum berani menjadi seorang pelaku usaha. Beberapa kali pernah usaha, belum ketemu yang pas dan cocok banget. Jadi masih harus puas dengan hanya menjadi konsumen atau pembeli saja saat jalan ke Tanah Abang bareng mertua dan bule.

Wednesday, January 13, 2016

Ketika Mertua Tiba … (bagian 3: Tangerang & Bogor: Berbahagialah yang punya banyak masalah)


Setelah berlelah ria di hari pertama dengan tur de Jakarta ke Ragunan, Monas dan Istiqlal. Lanjut ke hari kedua, agenda kami adalah ke Cimone untuk arisan keluarga sekaligus syukuran kecil-kecilan khitanan Eza. Tak ada pesta, tak ada hajat besar-besaran, hanya syukuran kecil dengan membagikan nasi kepada keluarga kecil yang hadir pada arisan keluarga. Arisan keluarga ini adalah acara bulanan untuk memupuk silaturahmi di lingkup keluarga dari pihak mamah. Kami rutin berkumpul di minggu pertama atau kedua setiap bulannya untuk bersilaturahmi sekaligus arisan. Arisan ini kami jadikan media pengikat agar banyak yang hadir dengan harap harap cemas, semoga bulan tersebut kami menang arisan. Setiap bulannya, kami juga menyisihkan sedikit dana untuk jalan-jalan yang biasanya kami lakukan setahun sekali.

Pada arisan keluarga minggu kemarin, acara diawali dengan pengajian dan doa, mendoakan para sesepuh yang telah mendahului kami. Dilanjutkan dengan arisan dan pembagian konsumsi. Acara yang diawali jam 10 pagi, selesai pada pukul 11 lebih. Setelah itu, kami saling berpamitan. Ada juga yang melanjutkan obrolan dengan makan siang bersama.

Tuesday, January 12, 2016

Ketika Mertua Tiba … (bagian 2: Monas dan Masjid Istiqlal)


Setelah bagian pertama mengeksplorasi Ragunan, saatnya sekarang berkisah tentang Monas dan Masjid Istiqlal. Masih di hari pertama, setelah mengunjungi Ragunan, kami (saya dan keluarga suami dari Kudus) pun singgah di icon nya Jakarta yaitu Monas atau Monumen Nasional. Banyak juga lho yang ngga tau kalau Monas itu singkatan dari Monumen Nasional. Ponakan saya, yang sedang sekolah di SD, termasuk yang tidak tau singkatan Monas. Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus 1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan mulai dibuka untuk umum sejak tanggal 12 Juli 1975.

Sebagai orang yang bekerja di Tangerang, walau tak sering wara wiri ke Jakarta, sebenarnya melihat Monas itu biasa saja. Tapi bagi orang daerah, banyak yang penasaran dengan Monas yang merupakan icon nya Jakarta. Maka saya dan suami pun mengajak keluarga Kudus untuk mampir melihat Monas, walau tak sampai masuk ke dalamnya.

Monday, January 11, 2016

Ketika Mertua Tiba … (bagian 1: Ragunan)


Peristiwa sunatan eza ternyata menyisakan banyak cerita berbalut keberkahan. Selain banyaknya kado, kedatangan mbah nya dari Kudus juga merupakan kebahagiaan bagi kami sekeluarga. Kalau dengan kakek neneknya dari Tasik, Eza sering ketemu. Tapi dengan mbah nya dari Kudus, biasanya hanya lebaran lah ajang untuk silaturahminya. Karena eza disunat, mbahnya pun menyempatkan nengok cucunya, jauh-jauh dari Kudus ke Tangerang. Berangkat dari Kudus hari Jumat (8 Januari 2015) sore, alhamdulillah tiba di Serpong di Sabtu subuh. Rencananya suami mau jemput orangtuanya, eh malah pas subuh sudah pada datang di depan rumah.

Friday, January 8, 2016

Resensi Buku : Bukan Emak Biasa


Judul Buku           : Bukan Emak Biasa : Refleksi Psikologis Pengasuhan 
Penulis                 : Fitri Ariyanti Abidin
Penerbit                 : PT Kaba Media Internusa
Tahun Terbit          : 2015
Jumlah Halaman   : 228

Menjadi ibu bukanlah pertanda episode belajar telah selesai dan fokus untuk ke rumah tangga, justru episode seru barulah dimulai, yaitu episode mengasuh dan membesarkan anak. Banyak ilmu yang harus kita pelajari agar anak kita bisa berkembang optimal dan sesuai dengan tuntunan Al-Quran. Karena kita tak pernah secara khusus diajari untuk mengasuh anak, maka ilmu ini tetaplah harus dipelajari secara serius, dan pastinya otodidak. Maka membaca buku salah satu sarananya. Kita tak perlu membaca seluruh teori perkembangan anak, cukup dengan membaca pengalaman para ibu lain yang sudah melakukannya lebih dulu. Salah satunya buku ini.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan penulis di blog www.fitriariyanti.com. Niat awal menulisnya adalah untuk sharing pengalaman dan cerita di balik pengasuhan anak-anaknya. Tapi karena animo pembacanya tinggi, akhirnya tulisan di blog tersebut pun dibukukan.

Thursday, January 7, 2016

Mengapa Harus Berenang?


Liburan di akhir tahun 2015 ini menyimpan cerita suka dan duka. Cerita suka karena seminggu pertama liburan, saya berhasil mengajak Eza berenang dua kali, pertama di WP Ciawi Tasikmalaya dan yang kedua di Waterboom Sukahaji Ciamis. Cerita duka, karena di minggu kedua liburan ternyata Eza harus disunat dan itu sungguh membuat hati berdebar debar, tegang dan rasanya ga tega membiarkan dia disunat dalam usianya yang belum genap dua tahun.

Kali ini saya akan cerita tentang episode Eza berlibur dengan berenang. Banyak pendapat para ahli mutakhir yang mengungkapkan bahwa sebaiknya bayi diajarkan berenang sedini mungkin, ada yang mengatakan bisa dimulai sejak usia 4 bulan, ada yang mengatakan sejak usia 6 bulan. Eza sendiri, sudah dibelikan kolam indoor sejak usianya 6 bulan. Beberapa kali diajak nyebur, walau kadang menolak karena kedinginan.

Tradisional vs Gadget


Pada zaman dahulu kala, saat kita kecil dulu, rasanya indah sekali mengenang masa-masa bermain dengan teman-teman. Kita seringkali “nyamper” temen untuk main bareng dengan manggil namanya sambal dilaguin gitu. Beberapa jenis permainan yang kita mainkan dulu, seperti main lompat tali, congklak, monopoli, main bekel, galaksin, pecle, dll sulit sekali kita temui di zaman modern ini. Padahal permainan tradisional tersebut sesungguhnya secara tak sadar mengajarkan banyak keterampilan sosial yang dibutuhkan di masa depan. Keterampilan sosial yang secara tak langsung kita pelajari dari permainan yang kita mainkan dulu misalnya belajar bekerja sama, bermain sportif, manajemen konflik, mengatur strategi dan banyak keterampilan lainnya.

Banyak komentar di sosmed yang merindukan saat-saat indah bermain aneka permainan tradisional di masa kecil kita dulu. Bahkan beberapa permainan tradisional, kembali dihidupkan di beberapa tempat oleh beberapa kalangan, diantaranya oleh Komunitas Anak Bawang di kota Surakarta, Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) yang pernah menyelenggarakan jambore anak tingkat kota Banjar dan memperkenalkan aneka permainan tradisonal.  Masih banyak lagi komunitas dan tempat layanan publik yang berusaha menghidupkan kembali aneka permainan tradisonal. 

Khitanan: Momentum Toilet Training

Setelah punya anak, banyak hal yang harus saya pelajari sebagai ibu agar tumbuh kembang anak, berjalan optimal. Salah satu hal yang sudah lama saya browsing adalah tentang toilet training. Dulu saya membayangkan sulitnya memulai toilet training. Bagaimana cara mengajari Eza untuk mau pipis di kamar mandi, sementara dia selalu pake pampers, bagaimana cara memberitahunya caranya pup, ternyata membuat pusing memikirkannya. Tapi setelah dijalani, ternyata tak sesulit yang dibayangkan.
Kuncinya ternyata tak usah membandingkan anak kita dengan anak lain. Setiap anak itu unik. Ada yang sudah siap untuk toilet training sebelum usia setahun, ada yang memulainya pada usia dua tahun, bahkan ada yang baru memulai saat anaknya menginjak usia 4 atau 5 tahun. Tak ada batasan indikator usia untuk memulai toilet training ini. Beberapa referensi dan pengalaman ibu-ibu lain yang mengalami hal serupa, pasti berbeda-beda. Kita akan stress sendiri kalau indikatornya adalah usia. Ternyata kunci utamanya adalah kesiapan kita sebagai ibu dan kesiapan anaknya. Bahkan kita akan menikmati saat menemukan MOMENTUM  untuk memulainya. Dan saya bersyukur saya bisa menemukannya.

Sunatan jelang usia 2 tahun

Tahun baru kali ini harus kuhadapi dengan ikhlas ga kemana mana. Anakku yang mau berusia 2 tahun di bulan depan februari, akhirnya disunat di hari Selasa tanggal 29 des 2015 kemarin.

Jadi ceritanya, anakku Eza itu dah mengeluh sakit kalo pipis itu dari beberapa bulan kemarin. Kalau mau pipis tuh, kaya mau nangis deh sambil nahan nahan pahanya gitu. Akhirnya kita pergi ke dokter, periksa periksa, ternyata kata dokter ada infeksi, tapi ga mesti disunat. Dikasih antibiotik sama obat anti nyeri, kita pun pulang. Tapi kita pengen dapet second opinion, kita pun konsul ke dokter lain, dokter yang dines di tempat kerja kami, dapet deh second opini, katanya eza kena fimosis, kaya infeksi saluran kencing gitu, dan solusinya adalah khitan. Saya dan mas, sebenarnya belum pengen eza disunat, ntar lah agak gedean dikit, kira kira 4 atau 5 th an gitu umurnya. Maka setelah minum obat dan eza keliatan baik baik aja, kami pun senang dan melupakan agenda khitan.

Postingan Favorit