Wednesday, December 3, 2008

nyasar

aku punya sahabat dekat di tempat kerjaku di serpong, namanya evi orang banjar. suatu hari di saat kami mudik, kami janjian ketemu. kami sepakat ketemuan di masjid agung, yang mudah dijangkau.

setelah nyampe masjid agung tasik, aku pun menelfon teh evi
"teh, dah nyampe belum?"
"udah nov, ini dah di masjid agung" kata teh evi
"saya juga dah nyampe masjid agung nich, teteh di sebelah mananya?" ujarku
"saya di deket bedug nov, alias dulag"
"ok, saya nyari dulag or bedug deh" kataku

lama saya berkeliling nyari bedug, tapi tak kunjung kutemukan juga sosok teh evi.
akhirnya kutelfon lagi
"teh, ini tadi gw dah nyampe bedug, ko sosok teteh g keliatan? ada gedung dawah ga didinya? tanyaku
kata teteh:"iya ini gedung dawah oge, ada yogya oge (yogya adalah nama mall)"

aku mulai curiga dengan kejanggalan ini
"emang teteh di masjid agung mana? tasik kan?
dan kecurigaan pun terjawab sudah
"lho ko tasik sih nov, saya di masjid agung banjar. rumah saya kan di banjar" kata t evi

jadi saudara-saudara, ternyata kami sudah sama2 nyampe masjid agung, sama2 deket bedug, tapi yg satu di task, yg satu dibanjar. yah ga akan ketemu lah kalo gitu mah. jarak tasik banjar kan lumayan jauh

akhirnya kami pun ketawa ketiwi alias seuseurian di telfon, aya2 wae ... kami pun pulang kembali ke rumah masing-2, padahal kami dah bikin banyak rencana kalo brtemu nanti. hahahahaha

lemah

merasa lemah adalah saat dimana kita bersandar pada selain Allah, saat hanya kekuatan dirilah yang kita andalkan. seandainya Rasulullah adalah orang yang takut gagal, tidak mungkin kita bisa rasakan indahnya Islam saat ini. dan bila kita takut gagal, maka sebetulnya saat itulah kita benar-benar gagal. gagal dalam mendapatkan sesuatu, gagal pula menuai pahala. yang ada hanyalah kemarahan-Nya karena ada makhluk-Nya yang lemah, dengan sombongnya mengandalkan kekuatan diri

(dari t ier, 19 okt 06, 12:35)

TAARUF KE-10: DAUN MUDA

Suatu hari, temen ngajiku menawarkan seseorang untuk berproses denganku. temen ngajiku yang biasa kupanggil bundo karena orang Padang, kebetulan punya kontrakan. nah dia menawarkan seorang laki-laki yang kost or ngontrak di tempatnya.

aku sering nginep dirumah bundo di kawasan pamulang. saat aku nginep di rumahnya pada hari senin tanggal 10 sept 2007, aku pun bertemu dengannya. dia 4 tahun lebih muda dariku, orang makasar, sarjana teknik dari unhas, sekarang bekerja sebagai manajer di superindo. kami ngobrol selama dua jam dari pukul 19.30 sd 21.30, ditemani bundo tentu saja. orangnya rame, cepet akrab dengan siapapun, seneng ngobrol, terbukti dengan bundo ada saja topik pembicaraannya.

setelah itu, kami tenggelam dalam kesibukan masing-masing. memang akadnya di awal adalah berteman, jadi memang tidak perlu menanyakan tahapan berikutnya.

tanggal 31 okt 07, dia menelfonku, pamit karena dipindahtugaskan ke bandung, aku pun menyimpulkan bahwa proses ini berakhir.

TAARUF KESEMBILAN: NUMPANG LEWAT

Suatu hari di bulan april 2007, ada teman yang menawarkan proses (lagi) dengan seseorang yang bernama Akmal (nama sebenarnya lho). Saat itu beliau menelfon ku hari Sabtu tanggal 7 april, sepertinya aku memang belum siap untuk berproses lagi, karena itu aku putuskan mundur perlahan setelah sebelumnya janji bertemu tapi tak kunjung terlaksana.

Proses ini pun berakhir dengan sendirinya tanpa ada kejelasan kapan berakhirnya. Aneh ...

TAARUF KEDELAPAN: VIA DUNIA MAYA

Entah bagaimana awalnya, kami bertemu lewat dunia maya. Di bulan juni 2006, aku menerima email dari seseorang yang menawarkan taaruf, tepat di hari Jumat tanggal 2 juni 2006, bersamaan dengan Didi datang ke tempat kerjaku di Serpong untuk meminjam handycam. Lucu juga ketemu Didi, sahabatku sekaligus calon pasangan taarufku ... tapi untunglah kami masih bisa mengendalikan keadaan.

di hari Senin tanggal 6 juni 2006, kami berkirim email, saya dan dia, sebut saja namanya Muhammad. Dia aktivis, ikut tarbiyah, lulusan S2 di sebuah universitas. Hari rabu tanggal 8 juni 2006 disusul dengan mengirim foto, dan setelah itu menghilang tanpa jejak. Ternyata memang menghindar benar-benar cara laki-laki ... inilah proses tercepat sepanjang karir taarufku (hehe) dari tanggal 2 juni 2006 sd 7 juni 2006, hanya 5 hari euy ...

Lalu, jawaban itu pun datang. Di hari Sabtu tanggal 15 juni 2006, muhammad mengabariku bahwa dia ditawari proses dengan yang lain. Dah telat mas, ngabarin nya juga ...
Yah, memang nasib, laki-laki memang sangat berkuasa untuk menetukan pilihan, satu diantara beribu pilihan pun bisa dia dapatkan ...

Tapi belakangan ini memang aku menjalani beberapa proses tanpa adanya gairah dan semangat, mungkin karena sudah lelah berkali-kali gagal ...

TAARUF KETUJUH: SECRET ADMIRER

Di bulan Mei 2006, sahabatku yang lain, di tempat kerja di tangerang, juga mengagetkanku. Mas nono, sebut saja namanya itu, bilang ke sahabat wanitaku bahwa dia ingin serius denganku. Reuwas oge, ada yang diam-diam mengagumiku. Masa persahabatan selama 2 tahun di tempat kerja, dengan intensitas kerja yang lumayan tinggi, memang memungkinkan untuk meningkatkan kadar persahabatan ke tingkat relasi yang lebih serius. Tapi aku tetap saja tidak bisa meninggalkan prinsip awalku, sahabat adalah sahabat.

Mas nono adalah seorang guru cerdas, lulusan magister manajemen di sebuah universitas. Aku tidak menyangka dia berniat serius denganku, karena selama kami bersahabat, tidak terlihat sedikitpun hal yang mencurigakan. Tapi aku pun beristikharah, kuungkapkan semua kebingunganku pada-Nya. Hasilnya? Seperti biasa, laki-laki menghindar untuk menyelesaikan masalah. Dan proses dengan para sahabatku ini pun gagal lagi. Andai tahu prosesnya akan berakhir seperti ini, mendingan tidak pernah terjadi proses taaruf dengan sahabat, lebih indah menjadi sahabat, tapi sayangnya waktu tidak bisa di rewind ...

TAARUF KEENAM: TERNODANYA PERSAHABATAN

Tidak mudah menceritakan ini, sepertinya ini proses yang paling menyita fikiran dan hati, melelahkan sekali ...

Kami bersahabat di Bandung sejak tahun 2006, sebut saja namanya Didi. Tidak pernah terjadi apa-apa diantara kami. Karena aku berprinsip selama koridornya persahabatan, aku tidak akan pernah menodai indahnya sebuah persahabatan dengan adanya relasi yang lebih. Aku bahkan pernah menawarkan teman kerjaku kepada Didi, dan mereka pun sempat bertaaruf, bahkan mereka bertemu pertama kalinya di tempat kakaku di tangerang. Didi pun pernah bersilaturahmi ke rumah teman kerjaku itu. Entah apa sebabnya proses mereka tidak berlanjut.

Hingga, setelah aku menunaikan ibadah haji, tak terasa teman-teman dan sahabatku satu persatu meninggalkan masa lajangnya. Aku dan Didi, entah kenapa belum diamanahi pasangan. Kami pun berkomunikasi lagi setelah sekian lama kehilangan kabar. Dan di bulan maret 2006, tepatnya tanggal 22 maret 2006, entah gimana awalnya, tiba-tiba kami ”terjerumus” jadi membicarakan masalah pernikahan. Aku minta dicarikan temannya, dia malah menyatakan dia juga lagi nyari, ya sudahlah akhirnya kami berisitikharah selama seminggu untuk memutuskan taaruf ga yah?? Khawatir kalau ini hanya tipudaya setan saja.

Dan di akhir maret 2006 kami memutuskan untuk saling kirim data kembali, karena walaupun kami sudah bersahabat selama 10 tahun, kami tetap saja tidak saling mengenal pribadi masing-masing.

Tapi, kabar duka itu pun datang juga. Setelah sepakat untuk saling berkirim data kembali via email, dengan berbagai alasan Didi pun menunda-nunda, alasannya cukup bisa diterima sich, sibuk kerja ... hingga di bulan april 2006, saat kukirim sms menanyakan kabar, tak ada balasan.



Di sela-sela proses ini, di tanggal 17 april 2006, teman kerja ku di serpong menawarkan saudaranya, wah rasanya penat sekali, aku merasa proses dengan sahabatku ini ga jelas, belum dimulai memang, tapi juga sepertinya belum berakhir. Maka aku pun dengan halus menolak tawaran dari teman kerjaku. Aku pengen menyelesaikan satu persatu.

Akhirnya aku pun menulis sebuah tulisan di sebuah milis, yg juga diikuti Didi. BERHASIL. Dia pun merespon dengan mengirim sms, meminta maaf atas semua yang terjadi. Aku pun menyimpulkan bahwa memang itulah cara laki-laki menyelesaikan masalahnya, yaitu dengan menghindar. Mungkin takut menyakiti, tapi sebenarnya lebih tersakiti jika diberi ketidakjelasan. Belakangan kemudian aku tahu bahwa sebenarnya dia sedang berproses dengan yang lain. Mungkin memang bukan yang terbaik, tapi ternyata berproses dengan sahabat itu lebih menyakitkan, karena relasi sebelumnya yang sudah terjalin indah sebagai seorang sahabat, ternyata tidak bisa dikembalikan seperti sediakala. Ada yang sudah ternoda dan susah dibersihkan ...

Di bulan juni 2006, kami bertemu, dia datang ke tempatku untuk meminjam handycam. Di bulan juli 2006, terungkap juga dari Didi alasan dia menghilang di bulan april, katanya dia tidak cukup pede untuk berproses denganku, tapi sepertinya itu alasan sekunder. Alasan primernya ternyata adalah karena dia sedang dalam proses pending dengan akhwat tarbiyah. Bulan agustus 2006, bersama seorang teman, kami melakukan sebuah perjalanan untuk merencanakan bisnis bersama. Sepulang dari perjalanan bersama, dia memberiku sebuah harapan. Harapan untuk kembali bersama, tapi ternyata itu pun dia ungkapkan saat dia berproses dengan akhwat lain, yang sudah direstui ibunya.

Didi bimbang. Satu sisi, dia lebih mengenalku dibanding akhwat itu, sisi lain proses dengan akhwat itu sudah melangkah terlalu jauh. Aku memang kecewa saat tahu bahwa ketika dia berniat berproses denganku dan tiba-tiba menghilang di bulan april 2006, sebenarnya itu dalam tahap pending proses dengan sang akhwat tarbiyah. Kenapa yah laki-laki yang seperti Didi ini tidak kuasa memberikan ketegasan? Jika memang sedang berproses dengan seorang wanita, berhentilah untuk memberikan perhatian dan harapan pada wanita lain. Jika takut menyakiti, sebenarnya lebih tersakiti lagi jika berpura-pura memberikan perhatian untuk menutupi keadaan yang sesungguhnya.

Untuk menjaga berbagai hal, rencana berbisnis bareng pun kuhentikan. Ada satu aib Didi yang tidak perlu kuungkap disini, yang belakangan kusadari inilah hikmahnya aku tidak jadi menikah dengan Didi. Tidak jadi menikah dengan Didi, karena beberapa bulan kemudian, Didi menikah dengan sang akhwat tarbiyah. Di hari pernikahannya dia meminta maaf dan sengaja tidak mengundangku. Entah apa sebab nya ...

Dan life must go on, tidak mudah memang melanjutkan hidup setelah persahabatan ternodai, setelah merasa berkali-kali dikhianati, tapi terus akan kucoba dan kucoba. Sepertinya aku merasa lelah sekali ...

TAARUF KELIMA: TERBELENGGU MASA LALU

Suatu hari di bulan feb 2006, sepulang dari ibadah haji, temen kerjaku di tangerang, menawarkanku untuk taaruf. Walaupun masih lelah sepulang menunaikan ibadah haji, tapi aku teringat dengan doaku di tanah suci, mungkin inilah jalannya, fikirku.

Dan di hari jumat, 17 feb 2006, dia pun sms, ”assalamu’alaikum bu guru, gimana kabarnya? Saya soleh (kali ini nama sebenarnya, mudah2n orangnya ga baca blog ku). Mudah2n silaturahmi sms ini bermanfaat untuk sebuah persaudaraan”

Setelah kubalas dan kutanyakan tahap berikutnya, dia bilang ”terserah deh atur aja yah. Kita awali dengan sebuah persaudaraan dulu yah untuk saling mengenal dan mengetahui pribadi masing-masing”

Dan kami pun bertukar biodata, beliau lahir tahun 1975, orang Tegal, S1 bidang agama islam di sebuah sekolah tinggi, dan sekarang merintis bisnis percetakan. Katanya baru ditinggal nikah 2 minggu yang lalu, (saat itu tgl 18 feb 06). Anak ke-6 dari 10 bersaudara, pindah dari LIPIA karena berbeda faham. Dia aktivis PMII, organisasinya orang-orang NU. Punya aktivitas sosial yang biasa menangani kegiatan anak-anak yatim. Cool euy

Sebenarnya ada kesamaan antara kami, yaitu sama-sama trauma dengan proses pra nikah yang ga jadi. Tapi karena sama-sama terjebak kenangan masa lalu, kami pun menjalaninya dengan santai. Bahkan kami pun memutuskan untuk bertemu langsung daripada tukeran foto. Dan di hari Rabu 22 feb 06, tepat 5 hari setelah kami proses, kami pun bertemu di sebuah tempat di Ciputat. Dia ternyata pebisnis tulen, punya 6 karyawan, bahkan di sela-sela pembicaraan kami, beberapa kali dia menerima telfon bisnis, dan aku dicuekin, hehe

Begitulah pertemuan kami, setelah itu kami memutuskan untuk istikharah dan meminimalisir komunikasi (tepatnya mah loss contact). Hingga di hari kamis 2 maret 2006, proses itu pun berakhir, tepat hari ke-14. Sepertinya faktor trauma masa lalu, mendominasi fikiran kami masing-masing.

TAARUF KEEMPAT

Suatu hari di bulan feb tahun 2005, sahabatku waktu kuliah, yang sekarang berdomisili di batam, menawarkanku untuk bertaaruf dengan teman suaminya. Setelah kupertimbangkan, ga ada salahnya juga ikhtiar lagi untuk bertaaruf yang keempat kalinya.

Di hari Kamis, tanggal 24 feb 2005, dia, sebut saja namanya tyar pun sms, ”ass sy tyar, insya Allah mau taaruf”. Dan setelah itu, kami pun saling berkirim biodata dan foto, via sms juga via email. Kadang-kadang, tyar juga menelfonku, sepertinya dia memang berniat serius. Ya iyalah serius, kalau ga serius mah dia ga akan taaruf yah.

Sekilas tentang tyar, dia kelahiran tahun 73, orang aceh, kerja di Batam, anak ke-2 dari 8 bersaudara. Selama sebulan kami berkomunikasi dan berdiskusi, dan masalah itu pun datang ...
terkait dengan rencana keberangkatan hajiku di akhir tahun 2005, dan juga terkait dengan kontrak kerjaku selama 2 tahun dari tahun 2004 sd tahun 2006. artinya sampai tahun 2006, diriku tidak boleh meninggalkan tempat kerjaku di tangerang, sementara tyar juga sudah menjadi pegawai tetap di Batam. Dan tyar sudah memutuskan untuk serius melanjutkan proses taaruf ini ke jenjang berikutnya. Long distance? Ngga lah, ngapain juga nikah kalo akhirnya terpisah juga. Dan kami pun sama-sama bingung ...

ternyata, tak kusangka, tyar berusaha mengalah, dia pun mencoba nyari kerja di jakarta. Berkali-kali dia kirim email ke beberapa perusahaan di jakarta, tapi ternyata hasilnya nihil. Akhirnya karena menemui solusi buntu, kami pun memutuskan untuk menyelesaikan proses taaruf ini di tanggal 7 maret 2005. yah, proses kami hanya berlangsung selama 14 hari. Karena khawatir kalau diteruskan malah akan berkomunikasi yang tidak syar’i, maka dengan saling berat hati proses ini pun selesai.

di tanggal 20 maret 2005, tyar kembali menghubungiku, hanya menanyakan kabar dan sepertinya mulai mengadakan proses pdkt, hingga bulan april 2005 kami menyambungkan silaturahmi lagi, ga jelas juga sich proses lagi atau tidak. Pembicaraan masih bersifat umum, tapi perhatian-perhatian kecil dia berikan. Kami pun secara tidak sengaja melanjutkan proses kembali (CLBK kah? Caaruf lama bersemi kembali hehe). Kami pun mulai mensosialisasikan ke orangtua, tapi orangtuaku keberatan jika aku pindah ke batam, selain itu, aku juga masih terikat kontrak di tempat kerja ... kami pun sama-sama bingung ...

belum lagi tahun depan aku berangkat haji ... walaupun secara implisit dia menyatakan akan menungguku sepulang haji, tapi aku merasa, tidak bisa menjamin akan kebersihan proses ini jika kuteruskan, aku berangkat januari 2006, pulang dari haji bulan februari dan sekarang masih bulan april 2005, berarti hampir setahun. Aku tak sanggup, takut prosesnya tidak bersih lagi. Akhirnya dengan berat hati lagi, kami pun memutuskan untuk mengakhiri proses ini di bulan juni 2005

Lalu, di bulan agustus 2005, aku memberanikan diri untuk menawarkan sahabatku ke tyar, mereka pun berproses. Saat aku menunaikan ibadah haji, tepatnya tgl 8 januari 2006, tyar datang ke rumah sahabatku untuk bertemu keluarganya. Untunglah waktu itu kami tidak meneruskan proses, kasihan sekali kalau tyar harus menungguku, sementara ketika aku berangkat haji, dia bisa melakukan proses dengan yang lain. Memang kalau tidak berjodoh, ada saja jalannya, seperti aku dan tyar. Begitupula kalau sudah berjodoh, ternyata jalan nya mudah saja, seperti sahabatku dengan tyar.

Dan di bulan april 2006, mereka pun menikah, dan sekarang mereka sudah berbahagia dengan satu orang putri, bahkan sekarang sahabatku itu sedang hamil lagi.

Alhamdulillah, aku berhasil jadi mak comblang, semoga bisa membangun rumah di surga kelak. Amin

Ko jadi kaya cerita sinetron yah. Udah ah. Case closed ...

TAARUF KEDUA

Ini mungkin proses terkilat yang pernah kujalani. Ditawarin teman kerja di tangerang, dengan seorang ustadz di kampungnya, di akhir desember 2003, lalu kami bertemu di tempat teman kerjaku itu. Dan di tanggal 2 januari 2004, proses kami pun berakhir. Haha secepat itu yah ...

Postingan Favorit